BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saham merupakan sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai (Widati, 2012).


ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

PENGARUH RISIKO KRED IT TERHAD AP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai intermediary institution yaitu lembaga keuangan yang

Pengaruh Metode Camels Dan Rgec Terhadap Harga Saham

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi antara investor atau pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainnya (Martono, 2010 : 37). Tujuan fundamental bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian. Kemajuan perekonomian nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor perbankan. Oleh karena itu pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan perbankan dalam struktur perekonomian nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Selain Bank Sentral Bank dikelompokkan menjadi 2 (dua) Bank, yaitu : 1. Bank umum konvensional 2. Bank umum syariah Bank Umum konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara umum yang bersifat konvensional yang dalam kegiatannya memberikan dalam

lalu lintas pembayaran. Berdasarkan kepemilikannya Bank Umum Konvensional terbagi atas Bank Pemerintah, Bank Swasta, Bank swasta nasional non devisa, Bank pembangunan daerah, Bank campuran, Bank asing. Jumlah bank tersebut sampai dengan Tahun 2014 ditampilkan dalam tabel berikut : Tabel 1.1 Jumlah Bank di Indonesia Berdasarkan Kepemilikannya Tahun 2014 NO KEPEMILIKAN JUMLAH BANK 1 Bank Pemerintah pusat 4 2 Bank Swasta Nasional Devisa 31 3 Bank Swasta Non Devisa 24 4 Bank Pembangunan Daerah 27 5 Bank Campuran 14 6 Bank Asing 9 Sumber : www.idx.co.id Tabel 1.1 menunjukkan jumlah bank di Indonesia yang terbanyak dimiliki oleh bank swasta nasional devisa. Terbanyak kedua adalah bank bank yang dimiliki oleh bank pembangunan daerah. Berdasarkan data Tabel 1.1 pula bahwa jumlah bank yang paling sedikit jumlah banknya adalah bank yang dimiliki pemerintah pusat yakni hanya 4 (empat) buah bank umum. Keempat bank umum tersebut sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang disebut sebagai Bank BUMN. BUMN menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. Sejak Tahun 2001 seluruh BUMN dikoordinasikan pengelolaannya oleh Kementerian BUMN, yang dipimpin oleh seorang Menteri BUMN. BUMN di Indonesia berbentuk perusahaan perseroan, 2

perusahaan umum, dan perusahaan jawatan. Berdasar bentuk perusahaannya, ke empat bank tersebut termasuk dalam perusahaan Perseroan. Perusahaan perseroan (persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh pemerintah (atas nama negara) yang tujuan utamanya mengejar keuntungan atau profit. Perekonomian Indonesia melalui pergaulan yang tidak ringan terutama sejak triwulan akhir 2008 dan diawal 2009. Krisis keuangan global yang terjadi tersebut cukup memberikan dampak negatif terhadap sektor perbankan. Meskipun ketahanan sektor keuangan sejak semester II 2009 dapat terjaga dengan cukup baik, namun demikian masih terdapat beberapa sumber instabilitas yang harus terus diwaspadai, antara lain masa berakhirnya krisis ekonomi global, rendahnya penyaluran kredit dan meningkatnya capital inflows yang berjangka waktu pendek. Oleh karena itu langkah-langkah risiko yang perlu diperkuat agar stabilitas system keuangan tetap terjaga dengan prospek yang positif. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan penyebar risiko secara baik (Bank Indonesia, 2010). Manajemen risiko pada lembaga keuangan perbankan menjadi salah satu unsur penting, baik menyangkut keberhasilan maupun kegagalan usaha bank. Idroes (2008) menyatakan bahwa risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. 3

Risiko ini tidak harus selalu dihindari pada semua keadaan, namun seharusnya dapat dikelola secara baik tanpa harus mengurangi hasil yang ingin dicapai, karena risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba. Apabila bank mampu mengelola risiko yang dimiliki termasuk pengelolaan pendapatannya, diharapkan return bank mampu meningkat. Akan tetapi apabila risiko yang ada tidak dapat dikelola secara baik justru berpotensi meningkatkan probabilitas terjadinya kebangkrutan bank. Banyak perusahaan yang bangkrut dan dilikuidasi karena menderita kerugian yang sedemikian besar. Hal ini karena tidak atau gagal memperhitungkan risiko yang ada. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan suatu bank apakah dalam kategori baik atau buruk, salah satunya dapat diukur dengan menggunakan rasio keuangan, penggunaaan rasio keuangan ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengukuran kinerja suatu bank baik konvensional maupun yang syariah. Rasio ini digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan bank terutama bagi pihak debitur. Hasil analisis dapat digunakan untuk melihat kelemahan financial bank selama periode berjalan. Kelemahan yang terdapat dibank dapat segera diperbaiki, sedangkan hasil yang cukup baik untuk dipertahankan pada waktu yang akan datang. Analisis historis tersebut dapat digunakan untuk menyusun rencana dan kebijakan masa mendatang. Rasio-rasio tersebut yaitu likuiditas, rentabilitas, resiko usaha bank, permodalan, dan efisiensi usaha. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan 4

