PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (daucus carota) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA BAKSO IKAN DI DESA SETAPUK HULU KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG GANYONG TERHADAP KUALITAS CAKE GANYONG WORTEL

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Rasa asam

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

PEMANFAATAN UBI JALAR MERAH SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM PEMBUATAN ES KRIM SECARA TRADISIONAL DENGAN PENAMBAHAN CMC NASKAH PUBLIKASI

UJI ORGANOLEPTIK CAKE DENGAN SUBSTITUSI PATI SINGKONG (Manihot utilissima) DAN PEWARNA DAUN SUJI (Pleomale angustifolia) NASKAH PUBLIKASI

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA CAKE LABU KUNING (Cucurbita moschata) DENGAN PENAMBAHAN PEWARNA ALAMI

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB III METODE PELAKSANAAN

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

Pengembangan Media Dasar Jerami untuk Pertumbuhan dan. Produktifitas Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Pengawetan pangan dengan pengeringan

KUALITAS MIE BASAH DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DAN SUBSITUSI TEPUNG BEKATUL

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

UJI KADAR PROTEIN DAN UJI ORGANOLEPTIK BISKUIT DENGAN RATIO TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG DAUN KELOR

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

TINJAUAN PUSTAKA. Bakso merupakan produk olahan daging, dimana daging tersebut telah. dihaluskan dan dicampurkan dengan bumbu-bumbu, tepung

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

INOVASI PRODUK OLAHAN BERBASIS UBI JALAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

Pemanfaatan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus sp.) Sebagai Pewarna dan Pengawet Alami Mie Basah

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

TEKNOLOGI MIE SEHAT BUAH NAGA Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. (Widyaiswara BPP Jambi) I. PENDAHULUAN

PEMBERIAN CHITOSAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA BAKSO UDANG

BAB I PENDAHULUAN. sintetis seperti boraks dan asam benzoat. Boraks dapat meningkatkan sifat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Transkripsi:

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: ROMARISA DWIWATI A420100187 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/tugas akhir : Nama NIP/NIK : 807 : Drs. Djumadi M.Kes. Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : Romarisa Dwiwati NIM : A 420100187 Program Studi : Pendidikan Biologi Judul Skripsi : PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, Maret 2014 Pembimbing Drs. Djumadi M.Kes. NIK. 807

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING Romarisa Dwiwati A 420 100 187 ABSTRAK Bakso merupakan produk olahan daging yang digiling kemudian dibentuk bulat-bulat yang melalui proses perebusan. Penelitian bakso ini menggunakan ekstrak wortel dan ekstrak waluh sebagai perlakuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan yang memiliki daya simpan paling lama, hasil uji organoleptik dan daya terima masyarakat terhadap bakso dengan pengawet alami yaitu ekstrak wortel dan buah waluh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktorial. Faktor tersebut yaitu parameter suhu (8 C dan 34 C) serta komposisi ekstrak wortel dan ekstrak waluh (0:0, 0:2, 2:0, 1:1) dengan 8 taraf perlakuan 4 kali ulangan. Analisis data secara deskriptif kualitatif dengan uji daya simpan bakso, uji organoleptik dan daya terima masyarakat. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa komposisi ekstrak wortel dan ekstrak waluh berpengaruh terhadap daya simpan bakso. Kesimpulan dari penelitian ini perlakuan yang memiliki daya simpan bakso yang paling lama yaitu selama 18 hari pada perlakuan yang menggunakan ekstrak wortel dengan suhu kulkas 8 C (P 2 N 1 ). Dan hasil uji organoleptik dari bakso daging dengan ekstrak buah waluh dan wortel tidak mempengaruhi uji organoleptik (warna,rasa, aroma, dan tekstur) sehingga baik untuk bahan pengawet alami makanan. Kata kunci: bakso, wortel, waluh, daya simpan, uji organoleptik dan daya terima PENDAHULUAN Bakso merupakan makanan basah yang tentunya daya simpan bakso tidak bisa bertahan lama. Banyak para pedagang yang tidak ingin dirugikan oleh hal ini, maka dari itu para pedagang biasanya menambahkan pengawet pada bakso buatannya. Masalahnya banyak para pedagang menggunakan pengawet yang berbahaya bagi tubuh atau tidak lazimnya untuk makanan, hal ini yang membuat bakso menjadi tidak sehat lagi untuk dikonsumsi.

