BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB III METODE PENELITIAN. metode cross-sectional. Pada metode cross-sectional peneliti mencatat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya


BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB 4 HASIL. Tabel 4.2. Data Profil Tekanan Darah Intradialisis Pasien Variabel Nilai Rerata (mmhg) Minimal (mmhg)

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi cross

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. control untuk menganalisis hipertensi dengan kejadian presbiakusis yang

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KAJIAN PENGOBATAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KARANG ASAM SAMARINDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DI KLINIK RAWAT INAP SUHERMAN PERIODE JANUARI SAMPAI AGUSTUS 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatancase control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik yang

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta tahun Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 65

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah. ada tindak lanjut (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. manusia contohnya adalah obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, kanker usus,

BAB III METODE PENELITIAN. secara cross-sectional. Cross-sectional yaitu penelitian yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran lokasi penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan kadar asam urat tinggi terhadap derajat hipertensi telah dilaksanakan di salah satu puskesmas Yogyakarta yaitu di Puskesmas Kasihan I yang beralamat di Jl. Bibis, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini berdiri semenjak tahun 1975.Puskesmas ini berperan aktif dalam berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat.salah satu programnya yaitu menurunkan kasus gizi buruk lewat gerakan orangtua asuh, karena perannya yang begitu besar dalam bidang kesehatan maka Puskesmas Kasihan I meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional. 2. Gambaran Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - November 2016. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti. Tahap penelitian yaitu melakukan anamnesa singkat dan informed consent kepada subjek penelitian. Subjek yang telah bersedia kemudian diperiksa kadar asam urat perifer dan tekanan darah dengan menggunakan alat yang telah dipersiapkan oleh peneliti. 38

39 Untuk memastikan diagnosa subjek menderita hipertensi yaitu dengan melihat rekam medis pasien. 3. Karakteristik Subjek Tabel 4. Karakteristik Persebaran Usia Usia Persentasi 30-39 36 % < 0,001 40-49 21 % 50-60 42% Peneliti mendapatkan subjek penelitian sejumlah 112 orang, sedangkan 84 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah tersebut telah sesuai dengan jumlah sample minimal pada penelitian ini. Untuk mengetahui persebaran data pada kelompok usia maka dilakukan uji statistik Kolmogorov-smirnov karena sampel melebihi 50 orang, didapatkan nilai P < 0.05 yang berarti kelompok usia memiliki persebaran tidak normal Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan rata-rata asam urat dan seluruhkelompok tekanan darah Jumlah Sampel Rata-Rata Asam Urat Standar Deviasi Laki-laki 21 6,26+ 2,55 Perempuan 21 4,26+ 1,77 <0.001 Total 42 Tabel 5.a. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan rata-rata asam urat dan tekanan darah normal

40 Darah Normal Jumlah Sampel Rata-Rata Asam Urat Standar Deviasi Laki-laki 21 5,42+ 2,52 Perempuan 21 4,23+ 1,83 <0.001 Total 42 Tabel 5.b. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan rata-rata asam urat dan hipertensi derajat I Hipertensi Derajat I Jumlah Sampel Rata-Rata Asam Urat Standar Deviasi Laki-laki 10 6,40+ 2,36 Perempuan 10 4,50+ 1,95 <0.001 Total 20 Tabel 5.c. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan rata-rata asam urat dan hipertensi derajat II Hipertensi Derajat II Jumlah Sampel Rata-Rata Asam Urat Standar Deviasi Laki-laki 10 7,90+ 2,18 Perempuan 10 4,10+ 1,59 <0.001 Total 20 Pada tabel diatas kita dapat melihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan kelompok tekanan darah dan rata-rata kadar asam urat. Pada semua kelompok terlihat bahwa rata-rata kadar asam urat pada laki-laki lebih tinggi disbanding wanita. Data tersebut dilakukan one-sample T test dan didapatkan hasil p= < 0,05 yang berarti rata-rata asam urat dengan jenis kelamin memiliki hasil yang signifikan. Tabel 6. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kadar asam urat dan jenis kelamin