berasal dari penjualan dan pendapatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Intinya adalah profitabilitas menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2002). Sebagai gambaran diperlihatkan gambaran jumlah laba dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2014 keempat bank tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Jumlah laba perusahaan BUMN Periode 2013-2014 NO NAMA BANK LABA BERSIH (dalam jutaan) 2013 2014 1 Bank BNI 9.057.941 10.829.379 2 Bank BRI 21.354.330 24.253.845 3 Bank BTN 1.443.057 1.115.592 4 Bank Mandiri 18.829.934 20.654.783 Sumber : idx.co.id Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa laba terbesar sampai dengan Tahun 2014 dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Posisi kedua pencapaian laba adalah Bank Mandiri. Pada tabel ini sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan perbankan tersebut. Tingkat profitabilitas dalam suatu perusahaan dapat dinilai dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara menganalisis dan menghitung rasio dalam kinerja keuangan (Fitriyanti, 2010). Penghitungan rasio tersebut dilakukan, untuk kemudian dibandingkan berdasarkan rentang waktu agar terlihat perubahannya. Dengan diketahuinya hal itu maka perusahaan dapat menentukan strategi terbaik agar tercapai tujuan dan keuntungan yang diharapkan. Bank merupakan institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, memiliki risiko yang melekat (inhernt) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan akan menimbulkan dampak pada nasabah dan 5

perekonomian secara keseluruhan. Bank sangat rentan terhadap risiko sistemik yang melekat pada industri perbankan (Idroes,2008). Dalam kalangan perbankan, implementasi menajemen risiko menjadi keharusan karena kebangkrutan sebuah bank dapat menimbulkan eksternalitas negatif yang sangat besar (Sunaryo,2007). Beberapa penilitian menunjukkan bahwa rasio keuangan terbukti berperan dalam penilaian kinerja bank, termasuk risiko yang menyertai dalam kegiatan usaha bank. Keuntungan (Profitabilitas), dalam beberapa penelitian umumnya menggunakan rasio keuangan Return on Assets (ROA). ROA dipilih sebagai variabel dependen dalam penelitian ini. Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan setiap bank. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan kinerja bank efisien. (Meythi, 2005). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Alasan dipilihnya ROA (Return on Asset) sebagai indikator pengukur tingkat profitabilitas bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan sebaik baiknya aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) yang diperoleh semakin besar. Apabila Return On Asset (ROA) meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham 6

(Husnan, 1998). Sebuah bank akan dinilai baik apabila memiliki kinerja keuangan yang baik pula. Ada banyak cara untuk mengukur kinerja keuangan sebuah bank. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011 menyatakan bahwa sistem penilaian analisis kesehatan bank diubah dari CAMELS (Capital, Assets quality, Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk) menjadi RGEC (Risk profile, Good corporate governance, Earnings, & Capital). Peraturan Bank indonesia PBI No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang mana diatur bahwa bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) mengenai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko Risk Based Bank Rating (RBBR) baik secara individual maupun konsolidasi. Dalam hal ini, yang wajib menjadi peserta adalah bank umum yang terdaftar pada Bank Indonesia. Apabila kondisi bank dalam keadaan sehat, maka perlu dipertahankan kesehatannya. Akan tetapi jika kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka perlu diambil tindakan untuk memperbaikinya. Dari penilaian tingkat kesehatan bank ini pada akhirnya akan menunjukkan bagaimana kinerja bank tersebut. Capital Adequency Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya kecukupan modal bank yang dimiliki bank. Didalam pendekatan Risk Based Bank Rating (RBBR) tersebut pada urutan keempat adalah capital atau modal, Kecukupan modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank, serta sebagai upaya untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat. Sebagaimana layaknya sebuah badan usaha, modal bank harus dapat digunakan 7

