BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam dunia usaha, antara lain

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

SIARAN PERS Biro Hukum, Humas & Kerjasama Gd. KPPU, Lt. 1, Jl. Juanda 36, Jakpus, Telp /Fax

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pelabuhan umum di Indonesia terdiri dari pelabuhan umum yang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

SALINAN. 50 Huruf a. Ketentuan Pasal. dalam Persaingan Usaha. Pedoman Pasal Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 51 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN. Peranan negara dalam kegiatan ekonomi dapat diwujudkan dengan

KEGIATAN USAHA PT. PELABUHAN INDONESIA PASCA LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 Undang-Undang No. 3

Draft DRAFT PEDOMAN PASAL 50 H TENTANG PENGECUALIAN USAHA KECIL UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN PENYEBERANGAN SINABANG KABUPATEN SIMEULUE

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

Rancangan Pedoman Pelaksanaan Pasal 50 Huruf a UU No. 5 Tahun 1999

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember Presiden Republik Indonesia,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

BUPATI BANGKA TENGAH

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pesatnya suatu perubahan yang sangat cepat sehingga membuat banyak negara

Sulit Berantas Kartel, KPPU Butuh Apa Lagi? Oleh: M. Nurfaik *

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut terbesar di

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Mohammad Yusuf Hasibuan Reiza Aribowo

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada. dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIJUNJUNG,

P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-I/2013

UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. sesudah amandemen konstitusitahun 2002, menginstruksikan bahwa. perekonomian Indonesia disusun serta berorientasi pada ekonomi

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.06/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1983 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PELABUHAN II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari permasalahan-permasalahan yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok sebagai BUMN tidak dapat dikatakan melakukan praktik monopoli pengusahaan jasa kepelabuhanan hal ini berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh perusahaan milik negara tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga PT Pelindo II (Persero) berhak melakukan penguasaan dan pengelolaan pelayanan jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersil. Pembentukan beberapa anak perusahaan dan kerjasama dengan afiliasinya semata-mata untuk mendukung pelayanan jasa di pelabuhan khususnya di pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai perusahaan PT Pelindo II mempunyai visi untuk mencari keuntungan dan agar bisa bertahan di menghadapi efek perdagangan bebas. Keuntungan dari PT Pelindo II sebagai BUMN merupakan deviden dan sebahagian akan disetor sebagai pendapatan Negara sebesar 30 % (tiga puluh perseratus) dari laba PT Pelindo II. Selain itu PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok tidak memenuhi syarat untuk dapat dikatakan melakukan monopoli ataupun praktik monopoli maupun persaingan usaha tidak sehat sebagaimana dimaksud dalam 126

Undang-undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, selama PT Pelindo II (Persero) tidak melakukan Praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat atau melakukan oligopoli, misalnya PT Pelindo II (Persero) mewajibkan pengguna jasa atau pemilik barang dengan mengikatkan diri dalam perjanjian atau kesepakatan untuk wajib menggunakan angkutan darat milik PT Pelindo II (Persero) atau wajib menggunakan perusahaan bongkar muat milik PT Pelindo II (Persero). Menurut penulis penguasaan pasar lebih dari 50% (lima puluh persen) tidak dapat dikatakan tindakan melanggar hukum seperti yang tercantum dalam UU Praktik Monopoli Pasal 17 ayat (2.c) karena setiap perusahaan yang melakukan usaha pasti ingin bertahan dari persaingan dan berkembang, cara bertahannya perusahaan dengan mengembangkan dan mengerahkan semua kemampuannya untuk menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2015. Salah satunya bentuk berkembangnya PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) adalah dengan menciptakan segmen usaha baru dan menciptakan anak dan/atau cabang perusahaan. Dengan cara tersebut otomatis perusahaan tersebut dapat menguasai pasar lebih dari 50% (lima puluh persen). Tidak ada di dunia ini perusahaan yang tidak ingin berkembang, dan pemerintah tidak mungkin memaksa bahwa semua perusahaan tidak boleh menguasai pasar lebih dari 50% (lima puluh persen). Apabila ditemukan adanya perjanjian atau ketentuan yang dibuat oleh PT Pelindo II yang mewajibkan pemilik barang atau pemilik kapal menggunakan perusahaan bongkar muat milik PT Pelindo II, pemilik barang atau pemilik kapal dapat melaporkan PT Pelindo II ke KPPU, 127

seperti yang terjadi di pelabuhan Teluk Bayur, dimana PT Pelindo II diputuskan dikenakan sangsi dengan membayar Rp. 4,77 milyar sesuai surat putusan majelis 02/KPPU-I/2013 yang dibacakan Ketua Majelis KPPU Saidah Sakwan Pelindo II melanggar Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 dan pasal 19 huruf a dan b terkait dengan jasa bongkar muat pelabuhan dengan mewajibkan perusahaan yang menyewa lahan PT Pelindo II menggunakan jasa bongkar muat milik PT Pelindo II 95. 2. PT Pelindo II sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut Pasal 51 UU Praktik Monopoli dapat dikecualikan melakukan monopoli dibidang jasa kepelabuhanan, apabila jasa kepelabuhanan dianggap menyangkut hidup orang banyak dan penting bagi negara, selain itu harus ditetapkan dalam undangundang atau peraturan pemerintah sehingga menjadi payung hukum yang jelas bagi perusahaan berflat merah tersebut. Dalam ketentuan yang akan menjadi payung hukum perusahaan BUMN dalam melakukan monopoli tidak terlepas dari maksud dan tujuan didirikannya BUMN yang tercantum dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu: a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; b. mengejar keuntungan; c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup 95 Monopoli Jasa Pelabuhan, KPPU denda Pelindo II Rp 4,77 milyar, diunduh dari http://www.bisnis.com tanggal 11 Desember 2013 128

