BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saca Firmansyah (2008) menyatakan bahwa partisipasi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB. II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar umumnya berhubungan langsung dengan kegiatan siswa,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

TUJUAN PENDIDIKAN: LINGKUNGAN BELAJAR: kognitif psikomotorik afektif TUJUAN PEMBELAJARAN : BAHAN PEMBELAJARAN :

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

TINJAUAN PUSTAKA. yang disebut juga media pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Hamalik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) mengartikan bahwa aktivitas adalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media merupakan sarana fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi atau

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran, teknik pembelajaran, taktik pembelajaran, dan model pembelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup dari bayi hingga ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan di sekolah adalah bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah diartikan sebagai tengah, atau pengantar. Media sebagai pengantar memiliki makna penggabung antara dua pihak, yaitu antar sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Associated for Educational Communications and Technology (AECT, 1977) (dalam Sri Anitah 2008) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito (2002) menyatakan bahwa segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Sejalan dengan itu Gagne & Briggs : 1975 (dalam Arsyad, 2011) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terjadi antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. a. Konsep Gambar Seri (Media Visual) Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Sri Anitah (2008) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, 5

6 atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Media gambar seri adalah urutan gambar yang mengikuti suatu percakapan dalam hal memperlakukan atau menyajikan arti yang terdapat pada gambar. Alasan digunakannya media gambar seri adalah agar media tersebut dapat menyajikan suatu kejadian peristiwa kronologis dengan menghadirkan orang, benda, dan latar. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/- index.php/sastra-indonesia/articel/view/1448) Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa media gambar seri masuk dalam bagian media visual yang memungkinkan seorang guru dapat menggunakannya sebagai media didalam menyampaikan pesan pembelajaran agar pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami. Salah satu penyampaian pesan ini yaitu dengan menggunakan gambar seri didalam pembelajaran tematik untuk mengefektifkan hasil belajar siswa. Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan media gambar antara lain: 1) Harus autentik yaitu gambar haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya, 2) Sederhana yaitu komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan poinpoin pokok dalam gambar, 3) Ukuran relative yaitu gambar dapat membesarkan atau memberkecilkan objek/benda sebenarnya. b. Manfaat, Kelebihan dan Keterbatasan Gambar Seri (Media Visual) Gambar seri sebagai media visual memiliki beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Sri Anitah (2008) sebagai berikut: 1) Menimbulkan daya tarik bagi pelajar, 2) Mempermudah pengertian pebelajar, 3) Memperjelas bagian-bagian yang penting, 4) Menyingkat suatu uraian panjang. Media gambar dalam penggunaannya memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Arief, dkk (2002), kelebihan media gambar sebagai berikut: 1) Sifatnya konkrit yaitu gambar lebih

7 realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata, 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, 4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman, 5) Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan. 2.1.2 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah geografis, ekonomi, sosiologi antropologi dan tata negara (Syafrudin Nurdin, 2005). Somantri, 2001 (dalam Supriya, 2009) mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pendagogis-psikologis untuk tujuan pendidikan Paradigma pembelajaran IPS tidak hanya berkutat pada ranah kognitif melainkan afektif dan psikomotor, hal ini tidak terlepas dari karakteristik pembelajaran IPS seperti dijelaskan oleh S. Nasution, 1989 dalam Soebijantoro (2011) bahwa: Pendidikan IPS ialah suatu program pendidikan yang mengkaji manusia dalam lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya dimana materi kajiannya diperoleh dari berbagai ilmu sosial seperti geografi, penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, termasuk di dalamnya sosiologi, sejarah ekonomi, antropologi politik psikologi. IPS adalah seleksi dari struktur disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila.

8 b. Tujuan Pengajaran IPS Hasan (dalam Syafruddin Nurdin, 2005) mengemukakan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Gross, 1978 (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Depdikbud, 1995 (dalam Syafruddin Nurdin, 2005) menyebutkan tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu:.untuk mengembangkan sikap dan keterampilan, cara berpikir dan kreatif siswa dalam melihat hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan penciptanya dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas yang mampu membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pengembangan bangsa dan negara serta ikut bertanggung jawab terhadap perdamaian dunia. Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2.1.3 Keaktifan Siswa a. Pengertian Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Acep, dkk, 2010) berarti giat (berusaha, kerja) sedangkan keaktifan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.