41 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Asam Rendah 5 8 13 0,103 Urat Normal 18 24 42 Tinggi 18 9 27 Total 41 41 82 Tabel 6.a. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kadar asam urat rendah dan normal dan jenis kelamin Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Asam Rendah 5 8 13 0.779 Urat Normal 18 24 42 Total 23 32 55 Tabel 6.b. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kadar asam urat rendah dan tinggi dan jenis kelamin Asam Urat Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Rendah 5 8 13 0.638 Tinggi 18 9 27 Total 23 17 40 Tabel 6.c. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kadar asam urat normal dan tinggi dan jenis kelamin Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Asam Normal 18 24 42 0.053 urat Tinggi 18 9 27 Total 36 33 69 Pada tabel diatas kita dapat melihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan kadar asam urat, didapatkan hasil bahwa subjek penelitian laki-laki dengan kadar asam urat rendah sebanyak 5 orang, sedangkan pada kadar asam urat normal sebanyak 18 orang dan pada kadar asam urat darah tinggi sebanyak 18 orang. Perempuan dengan kadar asam urat rendah sebanyak 8

42 orang, sedangkan pada kadar asam urat normal sebanyak 24 orang dan pada kadar asam urat darah tinggi sebanyak 9 orang. Dari data tersebut dilakukan uji chi-square dan didapatkan hasil p= > 0,05 yang berarti asam urat tidak berpengaruh terhadap jenis kelamin. Tabel 7. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan rata-rata Darah dalam Satuan mmhg (millimeter merkuri) Darah Darah dalam Satuan mmhg (millimeter merkuri) Standar Deviasi Minimal Maksimal Ratarata Sistolik 90 170 128+ 20.06 Diastolik 30 110 81+ 12.95 Pada tabel diatas kita dapat melihat Karakteristik Subjek penelitian berdasarkan rata-rata Darah dalam Satuan mmhg (millimeter merkuri). Data tersebut dilakukan one-sample T test dan didapatkan hasil p= < 0,05 yang berarti rata-rata rata-rata Darah dalam Satuan mmhg (millimeter merkuri)memiliki hasil yang signifikan. Tabel 8.Karakteristik subjek penelitian berdasarkan riwayat tekanan darah dan jenis kelamin

43 Riwayat Darah Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Normal 21 21 42 Tinggi 20 20 40 0.479 Total 41 41 82 Pada tabel diatas kita dapat melihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin tekanan darah, didapatkan hasil bahwa subjek penelitian laki-laki dengan tekanan darah normal sebanyak 21 orang, sedangkan pada riwayat tekanan darah tinggi sebanyak20 orang. Perempuan dengan tekanan darah normal sebanyak 21 orang, sedangkan pada riwayat tekanan darah tinggi sebanyak 20 orang. Dari data tersebut dilakukan uji chi-square dan didapatkan hasil p= > 0,05 yang berarti tekanan darah tidak berpengaruh terhadap jenis kelamin. Tabel 9. Karakteristik Subjek penelitian berdasarkan Darah dan jenis kelamin Darah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Normal 21 21 42 1,000 Hipertensi I 10 10 20 Hipertensi II 10 10 20 Total 41 41 82 Tabel 9.a. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan tekanan darah normal dan hipertensi I dan jenis kelamin

44 Darah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Normal 21 21 42 1,000 Hipertensi I 10 10 20 Total 31 31 62 Tabel 9.b. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan tekanan darah normal dan hipertensi II dan jenis kelamin Darah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Normal 21 21 42 1,000 Hipertensi II 10 10 20 Total 31 31 62 Tabel 9.c. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan tekanan darah hipertensi I dan hipertensi II dan jenis kelamin Darah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Hipertensi I 10 10 20 Hipertensi II 10 10 20 1,000 Total 31 31 62 Pada tabel diatas kita dapat melihat karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin tekanan darah, didapatkan hasil bahwa subjek penelitian laki-laki dengan tekanan darah normal sebanyak 21 orang, sedangkan pada tekanan darah hipertensi I sebanyak 20 orang dan pada tekanan darah hipertensi II sebanyak 20 orang.perempuan dengan tekanan darah normal sebanyak 21 orang, sedangkan pada tekanan darah hipertensi I sebanyak 10 orang dan tekanan darah hipertensi

