BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.3 tahun 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan, kecelakaan. menimbulkan korban manusia dan harta benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

BAB II LANDASAN TEORI

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB II LANDASAN TEORI

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB II LANDASAN TEORI. secara baik sehingga hasil kerjanya memuaskan. manusia dan cara kerja ( Ramli, 2010: 28).


BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL


PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peralatan Perlindungan Pekerja

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) (Tambusai,

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

PENGARUH KESEHATAN, PELATIHAN DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI KOTA TOMOHON

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kecelakaan Kerja di Stasiun Pengisian Tabung LPG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses produksi industri. Keselamatan kerja memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian berupa luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda, kerusakan peralatan dan lingkungan luas. B. Pengertian Kesehatan Kerja Tarwaka (2008 :22) mengatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan atau kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerjaan memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya baik fisik, mental maupun sosial. 8

C. Pengertian Kecelakaan Kerja Tarwaka (2008: 5) mengatakan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. D. Penyebab Kecelakaan Kerja Heinrich dalam Tarwaka (2008: 6) mengatakan bahwa terdapat suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan kerja yang di kenal dengan Teori Domino yang di modifikasi oleh Bird dan German dalam Tarwaka (2008: 6). Faktor tersebut adalah 1. Kurangnya Pengawasan Faktor ini antara lain meliputi ketersediaan program, standar program dan tidak terpenuhinya standar. 2. Sumber Penyebab Dasar Faktor ini meliputi faktor personal dan pekerjaan itu sendiri. 3. Penyebab Kontak Faktor ini meliputi tindakan dan kondisi yang tidak sesuai dengan standar. 4. Insiden Hal ini terjadi karena adanya kontak dengan energi atau bahan-bahan berbahaya. 5. Kerugian Akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses produksi. 9

Tarwaka (2008: 6) mengatakan bahwa secara umum penyebab kecelakaan kerja di kelompokkan sebagai berikut : 1. Sebab Dasar atau Asal Mula Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan kerja. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor : a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diperusahaannya. b. Manusia atau para pekerjanya sendiri dan c. Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja. 2. Sebab Utama Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang belum dilaksanakan secara benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor : a. Tindakan tidak aman (Unsafe Actions) Merupakan tindakan berbahaya para tenaga kerja yang di sebabkan oleh : 1) Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan. 2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal. 3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak. 4) Kelelahan dan kejenuhan. 5) Sikap dan tingkah laku tidak aman. 10

6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang belum dapat dipahami. 7) Belum menguasai atau belum trampil dengan peralatan atau mesin-mesin baru. 8) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja. 9) Kurang adanya motivasi kerja. 10) Kurang adanya kepuasan kerja. 11) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri. b. Kondisi Tidak Aman (Unsafe Conditions) Merupakan kondisi tidak aman yang berasal dari mesin, peralatan, pesawat, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik tetapi faktor lain yang berkaitan fasilitas yang disediakan, pengalaman manusia sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang terkadang mengganggu konsentrasi saat bekerja. 1) Interaksi Manusia dan Sarana Pendukung Kerja Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan 11

keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. E. KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA International Labour Organization (ILO) dalam Tarwaka (2008: 11) mengatakan bahwa klasifikasi kecelakaan kerja yaitu : 1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan. a. Terjatuh b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja c. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara dua benda d. Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi f. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi 2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya a. Mesin-mesin, seperti: mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesinmesin pertanian dan lain-lain. b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti: fork-lift, alat angkut kereta, alat angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di udara dan lain-lain. c. Peralatan-peralatan lain seperti : bejana tekan, tanur atau dapur peleburan, instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas, tangga, perancah dan lain-lain. 12

d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi seperti : bahan mudah meledak, debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi dan lain-lain. e. Lingkungan kerja seperti: tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas kebisingan tinggi, getaran, ruang di bawah tanah dan lain-lain. 3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya a. Patah tulang b. Keseleo/ dislokasi/ terkilir c. Kenyeriaan otot dan kejang d. Gegar otak dan luka bagian dalam lainnya e. Amputasi dan enukleasi f. Luka tergores dan luka luar lainya g. Memar dan retak h. Luka bakar i. Keracunan akut j. Aspixia atau sesak nafas k. Efek terkena arus listrik l. Efek terkena paparan radiasi m. Luka pada banyak tempat di bagian tubuh 4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki, berbagai bagian tubuh b. Luka umum dan lain-lain. 13

F. POTENSI BAHAYA Tarwaka (2008: 9) mengatakan bahwa potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat kerja yang beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh berbagai faktor: 1. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari: a. Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan atau mesin dan tugas- tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakaian b. Kegagalan yang bersifat mekanis c. Kegagalan sistem pengendalian d. Kegagalan sistem pengalaman yang disediakan e. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan dan lain-lain. 2. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan, yang bisa terjadi akibat: a. Kegagalan pengawasan atau monitoring b. Kegagalan manual suplai dari bahan baku c. Kegagalan pemakaian dari bahan baku d. Kegagalan dalam prosedur shut-down dan start-up e. Terjadinya pembentukan bahan antara, bahan sisa dan bahan yang berbahaya dan lain-lain. 3. Kesalahan manusia dan organisasi seperti: a. Kesalahan operator atau manusia b. Kesalahan sistem pengaman c. Kesalahan dalam mencampur bahan produksi berbahaya 14

d. Kesalahan komunikasi e. Kesalahan atau kekurangan dalam upaya perbaikan dan perawatan alat f. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai prosedur kerja aman dan lain-lain. 4. Pengaruh kecelakaan dari luar: a. Kecelakaan pada waktu pengangkutan produk b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan c. Kecelakaan pada pabrik disekitarnya. 5. Kecelakaan akibat adanya sabotase. Kecelakaan ini diakibatkan karena dimungkinkannya orang luar atau orang dari dalam pabrik itu sendiri melakukan sabotase. G. Pencegahan Kecelakaan Kerja Tarwaka (2008: 15) mengatakan bahwa pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat disusun suatu rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), yang pada hakekatnya adalah merupakan rumusan dari suatu strategi bagaimana menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui. Tarwaka (2008: 178) mengatakan bahwa Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 15

