BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

Eni Yulianingsih F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB II. Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

MAKALAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN KONSEP DIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di rumah atau teman-teman sekolah tetapi juga mulai menjalin hubungan dengan orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah, yaitu lingkungan masyarakat. Tidak sedikit individu dalam masa remaja berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan orang tua dengan maksud mencari dan menemukan dirinya sebagai usaha pembentukan identitas, misalnya sebagai anak, teman, pelajar dan sebagainya. Remaja dituntut untuk dapat membina dan menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk hubungan yang baru dalam berbagai situasi, sesuai dengan peran yang dibawakan pada saat itu, tetapi tetap menghayati sebagai pribadi dirinya sendiri. Havighurst (Monks dkk, 2001) mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dapat dipenuhi. Tugas ini dalam batas tertentu bersifat khas untuk setiap masa hidup seseorang. Havighurst menyebutnya sebagai tugas-tugas perkembangan (development task) yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan. Gunarsa dan Gunarsa (2000) mengemukakan beberapa tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja diantaranya menerima keadaan fisik, mampu bergaul, mengetahui dan menerima kemampuan sendiri, memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma serta meninggalkan reaksi cara penyesuaian kekanak-kanakan. Bila remaja tidak dapat melaksanakan 1

2 tugas perkembangan dengan baik, remaja tersebut akan mendapat kecaman dan celaan masyarakat keliling dan akan membebani perkembangan selanjutnya. Sebaliknya keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan memberikan perasaan berhasil dan akhirnya bahagia. Lazarus (Maharani dan Handayani, 2003) mengatakan bahwa saat individu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, individu tersebut harus memperhatikan tuntutan dan harapan sosial yang ada terhadap perilakunya. Tuntutan situasi sosial tersebut akan dapat dipenuhi remaja bila ia memiliki kemampuan untuk memahami berbagai situasi sosial dan kemudian menentukan perilaku yang sesuai dan tepat dalam situasi sosial tertentu yang biasa disebut penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial penting untuk mencapai keseimbangan antara tuntutan sosial dengan keadaan dirinya sehingga remaja mampu memenuhi harapan sosial yang merupakan tanggung jawab remaja terhadap lingkungan sosialnya. Perkembangan psikososial berhubungan dengan berfungsinya individu dalam lingkungan sosial, yaitu dengan melepaskan diri dari ketergantuan pada orang tua, pembentukan rencana hidup dan pembentukan sistem nilai-nilai. Perkembangan psikososial merupakan suatu proses belajar sosial yang berkesinambungan sebagai hasil belajar dan pengalaman dari lingkungan, maka muncullah perilaku yang baru. Masyarakat dan lingkungan sekitar mempunyai harapan-harapan tertentu pada remaja. Melalui proses belajar sosial remaja belajar memenuhi harapan dan tuntutan terhadapnya. Banyaknya tuntutan dan harapan lingkungan terhadap remaja. Spranger (Gunarsa dan Gunarsa, 2000) mengemukakan bahwa pada masa ini remaja sangat memerlukan pengertian dari orang lain selain remaja juga belajar menyesuaikan dirinya dalam hubungan sosial yang lebih luas dan tugas perkembangan yang lebih majemuk.

3 Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000) remaja dengan penyesuaian sosial yang baik akan mudah diterima oleh lingkungan sosialnya, sehingga remaja mampu belajar dan berkembang dengan nilai-nilai baru yang diterimanya dari masyarakat dan lingkungan. Hal ini akan membentuk identitas diri, sikap, kebiasaan-kebiasaan berperilaku dan keyakinan-keyakinan yang akan berfungsi efektif ketika remaja berperan sebagai anggota masyarakat. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial pada umumnya adalah kondisi psikis dan penerimaan diri maupun lingkungan sosial. Menurut Poerwanti dan Widodo (2002) remaja akan dapat mengatasi kesukaran yang dialaminya dalam usaha penyesuaian diri terhadap lingkungan, jika remaja tersebut dapat menerima keadaan dirinya sendiri yaitu bagaimana remaja tersebut memandang dan menilai dirinya baik fisik, motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalannya dengan kata lain dibutuhkan konsep yang baik pada diri individu tersebut karena konsep diri menjadi salah satu faktor yang mengarahkan perilaku remaja. Shavelson (Koentjoro, dkk 2000) mengatakan bahwa remaja yang konsep dirinya negatif akan membiarkan dirinya larut dalam mimpi dan tanpa berusaha untuk mewujudkannya, tidak menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan dan usaha untuk meraih prestasi yang rendah atau sangat kurang. Sebaliknya dengan konsep diri yang positif remaja akan mampu menghadapi masalah, menentukan dan mengarahkan seluruh perilaku, menyadari bahwa tiap orang mempunyai perasaan, keinginan yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat serta mampu mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha untuk merubahnya. Konsep diri sebagai kepemilikan seseorang berdasarkan realitas diri dan idealisme diri, realitas diri berangkat dari pengulangan atau kepuasan sendiri-sendiri, sedangkan idealisme diri berangkat dari suatu pemikiran pribadinya. Konsep diri

