BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari permasalahan-permasalahan yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok sebagai BUMN tidak dapat dikatakan melakukan praktik monopoli pengusahaan jasa kepelabuhanan hal ini berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh perusahaan milik negara tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga PT Pelindo II (Persero) berhak melakukan penguasaan dan pengelolaan pelayanan jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersil. Pembentukan beberapa anak perusahaan dan kerjasama dengan afiliasinya semata-mata untuk mendukung pelayanan jasa di pelabuhan khususnya di pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai perusahaan PT Pelindo II mempunyai visi untuk mencari keuntungan dan agar bisa bertahan di menghadapi efek perdagangan bebas. Keuntungan dari PT Pelindo II sebagai BUMN merupakan deviden dan sebahagian akan disetor sebagai pendapatan Negara sebesar 30 % (tiga puluh perseratus) dari laba PT Pelindo II. Selain itu PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok tidak memenuhi syarat untuk dapat dikatakan melakukan monopoli ataupun praktik monopoli maupun persaingan usaha tidak sehat sebagaimana dimaksud dalam 126
Undang-undang No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, selama PT Pelindo II (Persero) tidak melakukan Praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat atau melakukan oligopoli, misalnya PT Pelindo II (Persero) mewajibkan pengguna jasa atau pemilik barang dengan mengikatkan diri dalam perjanjian atau kesepakatan untuk wajib menggunakan angkutan darat milik PT Pelindo II (Persero) atau wajib menggunakan perusahaan bongkar muat milik PT Pelindo II (Persero). Menurut penulis penguasaan pasar lebih dari 50% (lima puluh persen) tidak dapat dikatakan tindakan melanggar hukum seperti yang tercantum dalam UU Praktik Monopoli Pasal 17 ayat (2.c) karena setiap perusahaan yang melakukan usaha pasti ingin bertahan dari persaingan dan berkembang, cara bertahannya perusahaan dengan mengembangkan dan mengerahkan semua kemampuannya untuk menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2015. Salah satunya bentuk berkembangnya PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) adalah dengan menciptakan segmen usaha baru dan menciptakan anak dan/atau cabang perusahaan. Dengan cara tersebut otomatis perusahaan tersebut dapat menguasai pasar lebih dari 50% (lima puluh persen). Tidak ada di dunia ini perusahaan yang tidak ingin berkembang, dan pemerintah tidak mungkin memaksa bahwa semua perusahaan tidak boleh menguasai pasar lebih dari 50% (lima puluh persen). Apabila ditemukan adanya perjanjian atau ketentuan yang dibuat oleh PT Pelindo II yang mewajibkan pemilik barang atau pemilik kapal menggunakan perusahaan bongkar muat milik PT Pelindo II, pemilik barang atau pemilik kapal dapat melaporkan PT Pelindo II ke KPPU, 127
seperti yang terjadi di pelabuhan Teluk Bayur, dimana PT Pelindo II diputuskan dikenakan sangsi dengan membayar Rp. 4,77 milyar sesuai surat putusan majelis 02/KPPU-I/2013 yang dibacakan Ketua Majelis KPPU Saidah Sakwan Pelindo II melanggar Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 1999 dan pasal 19 huruf a dan b terkait dengan jasa bongkar muat pelabuhan dengan mewajibkan perusahaan yang menyewa lahan PT Pelindo II menggunakan jasa bongkar muat milik PT Pelindo II 95. 2. PT Pelindo II sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut Pasal 51 UU Praktik Monopoli dapat dikecualikan melakukan monopoli dibidang jasa kepelabuhanan, apabila jasa kepelabuhanan dianggap menyangkut hidup orang banyak dan penting bagi negara, selain itu harus ditetapkan dalam undangundang atau peraturan pemerintah sehingga menjadi payung hukum yang jelas bagi perusahaan berflat merah tersebut. Dalam ketentuan yang akan menjadi payung hukum perusahaan BUMN dalam melakukan monopoli tidak terlepas dari maksud dan tujuan didirikannya BUMN yang tercantum dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu: a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; b. mengejar keuntungan; c. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup 95 Monopoli Jasa Pelabuhan, KPPU denda Pelindo II Rp 4,77 milyar, diunduh dari http://www.bisnis.com tanggal 11 Desember 2013 128