45 IIsebanyak 10 orang. Dari data tersebut dilakukan uji chi-square dan didapatkan hasil p= >0,05 yang berarti tekanan darah tidak berpengaruh terhadap jenis kelamin. Tabel 10. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan kadar asam urat dan derajat hipertensi Kadar Asam Urat Total Darah Rendah Normal Tinggi Normal 7 25 10 Hipertensi I 3 9 8 82 0,44 Hipertensi II 3 8 9 Total 13 42 27 Pada tabel diatas dapat terlihat pasien dengan tekanan darah normal cenderung memiliki kadar asam urat yang normal, dibuktikan dengan 25 orang mempunyai kadar asam urat yang normal, sedangkan kadar asam urat rtinggi sebanyak 10 orang dan 7 orang mempunyai kadar asam urat yang rendah. Pada pasien dengan hipertensi derajat I dan hipertensi derajat II mempunyai kadar asam urat rendah berjumlah 3 orang. Perbedaannya jumlah pasien hipertensi derajat I yang memiliki kadar asam urat normal sebanyak 9 orang sedangkan lebih dari normal berjumlah 8 orang, sedangkan pada pasien hipertensi derajat II memiliki kadar asam urat normal sebanyak 8 orang sedangkan asam urat tinggi berjumlah 9 orang. Dapat disimpulkan dari tabel tersebut semakin tinggi derajat hipertensi maka akan kadar asam urat semakin tinggi. Dari data tersebut dilakukan uji chisquare dan didapatkan hasil p= >0,05 yang berarti asam urat tidak berpengaruh terhadap tekanan darah

46 4. Hasil Korelasi Darah dan Asam Urat Data dari hasil penelitian kemudian diolah menggunakan software SPSS.Jumlah subjek penelitian berjumlah 82 orang, mempunyai persebaran data normal setelah diuji menggunakan Kolmogorov Smearnov.Penelitian dikelompokan riwayat penyakit hipertensi, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tabel 11. Hubungan kadar asam urat dengan tekanan darah Darah Jumlah Sampel Rata-Rata Asam Urat Korelasi Spearman (r) Laki-laki 41 5,42+ Perempuan 41 4,23+ 0.056 0.212 Total 82 Pada tabel diatas data penelitian memiliki persebaran data normal serta merupakan data numeric dan ordinal sehingga diolah menggunakan uji korelasi Spearman, didapatkan nilai P = 0.056. Karena angka korelasi tersebut memiliki nilai P = > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tekanan darah dengan kadar asam urat. Diperoleh hasil uji kekuatan korelasi Spearman r = 0.212 yang berarti menunjukan tingkat korelasi sangat lemah. Tabel 11.a. Hubungan kadar asam urat dengan tekanan darah pada subjek penelitian laki-laki

47 Darah Jumlah Sampel Normal 21 Hipertensi I 10 Hipertensi II 10 0.003 Korelasi Spearman (r) 0.447 Total 82 Pada subjek penelitian laki-laki di dapatkan nilai P = 0.003, karena angka signifikansi bernilai P = < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tekanan darah dan kadar asam urat pada subjek penelitian laki-laki. Diperolah hasil uji kekuatan korelasi Spearmanr = 0.447 angka ini menunjukan tingkat kekuatan korelasi cukup. Tabel 11.b. Hubungan kadar asam urat dengan tekanan darah pada subjek penelitian perempuan Darah Jumlah Sampel Normal 21 Hipertensi I 10 Hipertensi II 10 0.928 Korelasi Spearman (r) 0.015 Total 82 Pada subjek penelitian perempuan di dapatkan nilai P = 0.928, karena angka signifikansi bernilai P = > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara tekanan darah dan kadar asam urat pada subjek penelitian perempuan. Diperolah hasil uji kekuatan korelasi Spearman r = 0.015 angka ini menunjukan tingkat kekuatan korelasi sangat lemah.

48 Selain mengelompokan dalam tekanan darah dan asam urat, peneliti juga mengolah data berdasarkan kadar asam urat dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Data penelitian memiliki persebaran distribusi normal dan merupakan data numerik sehinggadiolah menggunakan uji korelasipearson. Analisis korelasi kadar asam urat dengan tekanan darah sistolik, didapatkan angka signifikan kolerasi pada laki- laki dan perempuan dengan nilai p = 0,130. Karena angka signifikansi korelasi tersebut p = >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang tidak signifikan antara kadar asam urat dengan tekanan darah. Diperoleh juga kekuatan uji korelasi Pearson r = 0,169 yang berarti angka ini menunjukan tingkat korelasi sangat lemah. Analisis korelasi kadar asam urat dengan tekanan darah diastolik, didapatkan angka signifikan kolerasi pada laki- laki dan perempuan dengan nilai p = 0,141. Karena angka signifikansi korelasi tersebut P= >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang tidak signifikan antara kadar asam urat dengan tekanan darah normal. Diperoleh juga kekuatan uji korelasi Pearson r = 0,141 yang berarti angka ini menunjukan tingkat korelasi sangat lemah. B. Pembahasan Pada tabel 4 menunjukan persebaran usia pada pasien hipertensi sebagian besar diderita oleh rentang usia 50 sampai 60 tahun. Beberapa studi epidemologi menunjukan bahwa insidensi hipertensi lebih tinggi pada usia yang lebih tua dibandingkan dengan usia muda (Lakatta et,al., 2013). Patogenesis mengenai usia

