MAKALAH PEMBERDAYAAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

dokumen-dokumen yang mirip
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Partisipasi kelompok marginal dan perempuan

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Drs MOHAMAD IrFAN, M.Si. Bpm aeh. Hermes Hotel, 4 Oktober 2016

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kegiatan. perencanaan program sudah berjalan dengan baik.

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

-2- No.1934, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tenta

SAMBUTAN KEPALA DESA

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUPATI KEBUMEN SURAT EDARAN NOMOR... TENTANG PETUNJUK TEKNIS MUSRENBANG DESA/KELURAHAN TAHUN 2017

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

PERBEKEL TEGAK KABUPATEN KLUNGKUNG PERATURAN DESA TEGAK NOMOR :... TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Lembaran Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 2 Tahun 2014 Seri E BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LATAR BELAKANG. Buku Saku Dana Desa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR

Pelembagaan Penguatan Warga, Organisasi Warga dan Pemerintah Desa dalam rangka mendorong Kemandirian Desa di Kabupaten Lombok Utara

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

KEPALA DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages

RPJMDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (Enam) tahun dan merupakan penjabaran dari visi dan misi kepala desa (atau desa) yang memuat arah

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERKAWINAN USIA ANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berikut adalah beberapa kesimpulan dalam penelitian ini:

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

KEPALA DESA CLURING KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAPPEDA KABUPATEN LAHAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN.

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA OLEH : BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Transkripsi:

MAKALAH PEMBERDAYAAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS Disusun Oleh: YAKOBUS N. LALAPRAING Fasilitator Pendukung Yayasan Bahtera Desa Tana Rara dan Bali Ledo SUMBA BARAT 2016 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang di dunia ini dilahirkan dengan berbagai perbedaan. Tidak ada seorangpun yang terlahir sama meskipun mereka adalah kembar. Perbedaan tersebut bisa melalui perbedaan fisik maupun non-fisik. Merupakan hal yang wajar jika kita berbeda dalam segala hal, contohnya; perbedaan warna kulit, bentuk fisik, kecerdasan, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Oleh karena itu, bukan hal yang mengherankan jika dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai banyak saudara-saudara kita yang merupakan penyandang disabilitas. Permasalahan kemiskinan dan persoalan-persoalan yang cukup kompleks membutuhkan perhatian semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.terutama diskriminasi, marginalisasi, stigma dan kekerasan terhadapa penyandang disabilitas merupakan persoalan serius yang harus ditangani segera. Salah satu solusi yang dianggap cukup baik adalah melalui pemberdayaan penyandang disabilitas. Pemberdayaan merupakan jalan keluar untuk menciptakan iklim dan tatanan masyarakat yang sejahtera dalam segala aspek kehidupan. James Christenson dan Jerry Robinson tahun 1980 seperti dikutip oleh Lyon (1987) dalam Saharudin (2000) menyatakan bahwa dalam konsep pemberdayaan masyarakat, komunitas digambarkan sebagai elemen-elemen pokok masyarakat yang ada dalam batas geografis tertentu dimana mereka dapat mengembangkan interaksi sosial dengan ikatanikatan psikologi satu sama lain dan dengan tempat tinggal mereka. Ini berarti, bahwa semua individu dalam suatu wilayah geografis (desa) mempunyai hak dan kewajiban untuk turut membangun desanya tanpa ada pembatasan terhadap peran dan fungsi. Penyandang disabilitas sebagai pihak yang termarjinalkan atau yang tersisihkan selama ini merupakan pihak yang perlu mendapat perhatian serius untuk diberdayakan sehingga mandiri dan mampu untuk membangun desanya. Stigma negatif yang melekat pada penyandang disabilitas di desa Tana Rara perlahan mulai pupus dengan adanya pendampingan 2