Banyak para pedagang bakso menggunakan bahan tambahan pengawet nonmakanan seperti formalin dan boraks, hal ini agar bakso dapat kenyal dan lebih tahan lama sehingga tidak mudah basi. Selain itu, para pedagang juga mempertimbangkan harga pengawet makanan dan nonmakanan. Bahan pengawet merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat kerusakan makanan baik yang disebabkan mikroba pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dengan cara menghambat, mencegah, menghentikan proses pembusukan dan fermentasi dati bahan makanan. Pengawet memang dibutuhkan untuk menghambat aktifitas mikroorganisme. Dengan demikian penggunaan bahan tambahan diatur sedemikian rupa untuk mempertahankan makanan tetap sehat. Penggunaan pengawet harus mempertimbangkan keamanan pengawet tersebut, tetapi pada kenyataannya masih sering terjadi dalam penggunaan pengawet tanpa mengindahkan kesehatan konsumen (Susilo, 2012). Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pengawet buatan bisa diganti dengan pengawet alami. Pengawet alami ini berasal dari ekstrak wortel dan buah waluh karena dari kedua bahan sayuran ini terdapat betakaroten (β-karoten) atau pro-vitamin A yang dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi. Buah waluh memiliki kandungan yang hampir sama dengan wortel, salah satunya β-karoten. Jadi pemanfaatan buah waluh bisa lebih komplek, tidak hanya dikonsumsi biasa dan dijadikan makanan. Dalam penelitian Gardjito (2006), menyimpulkan bahwa kandung β-karoten dalam manisan kering labu kuning yaitu 95,9%. Hasil penelitian Nasution (2006) menyatakan bahwa analisa zat gizi dan analisa mutu fisik mie basah wortel yang dilakukan dengan uji organoleptik (warna, aroma, tekstur, dan rasa) serta rangkaian analisa statistik yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna bahwa mie basah wortel lebih disukai daripada mie basah tanpa wortel. Disamping itu terdapat kandungan beta karoten, protein, kadar abu, dan kadar air ternyata untuk zat gizi lainnya meliputi lemak, karbohidrat, vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi dan serat juga kandungannya lebih tinggi pada mie basah wortel.

Apabila wortel dan buah waluh dapat digunakan sebagai pengawet alami tentunya masyarakat dan pedagang mendapatkan solusi yang lebih baik untuk bakso yang aman dan sehat. Selain itu harga wortel dan buah waluh yang lebih ekonomis dan mudah didapat dibandingkan forlamin, boraks atau bahan pengawet lainnya. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pedagang bakso daging. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui perlakuan yang memiliki daya simpan paling lama dengan penambahan ekstrak waluh, ekstak wortel dan penyimpanan suhu yang berbeda. Dan mengetahui hasil uji organoleptik dan daya terima masyarakat pada bakso daging dengan pengawet alami yaitu ekstrak wortel dan buah waluh. MATERI DAN METODE Waktu dan tempat penelitian yaitu dilakukan di Laboratorium Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu penelitian ini adalah Januari-Februari 2014. Alat yang digunakan adalah timbangan, panci, blender, baskom, pisau, gelas ukur, sendok, lemari pendingin, cup plastik, dan Termohigro. Bahan yang digunakan untuk sampel adalah daging sapi giling, tepung, telur, bumbu-bumbu, ekstrak wortel, ekstrak waluh dan air. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 2 faktor. Faktor tersebut yaitu parameter suhu (8 C dan 34 C) dan komposisi ekstrak waluh dan ekstrak wortel (0:0, 1:0, 0;1, 1:1) dengan 8 taraf perlakuan 4 kali ulangan. Pelaksanaan penelitian sebagai berikut: Menggiling daging sapi 800g. Membuat adonan bakso dengan mencampur gilingan daging bersama tepung 400g, telur 2 butir, bumbu-bumbu (bawang putih, merica, garam, penyedap rasa, bawang merah goring) dan sedikit air es. Membagi adonan bakso yang siap dibentuk menjadi empat bagian, dengan berat yang sama masing-masinh 500g. Bagian bakso pertama dijadikan kontrol atau tanpa perlakuan yaitu dengan