4 menjadi pembentukan dari dalam diri yang akan menentukan tingkah laku seseorang sehingga konsep diri sering dipandang atau dianggap sebagai kunci yang mengatur dan mengarahkan perilaku manusia. Hurlock (1997) berpendapat bahwa konsep diri adalah inti kepribadian individu saat remaja. Konsep diri dikatakan penting untuk meningkatkan kualitas diri karena untuk membentuk sebuah pribadi yang lebih utuh, kuat, dan berani berjuang dengan pendekatan yang menyentuh sampai pada inti kepribadian. Berdasarkan hasil penelitian Koentjoro, dkk (2000) tentang Konsep Diri Perempuan Marginal didapatkan bahwa lingkungan asuh punya peran dalam pembentukan konsep diri pada perempuan. Pengertian konsep diri disini adalah sebuah struktur mental yang merupakan suatu totalitas dari persepsi realistik, pengharapan dan penilaian seseorang terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral etika, keluarga, sosial, seksualitas dan dirinya secara keseluruhan. Menurut Pudjijogyanti (1995) pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh citra fisik yang terbentuk melalui refleksi dan tanggapan dari orang lain, jenis kelamin, perilaku orang lain (sosial) terhadap individu tersebut. Kaum wanita menyadari bahwa salah satu bentuk tampilan fisik yang menarik adalah dengan memiliki bentuk tubuh dan berat badan ideal. Jackson dkk (Asri dan Setiasih, 2004) mengemukakan bahwa wanita cenderung memperhatikan tampilan fisik secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan tujuan selain dari segi kesehatan juga agar dapat menarik perhatian lawan jenis yang akan dipilihnya sebagai pasangan hidup, sesuai dengan salah satu tugas perkembangan remaja yaitu memilih teman hidup untuk membina keluarga (Havighurst dalam Mappiare, 1983). Wijayanti (2006) pada penelitiannya mengatakan bahwa ketika ditanya tingkat kepuasan mereka atas kehidupannya, responden perempuan di Filipina tampak paling

5 puas, 80-90% menyatakan puas pada kondisi keluarga, persahabatan, kesehatan, keuangan, cinta dan kecantikan. Di Indonesia 90% merasa puas pada kondisi keluarga dan kesehatan, tapi cuma 60% yang puas pada kecantikannya. Sewaktu ditanya apakah merasa dirinya cantik, hanya 40% responden Indonesia menjawab ya. Nomor tiga paling rendah dari negara-negara Asia lainnya. Yang lebih rendah hanya Korea (30%) dan Jepang (10%). Para wanita pada umumnya menjadi tidak percaya diri ketika merasa dirinya tidak cantik. Di Indonesia misalnya, hanya sekitar 35% wanita yang merasa puas dengan kecantikannya. Biasanya ketidak-pede-an ini disebabkan karena mereka merasa gemuk (merasa gemuk tidak sama dengan memang gemuk lho!!!). Kondisi tidak percaya diri ini terbentuk karena pembentukan image cantik di dalam masyarakat, yang biasanya dibentuk untuk keperluan pemasaran suatu produk. Tak heran pandangan seseorang itu disebut cantik atau tidak selalu akan berubah dari masa kemasa (Wijayanti, 2006). Tekanan untuk menjadi kurus terutama tertuju pada wanita. Tekanan ini dialami oleh hampir semua wanita sehingga diet menjadi pola makan yang normatif diantara wanita muda Amerika. Empat dari lima wanita muda di Amerika telah melakukan diet pada saat mereka mencapai usia 18 tahun. Pada kenyataannya, perbedaan gender pada obesitas cukup kecil 27% wanita dan 24% pria. Lebih lanjut lagi, perbedaan gender pada obesitas tidak muncul sampai usia paruh baya. Para peneliti juga memperingatkan bahwa ketidakpuasan akan tubuh tampaknya juga lebih sering muncul diantara Hispanik dan Asia daripada yang selama ini diketahui dan ini dapat mengarahkan kelompok ini pada perilaku makan terganggu. Dan juga tandatanda gangguan makan nantinya dapat meningkat pada negara-negara berkembang (Robinson dalam Nevid dkk, 2002).

