BAB II TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB li KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

I. PENDAHULUAN. karena kemajuan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MATERI SUMBER DAYA ALAM. 1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam perkembangan selama ini SMP Negeri 1 Way Bungur

Opin Ahmad 1, Salma Bowtha 2, Radia Hafid 3

PROPOSAL KORELASI ANTARA PENGUASAAN IPA DI SD DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP PADA SISWA KELAS VII 1 SMP NEGERI 5 SALAHUTU.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB II KAJIAN TEORI. penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 2

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. maksimal, hendaknya guru mempunyai kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model dan Metode Problem solving a. Pengertian Model dan Metode Problem solving

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan perlu adanya evaluasi pendidikan. Fungsi evaluasi di

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray a) Pengertian model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray Menurut Isjoni (2010, h.15 ) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS kali pertama dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1992. TSTS berasal dari bahasa Inggris yang berarti dua tinggal dua tamu. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain Menurut Suyatno (2009, h.66 ) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan keompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu kelompok lain dan siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok dan laporan kelompok. Menurut Komalasari Kokom (2010, h.69 ) Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Keterampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer) pengarur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar 12

13 b) Langkah langkah model pembelajaraan kooperatif tipe Two Stay Two Stray Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah) maupun jenis kelamin. 3) Guru membagi lembar kerja siswa (LKS) atau tugas untuk dibahas dalam kelompok. 4) Siswa 2-3 orang dari tiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mencatat hasil pembahasan LKS atau tugas dari kelompok lain, dan sisa kelompok tetap di kelompoknya untuk menerima siswa yang bertamu ke kelompoknya. 5) Siswa yang bertamu kembali ke keelompoknya masing-masing dan menyampaikan hasil kunjungannya kepada teman yang tetap berada dalam kelompok. Hasil kunjungan dibahas bersama dan dicatat. 6) Hasil diskusi dikumpulkan dan salah satu kelompok mempresentasikan jawaban mereka, kelompok lain memberikan tanggapan.

14 7) Guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban yang benar. 8) Guru membimbing siswa merangkum pembelajaran. 9) Guru memberikan penghargaan secara kelompok. Skema pergantian anggota kelompok dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut (untuk memudahkan penjelasan, dibahas kasus untuk jumlah peserta didik dua belas orang). Gambar 2.1 Dinamika Perpindahan anggota kelompok dalam metode Two Stay Two Stray c) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray 1) Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray Menurut Fathurrahman (2015, h. 91), Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia siswa. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok, tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorentasi kepada keaktifan siswa. 2) Kekurangan model pembelajaran Two Stay Two Stray Menurut Fathurrahman (2015, h. 91), kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat, peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil, dan kunjungan dari 2 orang anggota kelompok yang satu ke kelompok lain membutuhkan perhatian khusus dalam

15 pengelolaan kelas serta dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Selain itu, guru juga harus membutuhkan banyak persiapan. 2. Hasil Belajar a) Pengertian Hasil Belajar Pengungkapan hasil belajar pada prinsipnya meliputi semua ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Dalam prakteknya pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah afektif sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur. Menurut Sudjana (2008, h.22) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. b) Klasifikasi Hasil Belajar Bloom (dalam sudjana, 2008, h.22) membagi tiga hasil belajar,yakni: 1) Ranah kognitif, mencakup : a. Tipe Hasil Belajar :pengetahuan b. Tipe Hasil Belajar :Pemahaman c. Tipe Hasil Belajar :Aplikasi d. Tipe Hasil Belajar :Analisis e. Tipe Hasil Belajar :Sintesis f. Tipe Hasil Belajar :Evaluasi 2) Ranah afektif, mencakup : a. Menerima (receiving), termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. b. Menanggapi (responding), reaksi yang diberikan, ketepatan reaksi, perasaan kepuasan, dan lain-lain.

16 c. Menilai (evaluating), kesadaran menerima norma, sistem nilai, dan lain-lain. d. Mengorganisasi (organization), pengembangan norma dan nilai dalam organisasi sistem nilai. e. Membentuk watak (characterization), sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. 3) Ranah psikomotoris, mencakup : a. Gerakan refleksi b. Keterampilan gerakan dasar c. Kemampuan perseptual d. Keharmonisan atau ketepatan e. Gerakan keterampilan kompleks f. Gerakan ekspresif dan interpretatif c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2010, h.54) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 1) Faktor-Faktor Intern a. Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor psikologi, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan c. Faktor kelelahan baik secara jasmani maupun rohani 2) Faktor Ekstern a. Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah c. Lingkungan masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman begaul, bentuk kehidupan masyarakat.