dari Yayasan Bahtera sejak akhir tahun 2015 melalui program PEDULI. Pendekatan berbasis masyarakat dengan memperhitungkan potensi sumberdaya yang dimiliki terus dikembangkan. Kerja kolaboratif, sinergisitas dengan para pihak semakin menguat pula. Pendekatan kearifan lokal melalui kunjungan bale-bale/diskusi bale-bale untuk tetap manjaga kepercayaan diri penyandang disabilitas dan penerimaan sosial adalah tanggung jawab Yayasan Bahtera lebih khusus Fasilitator Pendukung terus digalakkan. Proses saling belajar untuk memperkuat kapasitas dan rasa kepedulian menjadi kebutuhan yang terus-menerus diperkuat di internal Bahtera. Penerimaan sosial dari orang tua/keluarga, masyarakat serta layanan sosial dan kebijakan berupa alokasi anggaran Dana Desa yang diberikan oleh pemerintah desa telah membuka cakrawala berpikir kritis dan kesadaran kritis semua unsur bahwa penyandang disabilitas juga adalah warga masyarakat yang mempunyai hak yang sama. Pengakuan, perlakuan yang layak dan setara bagi penyandang disabilitas semakin menguat. Penyandang disabilitas sudah bisa berinteraksi secara sosial karena kepercayaan diri sudah ada. Bahkan penyandang disabilitas sudah bisa berpartisipasi aktif dalam proses pengelolaan pembangunan mulai dari keterlibatan pada proses musrenbang, pilkada dan pemilihan kepala desa. Jika dibandingkan dengan sebelum pendampingan sangat memprihatinkan karena diskriminasi, marginalisasi, stigma yang dialami oleh saudara kita yang penyandang disabilitas. Pemerintah desa sebagai pengambil kebijakan di tingkat desa sesuai ketentuan perundang-undangan Nomor 06 tahun 2014 tentang Desa dan Undang-Undang Nomor 08 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilita, dituntut untuk membuat kebijakan yang responsif bagi penyandang disabilitas berupa pengalokasian dana. AlhasilHasil membanggakan dan menggembirakan adalah pemerintah desa memperhatikan partisipasi penyandang disabilitas dalam musrenbang desa dan mengusulkan pengalokasian anggaran pada tahun 2016 sebesar Rp.7.000.000,- untuk 28 orang penyandang disabilitas. Ini awal yang sangat baik karena baru kali ini ada perhatian/sentuhan untuk pemberdayaan yang dirasakan oleh penyandang disabilitas. Dengan demikian, pemberdayaan bagi penyandang disabilitas berupa pengalokasian anggaran merupakan langkah konkrit pemerintah desa Tana Rara untuk menunjukkan keseriusan bagi kesejahteraan bersama terkhususnya penyandang disabilitas. 3

Nilai keberagaman, interaksi dinamis antar semua elemen, kesetaraan, keadilan sudah mulai menguat. Hampir tidak ditemukan sekat/tembok pemisah antar semua elemen. Penerimaan sosial, Layanan Sosial, Kebijakan yang berpihak sudah semakin dirasakan oleh Penyandang disabilitas dan semakin meluasnya virus gerakan memperjuangkan inklusi sosial. Apresiasi yang sangat besar kepada pemerintah desa Tana Rara yang telah responsif melakukan pemberdayaan kepada Penyandang disabilitas. Desa inklusi yang menjadi dambaan kini sudah mulai mewarnai kebijakan pemerintah desa. Semoga kedepan semakin menemukan strategi dan metode pendekatan yang berkualitas sehingga kesetaraan, keadilan dan inklusi sosial semakin menggetarkan bumi desa Tana Rara dan meluas sampai kedesadesa yang lainnya. AKU, KAMU DAN DIA SAMA Menyimak uraian di atas penulis ingin memaparkan hasil pendampingan secara lebih dalam, terkait alokasi anggaran dari dana desa oleh pemerintah desa sebagai praktek baik dan cerdas sehingga penyandang disabilitas boleh menikmati dunia INKLUSI dalam karya tulis berjudul Pemberdayaan bagi Penyandang Disabilitas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul yaitu: 1. Bagaimana proses pengalokasian dana desa bagi pemberdayaan penyandang disabilitas? 2. Apa yang menjadi kendala dalam pengalokasian dana desa bagi pemberdayaan penyandang disabilitas? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui proses pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas. b. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas. 4