untuk menjaga timbulnya resiko akibat dari pergerakan aktiva bank yang pada dasarnya sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga atau dana masyarakat. Berikut adalah data jumlah modal yang dimiliki ke empat bank BUMN dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Jumlah Modal Pada Bank-Bank BUMN dari Periode 2013-2014 NO NAMA BANK MODAL (dalam jutaan) 2013 2014 1 Bank BNI 43.563.420 50.352.050 2 Bank BRI 69.472.036 85.706.557 3 Bank BTN 10.353.005 11.171.458 4 Bank Mandiri 73.345.421 85.479.697 Sumber : idx.co.id Tabel 1.3 menunjukkan keempat bank tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1.3 bank tersebut memiliki pengelolaan yang baik dalam menjalankan aktivitas keuangan perbankan. Pengelolaan dana yang diperlukan oleh bank tidak hanya berupa penyaluran kredit kepada masyarakat, tetapi bisa digunakan untuk investasi atau penanaman dana kedalam aktiva produktif lainnya, yaitu surat surat berharga seperti obligasi dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam rangka memperkuat likuiditas bank, penyertaan kebadan usaha lain maupun penempatan sebagai alat alat liquid. Selain memperhatikan besarnya kecukupan modal bank perlu memperhatikan risiko kredit. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank mengandung risiko yaitu berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau dengan kata lain disebut risiko kredit. Menurut Ali (2006), risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Menurut Dendawijaya (2009), kredit bermasalah dapat diukur dari kolektibilitasnya dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan 8

macet. Kemacetan fasilitas kredit disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor ekstern, faktor intern dari pihak perbankan dan faktor intern dari pihak nasabah. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur risiko kredit dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL). Non Performing Loan adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang di berikan kepada debitur. Apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal tersebut akan mengganggu kinerja bank tersebut. Dendawijaya (2009) mengemukakan dampak dari keberadaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank. LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Tabel 1.4 dibawah ini dapat dilihat jumlah kredit dan dana pihak ketiga pada 4 bank BUMN dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2014. Tabel 1.4 Jumlah Kredit Yang Diberikan Pada Bank-Bank BUMN Periode 2013-2014 NO NAMA BANK KREDIT YANG DIBERIKAN (dalam jutaan) 2013 2014 1 Bank BNI 243.757.807 277.622.281 2 Bank BRI 430.617.873 490.402.708 3 Bank BTN 92.386.308 106.271.277 4 Bank Mandiri 450.634.798 505.394.870 Sumber : idx.co.id 9

Tabel 1.4 menunjukkan perbankan telah berupaya menjadi alat bantu negara dalam terciptanya kesejahteraan. Hal ini dapat dilihat pada tabel penyaluran kredit perbankan Bank BUMN yang bersedia menyalurkan kredit dari dana pihak ketiganya kepada pencari dana yang umumnya pelaku usaha. Dengan demikian, dengan kredit maka sektor usaha dapat bergeliat guna memajukan usahanya. Kredit yang disalurkan perbankan, sumber dananya mayoritas berasal dari dana pihak ketiga yang dikelola bank. Dana pihak ketiga artinya dana yang berasal dari simpanan masyarakat yang disimpan dan dipercayakan pengelolaannya oleh bank, dan sewaktu-waktu kapanpun bisa ditarik oleh masyarakat atau nasabah. Loan to deposit ratio merupakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh nasabah dengan mengendalikan kredit yang disalurkan sebagai sumber likuiditas. Berikut adalah tabel dana pihak ketiga yang dimiliki keempat Bank BUMN dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2014 : Tabel 1.5 Dana Pihak Ketiga Pada Bank-Bank BUMN Periode 2013-2014 DANA PIHAK KETIGA NO NAMA BANK (dalam jutaan) 2013 2014 1 Bank BNI 282.739.954 300.264.809 2 Bank BRI 504.281.382 622.321.846 3 Bank BTN 96.207.622 106.470.677 4 Bank Mandiri 508.996.256 583.448.911 Sumber : idx.co.id Tabel 1.9 menunjukkan bahwa besarnya dana pihak ketiga keempat bank BUMN mengalami kenaikan setiap tahunnya. Batas aman LDR adalah sekitar 80% namun batas toleransi sebesar 85% - 100%. LDR mencerminkan antara rasio pembiayaan 10