menambahkan air 5ml/200g. Bagian bakso yang kedua dengan perlakuan yaitu menambahkan ekstrak waluh saja sebanyak 5ml/200g. Bagian bakso yang ketiga dengan perlakuan yaitu menambahkan ekstrak buah wortel saja sebanyak 5ml/200g. Bagian bakso yang terakhir dengan perlakuan yaitu mencampur ekstrak wortel sebanyak 2,5ml/200g dan ekstrak buah waluh sebanyak 2,5ml/200g. Memasak air secukupnya pada panci, dengan api sedang. Mengepal-ngepalkan adonan bakso bagian pertama pada tangan hingga membentuk adonan yang bulat pada saat tangan ditekan, dan memasukkan adonan dengan sendok kedalam panci. Setelah bakso mengapung maka bakso dapat diangkat dan ditiriskan. Melakukan hal yang sama pada bakso bagian yang kedua, ketiga dan keempat. Mengukus bakso selama 15 menit. Apabila semua bakso sudah jadi maka siap untuk diuji oleh peneliti. Pengujian bakso daging meliputi: uji daya simpan, uji organoleptik dan daya terima masyarakat. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi bakso daging yaitu: daging sapi giling, tepung, telur, bumbubumbu, ekstrak wortel, ekstrak waluh, dan sedikit air es. Dalam teknik membuat bakso terlebih dahulu dengan mempersiapkan daging untuk adonan. Supaya keaslian dari daging tetap terasa maka bisa menambahkan tepung kanji sebanyak 15-20% (Winzaldi, 2008). Daging sapi giling 200g sebagai bahan utama yang mengandung protein hewani. Tepung tapioca 100g digunakan sebagai pengental bahan makanan. Air es berfungsi untuk menjaga elastisitas daging. Ekstrak wortel dan waluh sebagai pengawet alami bakso daging. Menurut Muchtadi (2013) menyatakan bahwa, sayuran berwarna orange dan kuning seperti wortel dan labu, merupakan hasil tanaman yang kaya akan α- dan β- karoten. Dalam tanaman, karotenoid mempunyai fungsi antioksidan yang peting. Karotenoid juga menghambat oksidasi lemak (lebih tepatnya, peroksidasi lemak).

1. Daya Simpan Tabel.1 Hasil Daya Simpan Bakso Daging No. Perlakuan Ulangan (Daya Simpan Bakso Daging) 1 2 3 4 Ratarata (hari) 1 P 0 N 0 1 1 1 1 1* 2 P 1 N 0 3 3 4 3 3 3 P 2 N 0 4 5 4 5 5 4 P 3 N 0 4 4 4 4 4 5 P 0 N 1 12 13 13 13 13 6 P 1 N 1 16 16 16 15 16 7 P 2 N 1 18 19 18 18 18** 8 P 3 N 1 17 18 17 18 17 Keterangan: **) daya simpan tertinggi *) daya simpan terendah Hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel.1 yaitu diperoleh hasil daya simpan bakso daging dengan daya simpan terendah selama 1 hari yang terdapat pada perlakuan kontrol dengan suhu ruangan 34ºC (P 0 N 0 ). Daya simpan tertinggi yaitu selama 18 hari terpadat pada perlakuan yang hanya menggunakan ekstrak wortel saja dengan suhu kulkas 8ºC (P 2 N 1 ). Pada penelitian ini ekstrak buah waluh sedikit kurang efektif dibandingkan pada ekstrak wortel. Walaupun keduanya mempunyai kadungan β-karoten, namun kadungan β-karoten wortel lebih besar yaitu 9,02mg/100g dibandingan pada buah waluh yang hanya mempunyai kadungan β-karoten 7,29mg/100g. Telah kita ketahui bahwa bakso yang sudah basi memiliki ciri yang pertama yaitu berlendir dikarenakan adanya bakteri pada bakso tersebut, lalu diikuti dengan tumbuhnya jamur. Namun pada penelitian ini parameter yang digunakan yaitu tumbuhnya jamur sebagai indikator untuk mengetahui lamanya daya simpan bakso daging. Selain peneliti menggunakan ekstrak buah waluh dan wortel, juga digunakan suhu sebagai parameter pengukur daya tahan bakso. Menurut Warisno (2008), menyatakan bahwa pendinginan adalah salah satu metode pengawetan untuk bahan pangan baik itu buah-buahan maupun sayur-