17 B. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Judul Tempat Pendekatan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Peneliti/tahun penelitian & analisis 1 Nilawati /2010 Penerapan SMP Negeri 1 Penelitian Dari penelitian ini Penelitian Metode yang Model Rangsang Tindakan dapat disimpulkan terdahulu dan digunakan dalam Pembelajaran Kelas bahwa penerapan Penelitian yang penelitian Kooperatif model akan dilakukan terdahulu Dengan pembelajaran untuk mengetahui menggunakan Menggunakan kooperatif dengan pengaruh model PTK dan variabel Teknik Two Stay menggunakan pembelajaran y pada peneliyian Two Stray teknik two stay kooperatif dengan ini adalah (TSTS) Untuk two stray (TSTS) menggunakan terhadap prestasi

18 Meningkatkan dapat teknik two stay belajar. Prestasi Belajar meningkatkan hasil two stray Ekonomi Siswa belajar ekonomi di Kelas VIII,SMP kelas VIII SMP NEGERI 1 Negeri 1 Pekan Rangsang Baru tahun ajaran 2009/2010 2. Iwan PENGARUH SMP Negeri 2 Pendekatan Hasil perhitungan Penelitian Penelitian Kurniawan/2012 PENGGUNAAN Cibungbulang kuantitatif dan analisis data terdahulu dan terdahulu TEKNIK TWO hasil penelitian Penelitian yang dilakukan untuk STAY TWO menunjukkan akan dilakukan mengetahui STRAY (TSTS) adanya perbedaan menggunakan pengaruh model TERHADAP penggunaan model model pembelajaran Two HASIL pembelajaran pembelajaran Stay Two Stray

19 BELAJAR kooperatif teknik kooperatif tipe terhadap hasil BIOLOGI TSTS terhadap Two Stay Two belajar siswa SISWA KELAS hasil belajar Stray VII biologi siswa kelas VII. 3. Dewi Ratih Pengaruh SMA Negeri Eksplanatori Hasil penelitian Variabel Variabel Y( Hasil Purnamasari/2015 Kompetensi 19 Bandung menunjukan bahwa X(Kompetensi belajar dengan Pedagogik kompetensi Pedagogik) Motivasi Belajar) Terhadap Hasil pedagogic Belajar Dengan menunjukan hasil Mediasi Motivasi Belajar positif mediasi belajar terhadap motivasi

20 C. Kerangka Pemikiran Didalam suatu pembelajaran, hasil belajar sangatlah ditentukan dari proses belajar mengajar, dimana belajar merupakan perubahan seseorang yang mulanya tidak tahu menjadi tahu dan juga meningkatkan perkembangan pengetahuan siswa. Perubahan yang terjadi akibat belajar sering dinyatakan dalam hasil belajar di sekolah, hasil belajar adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru terhadap perembangan kemajuan siswa dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, faktor ekstern adalah fator yang berasal dari luar lingkungan siswa, dan faktor pendekatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (dalam Karwati Euis, 2014, h.214) bahwa faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar : 1. Faktor-Faktor Intern a. Aspek Fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot). b. Aspek Psikologis, yaitu aspek yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa 5) motivasi siswa 2. Faktor Eksternal Siswa a. Lingkungan siswa, seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. b. Lingkungan nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuacu dan waktu belajar yang digunakan siswa. 3. Faktor Pendekatan Belajar

21 Faktor ini dapat dipahami keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Dari pernyataan tersebut di atas menjelaskan bahwa salah satu yang mempengaruhi adalah pendekatan belajar, sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktifitas belajar muridnya. Cara yang bisa dilakukan oleh guru diantaranya menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaraan kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar. Usaha kerja sama masing-masing anggota kelompok mengakibatkan manfaat timbal balik sehingga semua anggota kelompok memperoleh prestasi, kegagalan maupun keberhasilan ditanggung bersama. Salah satu pembelajaran kooperatif yang akan diterapkan pada mata pelajaran ekonomi adalah pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two Stray. Two Stay Two Stray merupakan model kooperatif yang memberikan kesempatan bagi kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Dengan adanya model pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Model ini juga membiasakan siswa untuk bertanggung jawab kepada kelompoknya. Secara skematik kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut

22 (Input) Perlakuan Menggunakan model TSTS Menggunakan model konvensional Pencapaian hasil belajar siswa (Output ) Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Dari uraian kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut Model Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (X) Hasil belajar (Y) Gambar 1.3 Pengaruh Model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Terhadap Hasil Belajar Siswa Keterangan : Variabel X Variabel Y = Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray = Hasil Belajar

23 = Menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray terhadap peningkatan hasil belajar. D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Suharsimi Arikunto (2010, h. 65) menyatakan bahwa asumsi adalah sesuatu yang dianggap tidak mempengaruhi atau konstan.asumsi menetapkan faktor-faktor yang diawasi. Asumsi dapat berhubungan dengan syarat-syarat, kondisi-kondisi, dan tujuan-tujuan.asumsi memberi hakekat, bentuk dan arah argumentasi. Sehubungan dengan hal diatas maka penulis menggambarkan asumsi sebagai berikut : a) Guru sebagai tenaga pengajar harus mensiasati penggunaan model pembelajaran untuk meningkatka hasil belajar siswa. b) Guru sebagai tenaga pendidik sudah sesuai dengan bidang keahlian khususnya untuk mata pelajaran ekonomi. c) Pembelajaran di SMA PGRI 1 Bandung dapat menggunakan model pembelajaran Two Stay Two stray. 2. Hipotesis Menurut Sugiono (2013, h.96) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan pengertian tersebut penulis mengajukan hipotesis, yaitu: terdapat pengaruh

24 yang positif dan signifikan dari penerapan model pembelajaran cooperative tipe Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar siswa. (Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Ekonomi Dikelas X IIS SMA PGRI 1 Bandung