orang banyak; d. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Disamping itu PT Pelindo II sebagai Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang modalnya dimiliki oleh Negara perlu memegang peranan penting dalam menguasai infrastruktur dalam negeri yang bersifat strategis, karena apabila dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan milik asing maka dapat mengancam kedaulatan republik ini. Sifat monopoli yang selama ini dimiliki oleh PT Pelindo II karena masih diatur dalam Pasal 344 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyatakan Kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang telah diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara tetap diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dimaksud. Dengan arti bahwa selama ini kegiatan dan kerjasama yang telah dilakukan PT Pelindo II dengan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) tetap menjadi wewenang PT Pelindo II untuk menarik biaya sewa perairan, dan jasa labuh kapal padahal sejak berlakunya UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran PT Pelindo II tidak lagi wajib menyediakan fasilitas seperti rambu-rambu navigasi, pemeliharaan alur pelayaran, sehingga tidak ada pelayanan yang diberikan kepada TUKS. 3. Kondisi dan iklim pengusahaan jasa kepelabuhanan hendaknya dilakukan persaingan secara sehat dan tetap dijaga keberadaanya sehingga terciptanya 129
efektivitas serta efisiensi usaha, pelayanan prima, profesional dan mengutamakan keselamatan sehingga menguntungkan bagi konsumen atau pemilik barang yang akhirnya akan dirasakan manfaatnya dan mensejahterakan masyarakat konsumen maupun perusahaan yang menerapkannya serta tetap dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan yang berlaku. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap sektor usaha kecil dan menengah karena akan terlindungi sepanjang mereka tetap memilihara sistem usaha yang mandiri, bebas dan tetap mempertahankan kejujuran serta keadilan. Dalam hal ini diperlukan juga pengawasan oleh Pemerintah baik yang terlibat langsung di pelabuhan seperti Otoritas Pelabuhan, Pemerintah Daerah maupun lembaga lain seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan lain-lain. B. Saran diantaranya: Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mencoba memberikan beberapa saran 1. Hendaknya Perusahaan penyedia jasa pelabuhan yang melakukan usaha di Pelabuhan Tanjung Priok dapat meningkatkan kompetisi dalam memberikan jasa pelabuhan seperti meningkatkan kinerja operasional sesuai Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor Um.002/38/18/DJPL-11 tanggal 5 Desember 2011 tentang Standar kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan, menyediakan fasilitas-fasilitas seperti alat bongkar muat, angkutan darat dan lain-lain, sehingga Badan Usaha Pelabuhan (BUP) tersebut mampu bersaing dan terus beraktivitas di Pelabuhan Tanjung Priok baik, mampu bekerjasama dengan sesama 130
perusahaan jasa kepelabuhanan maupun dengan anak perusahaannya ataupun PT Pelindo II (Persero) ataupun dengan pelaku jasa kepelabuhanan milik perusahaan asing atau membentuk konsorsium. 2. Kegiatan pengusahaan jasa kepelabuhanan yang selama ini dikuasai oleh PT Pelindo II sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bermaksud monopoli, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penafsiran peraturan perundang-undangan yang telah ada sebaiknya dibuat lagi ketentuan yang baru yaitu Undang-undang atau Peraturan Pemerintah yang khusus memperbolehkan PT Pelindo II melakukan monopoli dalam pengelolaan jasa kepelabuhanan, karena ketentuan yang berlaku saat ini yaitu UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, masih bersifat umum. 3. Pengaturan pengusahaan dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan di Indonesia khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok agar tercipta iklim usaha yang sehat dan harmonis adalah agar Penyelenggara Pelabuhan yaitu Otoritas Pelabuhan (OP) Utama Tanjung Priok dalam mengawasi dan mengendalikan perusahaanperusahaan termasuk PT Pelindo II (Persero) dan anak perusahaannya, sehingga tidak melakukan kegiatan praktik monopoli yang dapat merugikan pihak lain. Otoritas Pelabuhan mengawasi, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan jasa kepelabuhanan sesuai dengan tugas dan fungsi penyelenggara pelabuhan sesuai Pasal 80 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yaitu melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan 131
kepelabuhanan. Otoritas Pelabuhan (OP) Utama Tanjung Priok hendaknya memberlakukan sama bagi semua Badan usaha Pelabuhan (BUP) yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu perlu diperlukan sosialisasi peraturan perundang-undangan khususnya Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan dengan tujuan menumbuh kembangkan kesadaran hukum dan pemahaman bagi pelaku usaha kepelabuhanan khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya serta di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya. 132