sayuran. Mekanismenya adalah pengambilan panas yang terdapat pada bahan pangan dengan cara menurunkan suhu di atas titik beku cair dalam bahan itu. Tujuan perlakuan pendinginan dan pembekuan adalah untuk memperpanjang umur simpan dan mengnonaktifkan kegiatan-kegiatan mikroba. 2. Hasil Uji Organoleptik dan Daya Terima Tabel.2 Hasil Uji Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat No Perlakuan Keterangan Nilai Hasil 1 Warna 2,8 Coklat Keabu-abuan Aroma 3,95(**) Khas Daging P 0 Rasa 4(***) Gurih Tekstur 3,4 Kenyal Daya terima 3,95 Suka 2 Warna 3,45(*) Coklat Keabu-abuan Aroma 3,5 Khas Daging P 1 Rasa 3,9 Gurih Tekstur 3,7(****) Kenyal Daya terima 3,9 Suka 3 Warna 3,05 Coklat Keabu-abuan Aroma 3,5 Khas Daging P 2 Rasa 3,7 Gurih Tekstur 3,4 Kenyal Daya terima 4,05(*****) Suka 4 Warna 2,65 Coklat Keabu-abuan Aroma 3,35 Khas Daging P 3 Rasa 3,45 Gurih Tekstur 3,65 Kenyal Daya terima 3,9 Suka Keterangan: (*) :Warna yang paling mendekati coklat keabu-abuan (**) : Aroma yang tertingi (***) : Rasa yang tertinggi (****) : Tekstur yang tertinggi (*****) : Daya Terima yang tertinggi Hasil organoleptik dan daya terima masyarakat (tabel 2), secara garis umum menunjukkan bahwa warna bakso daging coklat keabu-abuan, aroma bakso khas daging, rasa bakso gurih, tekstur bakso kenyal dan daya terima masyarakat yaitu suka. Warna bahan dan produk pangan dapat dibentuk oleh adanya pigmen yang secara alami terdapat dalam bahan pangan atau bahan pewarna yang

