I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan pertanian semakin lama semakin kurang produktif sebagai tempat aktivitas petani dalam berusahatani. Berbagai kemungkinan akibat produktivitas menurun yaitu petani enggan menghasilkan bahan pangan sehingga memilih untuk beralih ke usaha lain yaitu berusahatani ke bidang non pangan. Oleh karena itu lahan pertanian yang seharusnya dipergunakan sebagai tempat penghasil bahan makanan menjadi berkurang sehingga dapat mengancam ketahanan pangan. Pertanian merupakan bagian dari hidup petani, aspek ekonomi dan aspek sosial memegang peranan yang sangat penting dalam tindakan-tindakan yang diambilnya. Dari segi ekonomi pertanian, maka besarnya produksi dan tingkat harga yang diperoleh merupakan faktor-faktor yang dapat menentukan perilaku dan kehidupan petani. Keberhasilan perilaku petani dalam berusaha tani sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain; ketersediaan lahan, modal, tenaga kerja, sarana prasarana yang ada, serta teknologi yang digunakan. Salah satu daerah yang mengalami fenomena beralihnya petani penghasil pangan ke bidang non pangan yaitu di Kabupaten Pekalongan. Pada daerah tersebut dialami oleh petani padi lahan sawah, salah satu masalahnya yaitu banyaknya hama yang menyerang padi sehingga petani merasa was-was akan hasil panennya nanti. Bahkan untuk bisa menanggulanginya petani harus menjaga 1
2 sawahnya pada malam hari agar hama tikus tidak menyerang tanaman padi. Namun upaya tersebut belum maksimal, produksi padi terus mengalami penurunan. Selain itu, banjir yang terjadi di akhir tahun 2013 lalu di Kabupaten Pekalongan semakin parah sehingga banyak petani padi yang merugi (http://www.radarpekalonganonline.com/32224/30-hektar-sawah-diserang-tikus/). Seiring berjalannya waktu permintaan kayu semakin meningkat baik di Indonesia maupun dunia. Sejauh ini kebutuhan kayu digunakan untuk berbagai macam bangunan, aneka kerajinan, industri kertas hingga industri kayu lapis. Selama ini kayu diproduksi dari luar jawa salah satunya yang terkenal yaitu kayu yang berasal dari Kalimantan namun adanya penebangan yang tidak diimbangi dengan upaya penanaman baru dan pengelolaan yang tepat, pemerintah akhirnya melarang adanya penebangan liar yang dikenal dengan ilegal loging. Akibat pelarangan tersebut berdampak pada persedian kayu menjadi terbatas. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah menghendaki pada petani yang memiliki lahan kritis atau kurang produktif agar menanam pohon yang memiliki beberapa kriteria, antara lain pertumbuhan tanaman cepat, kualitas kayu bagus, minim perawatan dan tahan terhadap serangan penyakit. Dari sekian banyak tanaman yang memiliki beberapa kriteria tersebut yaitu tanaman sengon menjadi salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan di Pulau Jawa. Selain untuk memenuhi kebutuhan kayu usaha penggalakan hutan rakyat khususnya penanaman bertujuan sebagai rehabilitasi hutan khususnya pada lahan kering atau kurang produktif.
3 Pada waktu pohon sengon belum terkenal dikarenakan sebagian besar kayu diproduksi dari luar jawa, pohon sengon dikenal sebagai pohon biasa yang tidak memiliki nilai ekonomis yang batangnya digunakan sebagai bahan bakar dan daunnya sebagai pakan ternak. Seiring berjalannya waktu yaitu larangan ilegal loging, maka sengon semakin memiliki nilai ekonomis yang digunakan untuk berbagai macam bentuk furniture seperti meja, kertas, tiang bangunan dan sebagainya. Banyak masyarakat menilai bahwa usaha budidaya sengon memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibanding dengan usahatani lainnya seperti usahatani padi, maka banyak petani padi yang beralih ke usaha budidaya sengon. Usaha penanaman pohon sengon di Pulau Jawa semakin pesat yaitu di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bahkan kini ada fenomena petani padi beralih ke tanaman non pangan seperti pohon sengon. Bertanam pohon sengon jauh lebih mudah dan murah bila dibandingkan dengan menanam padi. Bahkan bila dihitung, Biaya Pokok Petani (BPP) sengon jauh lebih murah daripada padi. Keuntungan yang dihasilkan dari berbisnis sengon jauh lebih tinggi dibandingkan bertanam padi (http://medanbisnisdaily.com/news/read/2014/05/06/93862/petani_padi_melirik_k ayu _sengon/). Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa tengah yang ikut serta dalam program sengonisasi. Dalam 10 tahun terakhir terdapat 3 desa dengan perkembangan yang signifikan dalam alih fungsi penanaman padi lahan sawah ke tanaman sengon yaitu Desa Rogoselo, Desa Dororejo dan Desa Wringinagung yang berada di Kecamatan Doro. Salah satu desa dengan populasi terbesar penanaman sengon pada lahan sawah yaitu
4 Desa Wringinagung dengan salah satu dusun yang terluas di desa tersebut yaitu Dusun Gondorio. Petani yang memiliki lahan tegalan yang seharusnya menanam sengon tetapi banyak petani yang memiliki lahan sawah di Dusun Gondorio yang akhirnya memilih untuk membudidayakan sengon. Meskipun terlihat jelas terjadi alih fungsi penanaman dari padi ke sengon tetapi masih beberapa petani lahan sawah yang mempertahankan membudidayakan padi dan ada petani lahan sawah yang beralih ke budidaya sengon. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sikap petani lahan sawah terhadap program sengonisasi di Dusun Gondorio Desa Wringinagung Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan? 2. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani lahan sawah terhadap program sengonisasi di Dusun Gondorio Desa Wringinagung Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui sikap petani lahan sawah terhadap program sengonisasi di Dusun Gondorio Desa Wringinagung Kecamatan Doro Kabupaten Pekalongan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikp petani lahan sawah terhadap program sengonisasi di Dusun Gondorio Desa Wringinagung Kecamatan Doro di Kabupaten Pekalongan.
5 D. Kegunaan Penelitian 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi peneliti maupun masyarakat mengenai pengaruh program sengonisasi. 2. Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atas program sengonisasi yang telah berjalan maupun program serupa selanjutnya.