c. Untuk mengapresiasi setiap pelaku peduli penyandang disabilitas dengan cara dan kelebihan masing-masing. d. Untuk mendokumentasikan praktek baik/cerdas tentang pengalokasian anggaran yang mendukung kemandirian penyandang disabilitas dan INKLUSI SOSIAL dan bisa disharingkan kepada sesama atau pihak lain. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Dapat mengetahui proses pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas b. Dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengalokasian anggaran. E. Strategi Praktek baik/cerdas di atas bisa terjadi karena beberapa strategi yang dikembangkan antara lain: 1. Penguatan kapasitas penyandang disabilitas dalam partisipasi politik, advokasi, perencanaan dan penganggaran. 2. Penguatan kapasitas penyandang disabilitas untuk mengakses layanan dasar yang lebih baik. 3. Promosi, sosialisasi untuk membangun Pemahaman Masyarakat, Orang tua penyandang disabilitas, KPMD, Pemerintahan Desa, Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten tentang Inklusi sosial dan kaum penyandang disabilitas. 4. Mendorong Partisipasi penyandang disabilitas dalam proses pengambilan kebijakan dan perencanaan penganggaran desa kabupaten. 5. Pendekatan asset/potensi sumberdaya yang dimilki. 6. Pendampingan yang efektif dan efisien, yaitu berupa kunjungan bale-bale dan diskusi bale-bale. 7. Membangun jaringan baik tingkat desa s/d kabupaten. 5

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian 1. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan madani dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan dari perangkat pemerintah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang ingin dicapai. Menurut Widjanarko (2005:15) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memecahkan suatu masalah dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, baik secara kelompok maupun individu. 2. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. 3. Disabilitas adalah suatu kondisi ketidakmampuan dalam melaksanakan suatu aktivitas/kegiatan tertentu sebagaimana layaknya orang normal. B. Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Isu penyandang disabilitas merupakan isu kompleks yang membutuhkan perhatian serius pada saat ini. Berbagai kebijakan yang responsif diciptakan untuk menjamin pemenuhan hak penyandang disabilitas. Salah satu yang terjadi adalah dengan adanya alokasi dana desa bagi penyandang disabilitas untuk pemberdayaan sehingga mereka bisa mandiri kedepannya. Alokasi dana ini merupakan salah satu wujud nyata perhatian pemerintah desa terhadap penyandang disabilitas. Mulai tumbuhnya perhatian pemerintah desa terhadap penyandang disabilitas di desa Tana Rara dikarenakan oleh munculnya kesadaran pemerintah desa bahwa penyandang disabilitas juga merupakan warga masyarakat desa yang punya hak yang sama. a. Proses pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas 6

Proses pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas di desa Tana Rara melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Dusun (Musrenbangdus) Dalam proses Musrenbangdus, penyandang disabilitas dan kader desa menyampaikan usulan untuk pengalokasian anggaran bagi pemberdayaan penyandang disabilitas. 2. Pengusulan awal pra-musrenbangdes oleh pendamping dan kader desa Dalam tahapan ini, pendamping, kader desa dan penyandang disabilitas terus mengadvokasi pemerintah desa untuk mengusulkan alokasi anggaran bagi pemberdayaan penyandang disabilitas. 3. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Dalam tahapan ini, kebutuhan alokasi anggaran untuk pemberdayaan di desa Tana Rara diusulkan secara langsung oleh penyandang disabilitas sendiri. Kegiatan yang difasilitasi langsung oleh BPMD ini menukik pada empat bidang yaitu; Bidang Pemerintahan Desa, Bidang Pembangunan Desa, Bidang pemberdayaan Masyarakat Desa dan Bidang Pembinaan Masyarakat Desa. Untuk kebutuhan penyandang disabilitas sendiri, diusulkan dalam bidang pembinaan dan pemberdayaan Masyarakat desa. 4. Musrenbangcam Kecamatan Loli melaksanakan musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat Kecamatan, yang menampung aspirasi masyarakat yang diusulkan dan diakomodir melalui program dan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing desa yang bersangkutan. Data usulan dari semua Desa/Kelaurahan yang telah terkumpul, akan digodok dan dimusyawarahkan, hasil musyawarah kecamatan ini dituangkan dalam satu dokumen berupa daftar usulan kegiatan Kecamatan yang akan diusulkan pada musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tingkat Kabupaten. Usulan untuk kebutuhan bagi penyandang disabilitaspun telah tercover dalam Bidang Pembinaan. 5. Musrenbangkab 7