Berikut jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) : 1. Alat pelindung kepala (Headwear) Alat pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari dan lain-lain. Macam alat pelindung kepala antara lain : a. Topi pelindung (Safety Helmets) Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena arus listrik. b. Tutup kepala Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. c. Topi (Hats/ Cap) Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut dari kotoran atau debu atau mesin yang berputar. 2. Alat Pelindung Mata (Ear Protection) Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras dan lain-lain. 16

Macam alat pelindung mata : a. Kacamata (Spectacles) Alat ini berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik. b. Goggles Alat ini berfungsi untuk melindungi mata gas, debu, uap dan percikan larutan bahan kimia. 3. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection) Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Macam alat pelindung telinga : a. Sumbat telinga (Ear Plug) Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 db(a). b. Tutup telinga (Ear Muff) Alat pelindung telinga jenis ini berfungsi menyerap suara frekuensi tinggi. 4. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection) Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu atau udara yang terkontamuinasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. 17

Macam alat pelindung pernafasan antara lain : a. Masker Alat ini digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikelpartikel yang lebih besar masuk kedalam saluran pernafasan. b. Respirastor Alat ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. 5. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection) Alat jenis ini digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Macam alat pelindung tangan : a. Sarung tangan untuk bahan kimia b. Sarung tangan untuk pengelasan c. Sarung tangan kulit d. Sarung tangan untuk panas e. Sarung tangan untuk dingin f. Sarung tangan untuk cutting (pemotongan) H. Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Undang-Undang Ketenagakerjaan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 25 Maret 2003. Undang-undang ini menyebutkan 5 paragraf tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), isi paragraf tersebut adalah sebagai berikut: 18

a. Pasal 86 dinyatakan bahwa : 1) Setiap pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) b) Moral dan Kesusilaan, dan c) Pelaku yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. 2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktifitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). b. Pasal 87 (1) dinyatakan bahwa : Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2. Undang-undang Pengawasan Ketenagakerjaan Undang-undang No. 21 Tahun 2003 tentang pengesahan konvensi International Labour Organization (ILO) Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri dan Perdagangan dimaksudkan untuk dapat melaksanakan Pengawasan Ketenagakerjaan secara efektif sesuai standar yang ditetapkan oleh International Labour Organisation (ILO). Pokok-pokok isi dari konvensi International Labour Organisation (ILO) adalah sebagai berikut: a. Sistem pengawasan ketenagakerjaan ditempat kerja harus diterapkan di seluruh tempat kerja berdasarkan peraturan perundangan dan pengawasannya dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan. 19

b. Fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan harus menjamin penegakan hukum mengenai kondisi kerja dan perlindungan tenaga kerja serta memberikan informasi efektif tentang masalah teknis kepada pengusaha dan pekerja/ buruh. c. Pengawasan ketenagakerjaan tetap berada dibawah supervisi dan kontrol pemerintah pusat. d. Hal-hal lain yang berkaitan dengan prasyaratan pegawai pengawas, tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengawas ketenagakerjaan. 3. Undang-Undang Keselamatan Kerja Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja terdiri dari 11 bab 18 pasal, adalah merupakan undang-undang pokok yang memuat aturanaturan dasar dan ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja. Aturan-aturan yang termuat dalam Undang-undang No.1 Tahun 1970 adalah : a. Pasal 3 dan Pasal 4, secara jelas menyatakan bahwa setiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan. b. Pasal 8, mewajibkan kepada pengurus untuk memeriksakan kesehatan tenaga kerja sesuai peraturan perundangan. c. Pasal 9, mewajibkan kepada pengurus untuk memberikan pembinaan kepada tenaga kerja yang meliputi; penyelenggaraan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menyediakan alat pelindung diri, melakukan upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan Keselamatan dan 20

Kesehatan Kerja (K3) dan pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi setiap tenaga kerja yang bekerja di perusahaannya sesuai prasyaratan dan ketentuan yang berlaku. d. Pasal 10, pengurus berkewajiban mengusulkan pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) di perusahaannya. e. Pasal 11, mewajibkan kepada pengurus untuk melaporkan tiap kecelakaan kerja yang terjadi dalam tempat kerjanya sesuai dengan peraturan perundangan. f. Pasal 12, mengatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditempat kerja untuk menjamin perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi dirinya. g. Pasal 13, mewajibkan kepada semua orang yang akan memasuki tempat kerja untuk mentaati semua petunjuk keselamatan kerja. h. Pasal 14, mewajibkan kepada pengurus untuk memasang UU 1/ 70; memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan ditempat kerjanya; serta menyediakan alat pelindung diri secara cuma- Cuma sesuai petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 4. Undang-Undang Kesehatan Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, khususnya pada Pasal 23 dinyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja. 21

Dan setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Secara garis besar di dalam penjelasan undang-undang ini, diuraikan halhal sebagai berikut : a. Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk maksud agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. b. Upaya Kesehatan Kerja pada hakekatnya merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai dengan jenis pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan dan proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja. c. Tempat kerja adalah tempat yang terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, yang dipergunakan untuk memproduksi barang dan jasa, oleh satu atau beberapa orang pekerja. Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 (sepuluh) orang. 22