49 dan hipertensi terjadi karena multifaktorial. Salah satu mekanisme penyebab hipertensi pada usia tua adalah elastisitas pembuluh darah menurun dan terjadi kekakuan pembuluh darah. Pada usia tua terdapat penurunan filtrasi glomerular dengan kerusakan progresif ekskresi sodium yang dapat meningkatkan tekanan darah (Johnson et,al., 2009). Tabel 5 dan 6 menunjukan laki-laki memiliki rata-rata kadar asam urat sebesar 6,26 dan rata-rata asam urat pada perempuan sebesar 4,26, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata asam urat pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hasil serupa didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kuwabara pada tahun 2016 bahwa laki-laki mempunyai kadar asam urat dalam darah lebih tinggi dibanding perempuan. Peneliti telah menemukan bahwa terdapat perbedaan korelasi antara lakilaki dan perempuan mengenai tekanan darah dan asam urat. Pada sampel laki-laki didapatkan nilai P = 0,003 Karena angka signifikansi korelasi tersebut P = <0,05 maka dapat disimpulkan bahwaterdapat korelasi yang signifikan antara tekanan darah dan kadar asam urat. Diperoleh hasil uji kekuatan korelasi Spearman r = 0,447 yang berarti angka ini menunjukan tingkat korelasi cukup. Selanjutnya peneliti mengolah data pada sampel perempuan didapatkan nilai P = 0,82 Karena angka signifikansi korelasi tersebut P = > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwaterdapat korelasi yang tidak signifikan antara tekanan darah dan kadar asam urat. Diperoleh hasil uji kekuatan korelasi Spearman r = 0,015 yang berarti angka ini menunjukan tingkat korelsi sangat lemah.

50 Sebuah teori menyebutkan bahwa estradiol dapat mensupresi kadar asam urat, mekanisme tersebut berhubungan dengan meningkatnya clearance asam urat pada ginjal wanita. Karena kadar estrogen plasma lebih tinggi pada wanita dibanding pria, hal tersebut menyebabkan konsentrasi kadar asam urat wanita dewasa lebih rendah dari pada pria pada rentang usia yang sama (Morcillo, et. al., 2008). Kadar asam urat pada pria lebih tinggi dibanding perempuan, karena pria mempunyai hormon androgen yang dapat memicu reabsorpsi asam urat pada sistem transpor ginjal (Saito et.all., 2010). Hal tersebut berhubungan dengan testosteron yang berkontribusi meningkatkan masa otot pria, dengan menjadikan hiperurisemia sebagai sumber purin yang besar sehingga mempengaruhi reabsorpsi ginjal pada pria. (Mahmood et.al., 2013).Tabel 7 menunjukan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 128 mmhg dan tekanan darah diastolik sebesar 81 mmhg, hal ini dapat terjadi karena hampir semua sampel penelitian merupakan pasien hipertensi yang terkontrol dengan baik. Penelitian kali ini dilakukan uji korelasi Pearson mengenai hubungan antara asam urat dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai P = 0.130 dengan nilai korelasi r = 0.169 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Uji korelasi Pearson juga dilakukan untuk mengetahui hubungan asam urat dengan tekanan darah diastolik didapatkan nilai P = 0.206 dengan nilai korelasi r = 0.141 yang memiliki arti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan korelasi sangat lemah.

