BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi memegang peranan penting dalam mencapai SDM berkualitas (Depkes RI, 2005). Namun menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara diantara 117 negara yang saat ini memiliki 3 masalah gizi (stunting, wasting, dan overweight). Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Sementara, permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi. (Hadi,2005) Masalah gizi tersebut dapat terlihat dari hasil Riskesda 2013, Prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 persen (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5 %). Prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11.2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2 persen kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2,3%) dan paling tinggi di 1
2 Nusa Tenggara Timur (7,8%). Secara nasional masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang dramatis di beberapa daerah yang lain akan menambah beban yang lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia dan ekonomi (Hadi, 2005). Beberapa penelitian menemukan bahwa kualitas tidur memiliki kontribusi pada permasalahan gizi. Hal ini didasarkan pada temuan Gradisar et al. (2011) bahwa selain terdapat peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, ditemukan pula laporan-laporan tentang terjadinya penurunan jumlah waktu tidur yang signifikan dari tahun ke tahun. Bawazeer et al,. (2009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan di Arab ini menjelaskan bahwa anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk lebih berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur yang baik. Penelitian tersebut juga didukung
3 dengan hasil penelitian Marfuah (2014) yang menyebutkan bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas, kualitas tidur yang buruk 2,28 kali lebih tinggi menyebabkan obesitas. Namun hasil yang berbeda dijumpai pada penelitian Nurul (2013) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara durasi dan kualitas tidur terhadap obesitas pada siswa SMP di Yogyakarta. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini (Judarwanto, 2010). Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun. Dan menurut National Sleep Foundation, anak-anak berusia 6-13 tahun memerlukan waktu 9-11 jam untuk tidur. Namun pada tahap usia ini, anak-anak usia sekolah menjadi lebih tertarik kepada TV, komputer, media elektronik, internet serta produk kafein, yang semuanya dapat menyebabkan sulit tidur, mimpi buruk dan gangguan pada tidur mereka. Berdasar uraian tersebut serta terdapat adanya perbedaan hasil penelitan, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti hubungan kualitas tidur dengan status gizi anak sekolah dasar.
4 1.2.Masalah Penelitian Berdasar latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan status gizi anak sekolah dasar. 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan status gizi anak sekolah dasar. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dan mengukur kualitas tidur pada anak sekolah dasar. b. Mengetahui dan mengukur status gizi pada anak sekolah dasar. c. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan status gizi pada anak sekolah dasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti - Menambah wawasan peneliti materi tentang hubungan kualitas tidur dengan status gizi anak sekolah dasar. - Memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran. - Memenuhi Tridharma Pendidikan Tinggi Kedokteran, yaitu pelayanan, penelitian, dan pengabdian terhadap sesama manusia.
5 1.4.2 Bagi Peneliti Lain - Menambah wawasan materi tentang kualitas tidur dan status gizi anak sekolah dasar - Dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang serupa atau penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi Siswa-siswi SD - Memberikan wawasan dan informasi pada siswa-siswi tentang hubungan kualitas tidur dengan status gizi - Menambah wawasan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan siswa-siswi. - Sekolah dan orang tua wali dari siswa-siswi juga mendapat pengetahuan mengenai hubungan kualitas tidur dengan status gizi. 1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan - Dapat dijadikan bahan referensi dan dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai perbandingan. 1.4.5 Bagi Klinisi / Dokter - Dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan status gizi pada anak sekolah dengan kajian ulang teori dalam penelitian yang sudah dilakukan. 1.4.6 Bagi Kemajuan Ilmu Kedokteran - Dapat memberikan kontribusi dalam ilmu kesehatan khususnya tentang hubungan kualitas tidur dengan status gizi.
6 1.5 Keaslian Penelitian Peneliti Judul Desain Subyek Hasil Nahla M. Sleep Cross Sebanyak Durasi tidur Bawazeer Duration and sectional 5.877 anak pendek dan (2009) Rahe C (2015) Quality Associated With Obesity Among Arab Children Associations Between Poor Sleep Quality and Different Measures of Obesity. Cross sectional laki-laki Saudi (55,2%) dan perempuan (44,8%), usia 10-19 tahun Melibatkan 753 partisipan berusia 35-65 tahun yang dilakukan di Münster, Jerman. kualitas tidur yang buruk secara signifikan terkait dengan obesitas di kalangan pemuda Arab. Kualitas tidur yang buruk dapat memprediksi obesitas dan massa lemak tubuh yang tinggi di kalangan orang dewasa.
7 Nurul Hubungan Case- SMP usia 11- Tidak terdapat Putrie Pola Tidur Control 15 tahun di hubungan yang Utami Terhadap (kasus- empat SMP bermakna antara (2013) Asupan kontrol) di Kota durasi dan kualitas Disti Hardiyanti (2012) Energi dan Obesitas Pada Remaja SMP Di Kota Yogyakarta Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja di SMP Potong lintang Yogyakarta. SMP Harapan 1 Medan Harapan 1 Medan Tabel 1.1 Keaslian Penelitian tidur terhadap obesitas. Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan indeks massa tubuh pada remaja dan antara jenis kelamin dengan obesitas, dan tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kualitas tidur.