orang banyak; d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Disamping itu PT Pelindo II sebagai Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang modalnya dimiliki oleh Negara perlu memegang peranan penting dalam menguasai infrastruktur dalam negeri yang bersifat strategis, karena apabila dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan milik asing maka dapat mengancam kedaulatan republik ini. Sifat monopoli yang selama ini dimiliki oleh PT Pelindo II karena masih diatur dalam Pasal 344 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyatakan Kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang telah diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara tetap diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dimaksud. Dengan arti bahwa selama ini kegiatan dan kerjasama yang telah dilakukan PT Pelindo II dengan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) tetap menjadi wewenang PT Pelindo II untuk menarik biaya sewa perairan, dan jasa labuh kapal padahal sejak berlakunya UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran PT Pelindo II tidak lagi wajib menyediakan fasilitas seperti rambu-rambu navigasi, pemeliharaan alur pelayaran, sehingga tidak ada pelayanan yang diberikan kepada TUKS. 3. Kondisi dan iklim pengusahaan jasa kepelabuhanan hendaknya dilakukan persaingan secara sehat dan tetap dijaga keberadaanya sehingga terciptanya 129

efektivitas serta efisiensi usaha, pelayanan prima, profesional dan mengutamakan keselamatan sehingga menguntungkan bagi konsumen atau pemilik barang yang akhirnya akan dirasakan manfaatnya dan mensejahterakan masyarakat konsumen maupun perusahaan yang menerapkannya serta tetap dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap sektor usaha kecil dan menengah karena akan terlindungi sepanjang mereka tetap memilihara sistem usaha yang mandiri, bebas dan tetap mempertahankan kejujuran serta keadilan. Dalam hal ini diperlukan juga pengawasan oleh Pemerintah baik yang terlibat langsung di pelabuhan seperti Otoritas Pelabuhan, Pemerintah Daerah maupun lembaga lain seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan lain-lain. B. Saran diantaranya: Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan beberapa saran 1. Hendaknya Perusahaan penyedia jasa pelabuhan yang melakukan usaha di Pelabuhan Tanjung Priok dapat meningkatkan kompetisi dalam memberikan jasa pelabuhan seperti meningkatkan kinerja operasional sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor Um.002/38/18/DJPL-11 tanggal 5 Desember 2011 tentang Standar kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan, menyediakan fasilitas-fasilitas seperti alat bongkar muat, angkutan darat dan lain-lain, sehingga Badan Usaha Pelabuhan (BUP) tersebut mampu bersaing dan terus beraktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok baik, mampu bekerjasama dengan sesama 130

perusahaan jasa kepelabuhanan maupun dengan anak perusahaannya ataupun PT Pelindo II (Persero) ataupun dengan pelaku jasa kepelabuhanan milik perusahaan asing atau membentuk konsorsium. 2. Kegiatan pengusahaan jasa kepelabuhanan yang selama ini dikuasai oleh PT Pelindo II sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bermaksud monopoli, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran peraturan perundang-undangan yang telah ada sebaiknya dibuat lagi ketentuan yang baru yaitu Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang khusus memperbolehkan PT Pelindo II melakukan monopoli dalam pengelolaan jasa kepelabuhanan, karena ketentuan yang berlaku saat ini yaitu UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, masih bersifat umum. 3. Pengaturan pengusahaan dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan di Indonesia khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok agar tercipta iklim usaha yang sehat dan harmonis adalah agar Penyelenggara Pelabuhan yaitu Otoritas Pelabuhan (OP) Utama Tanjung Priok dalam mengawasi dan mengendalikan perusahaanperusahaan termasuk PT Pelindo II (Persero) dan anak perusahaannya, sehingga tidak melakukan kegiatan praktik monopoli yang dapat merugikan pihak lain. Otoritas Pelabuhan mengawasi, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan jasa kepelabuhanan sesuai dengan tugas dan fungsi penyelenggara pelabuhan sesuai Pasal 80 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yaitu melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan 131

kepelabuhanan. Otoritas Pelabuhan (OP) Utama Tanjung Priok hendaknya memberlakukan sama bagi semua Badan usaha Pelabuhan (BUP) yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu perlu diperlukan sosialisasi peraturan perundang-undangan khususnya Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan dengan tujuan menumbuh kembangkan kesadaran hukum dan pemahaman bagi pelaku usaha kepelabuhanan khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya serta di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya. 132