PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu komoditas ternak penting Indonesia selain kerbau, kambing, ayam dan domba. Sapi bali dikenal sebagai salah satu plasma nutfah provinsi NTB, dengan jumlah sekitar 90 persen dari total populasi. Penyebarannya yang luas, sehingga terdapat di seluruh wilayah NTB, dan bakalan sapi Bali relatif tersedia di pasaran. Sapi Bali juga memiliki potensi pasar yang luas baik di tingkat lokal maupun nasional, terbukti dengan meningkatnya permintaan sapi Bali yang berasal dari luar daerah setiap tahun. Pada tahun 2014, pengiriman sapi Bali bibit dari Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 16.734 ekor dengan tujuan ke Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Jambi, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatra Selatan, Gorontalo, Jawa Barat dan Yogjakarta dengan mengunakan kapal laut (Anonimus, 2014). Hal inilah menjadi salah satu penyebab peningkatan lalu lintas ternak antar pulau. Perjalanan dari pelabuhan asal Sumbawa menuju pelabuhan Pontianak membutuhkan waktu kurang lebih 120 jam sehingga perlu penanganan yang cermat dalam pengangkutan, sehingga tidak saja kondisi kapal laut yang dipergunakan tetapi kepadatan ternak, iklim/cuaca pada saat pengangkutan serta ketersediaan makanan pada waktu diperjalanan dapat mengakibatkan stres pada ternak. Perjalanan jarak jauh melibatkan perubahan pakan, kepadatan, pengelompokan sosial, iklim dan kandang apabila dibandingkan dengan habitat mereka sebelumnya, yang kerap digembalakan atau rangeland. 1
Stres transportasi dapat meningkatkan kortisol yang membantu peningkatan suplai energi akibatnya cadangan glikogen dalam otot dapat berkurang atau habis (Guyton, 2000). Hormon kortisol memiliki peran dalam metabolisme selama keadaan puasa, ketika glukosa darah telah habis kortisol menjamin pasokan melalui glukoneogenesis. Stres dapat mempengaruhi sekresi hormon tiroid yaitu triiodotironin (T3) dan tetraiodotironin / tiroksin (T4) dengan berbagai mekanisme (Gariga et al., 2006; Hangalapura et al., 2004). Stres menginduksi peningkatan aktifitas hipotalamus hipofisis thyroid axis bersama dengan jaringan peripheral (Fazio, 2005) yang menyebabkan perubahan sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid berefek pada metabolisme karbohidrat dengan beberapa cara termasuk meningkatkan absorbsi glukosa pada instestin memfasilitasi pergerakan glukosa ke dalam lemak dan otot (Cunningham, 2002) Transportasi yang tidak benar akan mengakibatkan kematian 8% - 11% (Hambrecht et al, 2005), penyusutan badan sampai 8 % (Grandin, 2007) serta menurunkan performa reproduksi hewan (Minka dan Ayo, 2010 ; Kumar et al., 2011). Menghindari efek tersebut dalam transportasi ternak, maka manajemen transportasi baik pada sebelum, saat, dan sesudah transportasi ke berbagai daerah tujuan harus diperhatikan. Belum ada standar peraturan internasional untuk membawa ternak melalui laut (Schultz-Altmann, 2008), tetapi pedoman untuk kesejahteraan ternak yang diangkut oleh kapal telah dikembangkan oleh International Air Transport Association (IATA) dan The World Organization Of Animal Health (OIE) 2
1 pada tahun 2003-2004 kemudian dimasukkan ke dalam OIE Terrestrial Animal Health Code (Norris, 2005). Pedoman meliputi minimum kesejahteraan hewan dan standar kesehatan selama pra-perjalanan, pemuatan, perjalanan, bongkar muat dan tahapan penanganan pasca perjalanan transportasi laut (OIE, 2012). Pemeriksaan kondisi sapi Bali bibit mulai berangkat sampai ke daerah tujuan selama ini berdasarkan kondisi fisik serta gejala klinis, sedangkan untuk respon fisiologis dan tingkah laku yang menyangkut kesejahteraan hewan akibat stres selama ini masih belum mendapat perhatian terutama dalam penggunaan alat transportasi kapal kayu. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya penelitian untuk mengetahui perbandingan konsentrasi hormon kortisol, T3, dan T4 dapat memberikan gambaran tingkat stres pada sapi Bali bibit selama proses transportasi 120 jam. Rumusan Masalah 1. Bagaimana profil kortisol, T3 dan T4 sapi Bali bibit yang menggunakan kapal kayu? 2. Bagaimana pengaruh transportasi sapi Bali bibit melalui laut dengan menggunakan kapal kayu terhadap kejadian stres? 3. Apakah transportasi domestik sapi Bali bibit dengan kapal kayu telah mengaplikasikan kaidah animal welfare? 3