yang dilakukan bank umum kepada nasabahnya dibanding dengan dana yang masuk atau yang terkumpul dari masyarakat. Fluktuasi dan perbedaan hubungan yang terlihat pada variabel-variabel tersebut diatas menunjukkan adanya fenomena yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kinerja bank,yaitu terkait profitabilitas bank pada periode yang akan datang, termasuk kandungan risiko yang ada didalamnya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menegenai hubungan variabel-variabel tersebut, yaitu CAR, NPL, dan LDR terhadap ROA. Dari beberapa pertimbangan diatas, maka alasan penulis memilih judul tersebut karena melihat tren kasus pada industri perbankan nasional maupun internasional adalah pada aspek Return on Assets (ROA) suatu bank. Sedangkan alasan penulis memilih variabel independen CAR, NPL dan LDR, karena merupakan indikator umum baik dalam penelitian kinerja maupun laba yang diperoleh bank seperti yang dilakukan beberapa yang dilakukan oleh penelitian terdahulu. Latar belakang yang sudah diuraikan dari data empiris yang memilki keterkaitan serta menginspirasi dalam penelitian ini, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai profitabilitas perbankan dengan judul Pengaruh Rasio Kemampuan Modal, Risiko Kredit dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan BUMN Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014 11

1.2 Perumusan Masalah Apakah kecukupan modal, risiko kredit dan likuiditas berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang sudah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio kecukupan modal, resiko kredit dan likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014 secara parsial dan simultan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti yaitu menambah wawasan tentang seberapa besar pengaruh rasio kecukupan modal dan likuiditas terhadap profitabilitas perusahaan perbankan. 2. Manfaat bagi Investor yaitu dapat memberikan kontribusi bagi investor dalam berinvestasi. 1.5 Kerangka pemikiran Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba atau profit. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antar laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba. Jika ROA meningkat berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah profitabilitas yang dinikmati pemegang saham (Husnan, 1998). 12

Apabila profitabilitas bank tinggi, maka dapat dikatakan bank tersebut sudah sangat baik dalam mengelola keuangannya. Rasio keuangan yang umunya mempengaruhi ROA adalah CAR (mewakili modal), NPL (mewakili risiko kredit) dan LDR (mewakili likuiditas). Awal dari sebuah kegiatan ekonomi yaitu modal. Modal yang besar dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan, begitu pula dengan bank. Kurangnya modal yang dimiliki bank dapat berdampak pada profitabilitas bank. CAR mencerminkan modal sendiri perusahaan, semakin besar CAR maka semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba, karena dengan modal yang besar manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya ke dalam aktivitas investasi yang menguntungkan (Nusantara, 2009). Perusahaan perbankan pada umumnya dihadapkan pada berbagai risiko, salah satu risiko tersebut adalah risiko kredit. Rasio yang digunakan adalah Rasio NPL. Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Jika NPL tinggi maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar, semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yamg ditanggung pihak bank dan berpengaruh terhadap laba. Kemampuan bank dalam memberikan pinjaman kepada masyarakat harus diimbangi dengan banyaknya simpanan yang diperoleh bank. Bank tidak dapat berjalan dengan dan berkembang tanpa adanya penerimaan uang dalam bentuk simpanan. Namun, bank juga tidak dapat memaksimalkan labanya hanya menerima simpanan dari masyarakat. Apabila pinjaman yang diberikan terlalu 13

besar maka bank akan bermasalah dengan jumlah simpanan yang ada di bank. Sebaliknya apabila simpanan terlalu besar, sementara bank kurang bisa menyalurkan dalam bentuk pinjaman, maka bank tidak bisa memanfaatkan uang simpanan tersebut untuk menghasilkan laba. Karena itu harus ada keseimbangan antara simpanan dan pinjaman. LDR menggambarkan kemampuan suatu bank dalam mengendalikan simpanan dan pinjaman. Gambar 1.1 Pengaruh CAR, NPL dan LDR terhadap profitabilitas (ROA) Bank BANK-BANK BUMN : 1. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) 2. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) 3. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) 4. BANK MANDIRI CAR (X1) NPL (X2) LDR (X3) ROA (Y) 1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini didasarkan latar belakang masalah dan kerangka pemikiran diatas sebagai berikut : 14

H1 : CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. H2 : NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. H3 : LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. H4 : CAR, NPL dan LDR secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2014. 15