51 Pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak signifikan mengenai korelasi sistolik dan diastolik dengan kadar asam urat, peneliti menghubungkan dengan hasil penelitian Moriwaki pada tahun 2014 bahwa efek obat antihipertensi dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Diantaranya antagonis kalsium dapat meningkatkan clearance asam urat dengan meningkatkan filtrasi glomerular. Efek dari channel blocker dan angiotensin convertingenzyme (ACE)-inhibitor pada asam urat masih kontroversial, beberapa menyebutkan dapat menurunkan kadar asam urat. Infus intravena diltiazem juga telah diteliti dapat menyebabkan hipourisemia pada mencit, hal ini berhubungan dengan meningkatnya filtrasi glomelular. Sementara itu nifedipin telah diteliti dapat menurunkan kadar asam urat dibandingkan dengan plasebo pada penderita penyakit jantung koroner (Moriwaki, 2014) Telah diketahui sejak lama pada suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Leary dan Reyes yang dilakukan pada tahun 1987.Mendapatkan kesimpulan bahwa captopril dan enalapril dapat meningkatkan ekskresi asam urat, sedangkan captopril secara signifikan menurunkan serum asam urat pada pasien hipertensi dengan hiperurisemia. (Morikawa, 2014) Hal ini sejalan dengan data terapi hipertensi sampel penelitian yang didapatkan peneliti dari anamnesis dan rekam medis sampel, bahwa sebagian besar terapi menggunakan obat amlodipin dan captopril sehingga dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Terapi tunggal furosemid hanya digunakan pada 1 sampel penelitian. Sedangkan kombinasi furosemid dan amlodipin digunakan sekitar 15 sampel penelitian, efek dari furosemid dapat meningkatkan kadar asam

52 urat dalam darah tidak berpengaruh secara maksimal karena pemakain furosemid dikombinasikan dengan amlodipin yang dapat menurunan kadar asam urat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang didapatkan oleh Mustafiza pada tahun 2010, Mustafiza menggunakan sampel berjenis kelamin laki-laki menyatakan bahwa pasien hiperurisemia memiliki faktor risiko sebesar 16 kali lebih besar menderita hipertensi dibanding pasien dengan kadar asam urat normal. Hubungan signifikan antara hiperurisemia dan hipertensi dilihat dari nilai P= 0.001. Penelitain ini memiliki persamaan hasil pada kelompok sampel laki-laki dengan nilai P = 0,003. Karena nilai P = < 0,05 maka hasil tersebut memiliki hasil yang signifikan. Hasil penelitian mengenai asam urat dan hipertensi telah dilakukan di China pada tahun 2008 dengan subjek penelitian 269 pria dan 563 wanita. Didapatkan hasil penelitian antara pria dan wanita, dengan nilai pria, P=0.632; wanita, P=0.851. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat asosiasi langsung antara asam urat dan hipertensi (Xiao et.all,. 2008). Penelitain ini memiliki persamaan hasil pada kelompok sampel permpuan dengan nilai P = 0,82. Karena nilai P = > 0,05 maka hasil tersebut memiliki hasil yang signifikan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian "Kadar asam urat merupakan faktor resiko pada penyakit hipertensi" telah di lakukan di Yogyakarta dengan sampel sebanyak 41 orang. Didapatkan hasil tidak ada pengaruh yang signifikan kadar antara asam urat terhadap tekanan darah sistolik (P =0.817) dan asam urat terhadap tekanan darah diastolik (P = 0.274). darah sistolik dan diastolik

53 memiliki korelasi positif dengan kadar asam urat, tekanan darah sistolik memiliki korelasi sangat lemah (r=0.037) dan tekanan darah diastolik memiliki korelasi sangat lemah (r=0.175). Gaya hidup dan latar belakang genetik merupakan hal potensial dalam berbagai penyakit termasuk hipertensi (Paoliso et,al., 2000). Berdasarkan penelitianpenelitian sebelumnya memang terjadi pro dan kontra antara hubungan asam urat dan hipertensi. Dari uraian di atas berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor yang berpengaruh pada analisa statistik tidak berhubungan dan secara analisa klinis bermakna maupun tidak, kelemahan dari penelitian Hubungan Kadar Asam Urat Tinggi terhadap Hipertensi adalah sebagai berikut : i. Sampel penelitian yang tidak bisa mencakup semua populasi pada tempat penelitian. ii. Terdapat sejumlah obat antihipertensi yang dapat menurunkan kadar asam urat, sehingga seiring dengan bertambahnya konsumsi obat secara teratur dapat meningkatkan ekskresi asam urat pada ginjal. Hal ini dapat menjadi bias dalam penelitian. iii. Peneliti tidak mempertimbangkan body mass index (BMI), kadar kolesterol, gaya hidup dan psikologis subjek penelitian, yang pada penelitian sebelumnya terbukti mempunyai nilai signifikan dapat mempengaruhi tekanan darah.

54