6 Pada penelitian Asri dan Setiasih (2004) tentang Penerapan Mode Akupuntur Pada Wanita Penyandang Obesitas didapatkan bahwa penurunan berat badan wanita penyandang obesitas berpengaruh baik pada segi biologis maupun psikologis dengan mengingat kategori ketidakpuasan pada bentuk tubuh wanita penyandang obesitas yang tergolong sangat tinggi. Dari segi biologis, penurunan berat badan dapat mengakibatkan wanita penyandang obesitas merasa lebih lincah dalam bergerak dan mengurangi kecenderungan datangnya penyakit. Secara psikologis, penurunan berat badan menimbulkan kepuasan bagi wanita penyandang obesitas sehingga terjadi penurunan pada rasa tidak puas terhadap tubuhnya. Tubuh ideal adalah dambaan bagi setiap orang baik wanita maupun pria, remaja dan orang dewasa. Tubuh yang gemuk bukan lagi sebagai tanda kemakmuran ataupun kebahagiaan, tetapi kegemukan sudah menjadi masalah kesehatan. Tubuh yang gemuk menjadikan penampilan kurang menarik dan penyakit yang berkaitan dengan kegemukan siap menyerang. Remaja rela mengeluarkan biaya yang kadang tidak sedikit jumlahnya serta waktu untuk menurunkan berat badan dan mendapatkan tubuh yang ideal, mulai dari sedot lemak, menjalani diet yang ketat dimana individu menghindari makanan-makanan yang berlemak atau berkarbohidrat tinggi, mengikuti fitness atau senam aerobik, minum obat pelangsing dan lain sebagainya. Hal ini sering dilakukan oleh kaum wanita, mengingat pada umumnya remaja wanita lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak citra tubuh yang negatif dibandingkan remaja laki-laki selama masa pubertas (Brooks dkk dalam Santrock, 2005). Individu yang gemuk biasanya pesimistis, rendah diri, menarik diri dari pergaulan karena takut diejek, cenderung tertutup dan mudah depresi. Jika tidak

7 ditangani dengan baik, depresi justru dapat memicu seseorang untuk makan lebih banyak lagi, sehingga kadang mengalami hambatan dalam bergaul dengan lingkungan sosialnya. Disisi lain pengalaman dan perlakuan orang lain terhadap individu sangat mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya sendiri (Saeni, 2006). Manusia sebagai makhluk sosial selalu mencari Aku- lain. Individu tidak bisa dan tidak mau secara psikis terisolir dari jenisnya. Individu membutuhkan kontak dengan individu lain. Individu ingin dicintai dan mencintai; ingin dihitung dan dihargai oleh sesama manusia. Dengan bersosialisasi dengan Aku-lain, individu bisa merealisasikan diri; bisa memanusiakan manusianya. Jika kebutuhan individu untuk berkontak dengan orang lain ini tidak terpenuhi atau terganggu, dan selalu saja dia mengkonsentrasikan fikiran dan perasaannya pada diri sendiri, maka individu justru akan mengalami gejolak psikis. Individu menjadi tidak bisa berkembang secara normal, individu bisa menjadi terlalu egosentris dan autistis dan menderita bermacammacam konflik intern. Pada dasarnya penilaian diri adalah hasil evaluasi yang diperbuat dan dipertahankan oleh individu. Sejauh mana individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti bagi lingkungan serta penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu tersebut (Rakhmat, 2001). Tuntutan untuk menjadi langsing sangat besar di Amerika. Teman-teman sebaya juga lebih sadis dalam memperolok teman lain yang mengalami overweight. Di Indonesia situasinya tidak separah itu, namun hambatan psikologis yang dialami penderita obesitas tetap ada. Pergaulan individu penyandang obesitas dengan temanteman jadi terganggu. Dari luar tidak terlihat bahwa dia tidak menerima (kekurangannya), tetapi dari hati kecil pasti dia ingin seperti teman-temannya yang lain (Leane, 2005).

8 Berdasarkan uraian di atas muncul suatu pertanyaan Apakah ada hubungan antara obesitas dengan konsep diri dan penyesuaian sosial pada remaja wanita? Dari pertanyaan tersebut penulis akan mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Antara Obesitas Dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Sosial Pada Remaja Wanita. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menguji secara empiris hubungan antara obesitas dengan konsep diri pada remaja wanita. 2. Menguji secara empiris hubungan antara obesitas dengan penyesuaian sosial pada remaja wanita. 3. Mengetahui tingkat konsep diri pada subjek penelitian. 4. Mengetahui tingkat penyesuaian sosial pada subjek penelitian. 5. Mengetahui tingkat obesitas pada subjek penelitian. C. Manfaat Penelitian Jika hasil penelitian ini terbukti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi subjek penelitian khususnya remaja putri yang mengalami obesitas dan Masyarakat. Diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan obesitas terhadap konsep diri dan penyesuaian sosial, khususnya pada remaja wanita dengan memaksimalkan potensi-potensi yang ada dalam diri sendiri. 2. Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial sehingga dapat dijadikan salah satu sumber rujukan bagi peneliti lain.