ditambahkan ke dalam makanan. Pigmen alami dapat terjadi pada bahan pagan yang belum diolah atau terbentuk selama proses pengolahan. Diatara pigmen bahan pangan yang secara lami sering ditemui adalah karotenoid, klorofil, betalain, antosianin melanoidin dan mioglobin (Andarwulan, 2011). Warna yang dihasilkan dari semua perlakuan sama yaitu coklat keabuabuan. Hal ini dikarenakan warna yang mendominasi dari bahan bakso yaitu daging dan tepung. Warna pada perlakuan P 1, P 2, dan P 3 juga memiliki warna coklat kaebu-abuan dikarenan ekstrak buah waluh dan ekstrak wortel yang digunakan hanya sedikit sehingga warna dari ekstrak buah waluh dan wortel tidak begitu tampak jelas. Aroma khas daging, hal ini dikarenakan bakso yang dibuat merupakan bakso daging dengan perbandingan daging yang lebih banyak dibandingkan tepung, sehingga aroma yang lebih tercium adalah khas daging sapi. Aroma dari ekstrak buah waluh dan ekstrak wortel tidak tercium karena ekstrak yang digunakan tidak begitu banyak, aroma ekstrak buah waluh dan ekstrak wortel juga tidak begitu kuat bahkan hampir tidak mempunyai aroma sehingga aroma yang lebih muncul yaitu aroma khas daging sapi. Rasa gurih itu sendiri berasal dari berbagai bumbu-bumbu dan tentunya daging sapi. Karena daging sapi mempunyai protein yang tinggi maka rasa yang dominan keluar adalah gurih. Rasa ekstrak buah waluh dan ekstrak wortel juga tidak begitu dominan pada perlakuan P 1, P 2 dan P 3. Hal ini dikarenakan ekstrak buah waluh dan wortel mempunyai rasa yang sedikit hambar. Rasa yang paling khas daging yaitu perlakuan kontrol (P 0 ) hal ini juga disebabkan oleh tidak terdapat ekstrak buah waluh dan ekstrak wortel, sehingga rasa adonan daging lebih kuat. Tekstur kenyal pada bakso daging dihasilkan dari perpaduan antara daging sapi, tepung dan komposisi air es yang pas. Bahan yang paling mempengaruhi yaitu air es. Apabila air es yang digunakan terlalu sedikit maka akan mengakibatkan bakso lebih padat atau kurang kenyal. Namun apabila air yang ditambahakan terlalu banyak juga akan mengakibatakan bakso sulit untuk dibentuk.

Daya terima dari masyarakat pada semua perlakuan bakso daging adalah suka. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan ekstrak buah waluh dan ekstrak wortel tidak mempengaruhi minat masyarakat. Daya terima masyarakat dipengaruhi oleh warna, aroma, rasa dan tekstur bakso. Karena dari semua perlakuan memiliki warna, aroma, rasa, dan tekstur yang sama maka daya terima pun sama yaitu suka. Dengan adanya daya terima masyakat yang suka terhadap bakso daging dan hasil organoleptik yang menunjukkan semua perlakuan mempunyai hasil yang sama, baik dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur. Maka berkaitan dengan daya simpan bakso, penambahan ekstrak buah waluh dan wortel dapat digunakan sebagai alternatif pengawet alami dan tidak begitu mempengaruhi bakso daging pada umumnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlakuan yang memiliki daya simpan bakso yang paling lama yaitu selama 18 hari pada perlakuan yang menggunakan ekstrak wortel dengan suhu kulkas 8 C (P 2 N 1 ). 2. Hasil uji organoleptik dari bakso daging dengan ekstrak buah waluh dan wortel tidak mempengaruhi uji organoleptik (warna,rasa, aroma, dan tekstur) sehingga baik untuk bahan pengawet alami makanan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis disampaikan kepada yang terhormat Bapak Drs. Djumadi M, Kes atas waktu dan tenaga yang diluangkan untuk membimbing dan membantu sampai terselesaikannya skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA Andarwulan, Nuri dkk. 2011. Analisa Pangan. Jakarta: Dian Rakyat. Muchtadi, Deddi. 2013. Pangan dan Kesehatan Jantung. Bandung: Alfabeta. Nasution, Zuraidah, Tiarlince Bakkara, dan Mincu Manula. 2006. Pemanfaatan wortel (Daucus carota) dalam pembuatan mie basah serta analisa mutu fisik dan mutu gizinya. Jurnal Ilmiah PANNMED. Vol. 1 No.1. Didownload tanggal 8 November 2013. Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Wortel. Yogyakarta: Kanisius. Sudarto, Yudo. 1993. Budidaya Waluh. Yogyakarta: Kanisius. Susilo, 2012. Pemanfaatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Bahan Pengawet Ikan Bandeng Segar (Chanos chanos F.). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Warisno. 2008. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan Secara Sederhana. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. Winzaldi. 2008. Membuat Bakso Sendiri. Bandung: CV. Putra Mandiri.