9 Nawani Elfatru (2010) berpendapat bahwa keaktifan adalah kegiatan atau aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik secara fisik maupun non fisik. Belajar aktif adalah suatu system belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan peserta didik, dimana peserta didik adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Menurut Nawani Elfatru (2010) keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila : 1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada peserta didik. 2. Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar. 3. Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal peserta didik (kompetensi dasar). 4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas peserta didik, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai peserta didik yang kreatif dan mampu menguasai konsep- konsep. 5. Melakukan pengukuran secara kontinyu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. b. Faktor- faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa

10 Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang di milikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk berpikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan- permasalahan dalam kehidupan sehari- hari. Gegne Briggs (dalam Nawawi Elfatru, 2010) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik). 3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik. 4. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan di pelajari). 5. Memberi petunjuk kepada peserta didik cara mempelajarinya. 6. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. 7. Member umpan balik (feed back) 8. Melakukan tagihan-tagihan terhadap peserta didik berupa tes, sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur. 9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. c. Indikator Keaktifan Ada beberapa indikator keaktifan siswa, antara lain: 1. Keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok. 2. Keberanian siswa dalam menyatakan pendapat. 3. Menjawab pertanyaan yang di ajukan guru dan teman kelompok lain. 4. Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.

11 5. Keberanian siswa dalam menanggapi gagasan. 2.1.4 Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Howard L. Kingsley (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) mendefinisikan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) mendefinisikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Robert M. Gagne dalam buku the conditioning of learning mengemukakan bahwa Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Menurut pengertian ini belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi. Selain itu menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Sedangkan menurut Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) belajar adalah suatu

12 aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. b. Prinsip Belajar Menurut Slameto (2002) calon guru atau pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut: Berdasarkan prasyarat yang dilakukan untuk belajar yaitu 1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; 2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional; 3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif; 4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. Sesuai hakekat belajar yaitu 1) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya; 2) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; 3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan anatara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari yaitu 1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya; 2) Harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai. Berdasarkan syarat keberhasilan belajar yaitu 1) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan

13 tenang; 2) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa. Prinsip-prinsip belajar tersebut diatas dapat membantu siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan tujuan agar siswa mampu mengatur waktu, membuat jadwal dan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran sehingga akan membuahkan hasil yang maksimal. c. Ciri-ciri Belajar Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut Djamarah (2002) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar; 2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional; 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara; 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; 6)Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut aliran Humanis bahwa setiap orang menentukan sendiri tingkahlakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Tidak terikat pada lingkungan. Hal ini sesuai dengan Wasty Sumanto yang dikutip dari Darsono (2000) bahwa tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri masing-masing. Menurut pandangan dan teori Konstruktivisme (Sardiman, 2006) belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah tes, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan prosesmengasimilasi dan menghubungkan dengan pengalaman atau bagian yangdipelajarinya dari pengertian yang dimiliki sehingga pengertiannya menjadi berkembang. Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno seperti dikutip oleh Sardiman (2006) yang

14 dijelaskan sebagai berikut: 1) Belajar mencari makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat,dengar, rasakan, dan alami; 2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus; 3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri; 4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dengan lingkungannya; 5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yangtelah dipelajari. d. Pengertian Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Definisi hasil belajar menurut Hamalik (2002); Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut pemikiran Gagne (dalam Agus Suprijono, 2009), hasil belajar berupa: 1) informasi verbal yaitu kapibilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; 2)

15 keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang; 3) strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri; 4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; dan 5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom. Menurut Bloom (dalam Agus Suprijono, 2009), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari aspek penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Aspek psikomotorik terdiri dari aspek gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Nana Sudjana, 2010). Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

16 Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. 2.2 Kerangka Berfikir Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Penggunaan media gambar seri dapat dijadikan alternatif sebagai bentuk upaya guru dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tematik kelas IV dengan tema lingkungan. Media gambar seri (media visual) adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (Film rangkai), slide (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Adapun media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun. Media Seri Bergambar merupakan media pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam memahami dan menggambarkan kondisi apa yang akan dijelasan. Dalam aktivitasnya, siswa mencari informasi mengemukakan informasi dalam gambar tersebut. Hal yang menjadi perhatian peneliti dalam melaksanakan media ini adalah efektivitas keaktifan siswa dan sebagai ujung pembelajaran berupa hasil belajar. Dari uraian tersebut dapat dibuat suatu kerangka berpikir sebagai berikut:

17 Keaktifan Belajar Rendah Hasil Belajar Rendah Penerapan media gambar seri : 1. Siswa berpikir menemukan ide atau informasi dari gambar. 2. Siswa mengemukakan pendapat/ide dari gambar. 3. Siswa berbagi atas hasil ide yang diberikan Peningkatan hasil belajar dan keaktifan belajar 2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi kebenarannya. Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka pemikiran dapat diambil hipotesis sebagai berikut. Dengan menerapkan media gambar seri pada pembelajaran IPS di kelas IV SDN 1 Temuireng Kecamatan Jati Kabupaten Blora maka diduga keaktifan dan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.