Usulan-usulan program dari kecamatan kemudian dibawa ke kabupaten untuk dimusyawarahkan. b. Kendala dan tantangan dalam proses pengalokasian anggaran bagi pemberdayaan penyandang disabilitas Isu penyandang disabilitas adalah isu yang masih sangat baru sehingga tidak lepas dari tantangan dan kendala yang muncul dan dihadapi. Proses untuk pengalokasian anggaran bagi kebutuhan penyandang disabilitas masih melalui perdebatan dan bahkan jumlah anggarannya sangat terbatas. Kendala dan tantangan itu antara lain: 1. Belum adanya regulasi dan kebijakan yang melindungi pemerintah desa untuk mengalokasikan anggaran bagi penyandang disabilitas. 2. Adanya ketakutan pemerintah desa untuk alokasi anggaran bagi penyandang disabilitas dikarenakan regulasi dan kebijakan yang mengatur tentang kebijakan anggaran khusus bagi penyandang disabilitas belum ada. 3. Suksesi kepala desa juga menjadi salah satu faktor penghambat. Adanya pergantian kepala desa selama 3 kali dalam kurun waktu 12 bulan di desa Tana Rara mempunyai pengaruh besar karena mulai lagi membangun pemahaman kepada kepala desa yang baru serta membangun hubungan emosional yang membutuhkan waktu dan energi. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman pemerintah desa yang baru dalam pengelolaan keuangan dana desa. 4. Perubahan aturan yang sebelumnya ada 6 (enam) bidang menjadi 4 bidang menjadi kendala bagi pemerintah desa karena baru diterapkan pada tahun anggaran 2016. Akibat dari perubahan aturan ini, menyebabkan BPMD sebagai penyelaenggara terlambat untuk mengatur jadwal Musrenbang. 5. Transisi regulasi dengan adanya UU Desa Nomor 6 Tahun 2014 juga menjadi salah satu kendala dalam proses pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas. Regulasi yang sering berubah akhirnya membingungkan pemerintah desa sehingga muncul ketakutan. Dari enam bidang menjadi 4 bidang. Untuk mengkonek/menghubungkan serta mengintegrasikan perencanaan ada keraguan. 8

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa proses perencanaan untuk pengalokasian anggaran bagi penyandang disabilitas dimulai dari musrenbangdus, pramusrenbangdes, musrenbangdes, musrenbangcam dan musrenbangkab. Semua mempunyai tahapan proses yang panjang namun menghasilkan dampak yang baik untuk kesejahteraan masyarakat desa terkhususnya bagi penyandang disabilitas. Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengalokasian anggaran bagi pemberdayaan penyandang disabilitas yaitu; kebijakan dan regulasi yang belum ada, adanya ketakutan pemerintah desa karena belum adanya regulasi yang memayungi mereka, lemahnya kinerja pemerintah desa, suksesi bupati, transisi regulasi dengan adanya UU Desa Nomor 6 Tahun 2014 dan suksesi kepala desa. 2. Saran Dari kesimpulan yang dijabarkan di atas, maka dapat diberikan saran 1. Perlu adanya regulasi dan kebijakan yang melindungi pemerintah desa. 2. Perlunya pendampingan dan penguatan kepada pemerintah desa tentang tata kelola keuangan desa. 3. Penerapan nilai tatakepemerintahan local yang demokratis (partisipasi, transparansi, akuntabilitas) 4. Prinsip dan pendekatan asset, apresiative inquairy, keberlanjutan melalui sumber daya manusia seperti Kader Pemberdayaan Desa, Kelompok Peduli Penyandang disabilitas terus diperkuat. 5. Kunjungan bale-bale 6. Promosi serta sosialisasi yang terus-menerus tentang gerakan bersama wujudkan inklusi sosial. 9

Daftar Pustaka dan Refensi 1) http://www.dicoret.com/2015/02/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html 2) http://zoelfadlianeukaceh.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-pembrdayaanmasyarakat.html 3) RPJM Desa Tana Rara 4) RKP Desa Tana Rara tahun 2016 dan APB Desa tahun 2016 10