Keaslian Penelitian Penelitian pengaruh transportasi terhadap konsentrasi hormon pernah dilakukan Monika (2012) tentang konsentrasi kortisol, triidotironin (T3), dan tiroksin (T4) kerbau lumpur (Bubales Bubalis) selama 1120 jam pasca transportasi menggunakan truk terbuka menunjukkan hasil konsentrasi kortisol meningkat terjadi pada hari pertama yaitu pada saat hewan baru saja mengalami transportasi dan mulai menurun sejak hari kedua pasca transportasi. Hasil pengukuran konsentrasi triiodotironin (T3) pada serum kerbau menunjukkan hasil konsentrasi T3 yang fluktuatif yaitu meningkat sejak pengukuran pertama sampai pengukuran ke-2 pasca transportasi dan mulai menurun pada pengukuran hari ke-3 dan seterusnya. Hasil pengukuran T4 menunjukkan peningkatan pada hari pertama dan mulai terjadi penurunan konsentrasi T4 sejak pengukuran kedua pascatransportasi. Penelitian dari Astuti et al, (2010) Physiological Response of Bligon Buck to Transportation:Relation to Level of Thyroid Hormone pada kambing Bligon yang ditransportasikan selama 16 jam memberikan efek level T4 saja (P<0.05) dan tidak untuk konsentrasi T3 (P>0.05) akibat rangsangan fisik seperti kepadatan, heat stress, kebisingan, dan cara penangangan. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh D oliveira et al, (2014) Live weight and metabolic hormone profile in steers moved in drives pada sapi yang mengalami perjalanan selama 5120 jam dan 84 hari setelah menunjukan bahwa berat badan sapi tidak terpengaruh selama transportasi. Tingkat T4, kortisol, dan IGF-I yang diubah 4
selama transportasi namun tidak ada perubahan yang diamati dalam tingkat insulin dan T3. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al, (2009) Rasio of Thyroxine and Triidothyronine to Long Road Transportation of Bligon Buck menunjukkan bahwa transportasi Kambing Bligon selama 16 jam memberi efek dari T4 dan T3. Maheswari et al, (2013) Profiles of Cortisol, Triiodothyronine, Thyroxine and Neutrophil/Lymphocyte Rasio as Stress Indicators in Swamp Buffaloes 15 Days Post- Transportation menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (P<0,05) antara transportasi dan peningkatan konsentrasi kortisol dan T4 pada hari ke-1 pascatransportasi bila dibandingkan dengan konsentrasi normal, sedangkan peningkatan konsentrasi T3 terlihat pada hari ke-3 pasca-transportasi. Penelitian yang dilakukan oleh Fazio et al, (2005) Effect of long-distance road Transportation on Thyroid and Adrenal Function and Haematocrit Values in Limousin Cattle : Influence of Body Weight Decreased menunjukkan bahwa stres mempengaruhi aktifitas hormon tiroid dan fungsi adrenal pada Sapi Limousin setelah transportasi jarak pendek dan menjadi meningkat setelah mengalami transportasi jarak jauh. Beberapa sumber ilmiah telah banyak mengkaji mengenai profil hormon kortisol, T3 dan T4 namun pada hewan dan alat transportasi yang berbeda. Sedangkan kajian pada sapi Bali bibit yang ditransportasikan selama 120 jam menggunakan kapal kayu dari Sumbawa ke Pontianak belum pernah dilakukan. 5
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui profil hormon kortisol, T3 dan T4 pada sapi Bali bibit yang ditransportasikan selama 120 jam menggunakan kapal kayu 2. Untuk mengetahui apakah sapi Bali bibit yang ditransportasikan selama 120 jam menggunakan kapal kayu terhadap terjadinya stres 3. Untuk mengetahui apakah sapi Bali bibit yang ditransportasikan selama 120 jam memenuhi kaidah animal welfare Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi profil perubahan konsentrasi kotisol, T3 dan T4 pada sapi Bali bibit dalam kapal kayu. 2. Memberikan informasi ilmiah kepada instansi terkait serta masyarakat bahwa alat transportasi kapal kayu dapat menyebabkan kejadian stres. 3. Memberikan informasi bahwa sapi Bali bibit yang ditransportasikan selama 120 jam telah mengaplikasikan kaidah animal welfare 6