BAB IV PENUTUP. pemerintahan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Lampiran pertanyaan. Panwaslu Bantul. berapa jumlah yang sudah ditindaklanjuti?

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA PENYELENGGARA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

Kata Pengantar. Surabaya, 09 Mei Purnomo S. Pringgodigdo, SH., MH.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah penulis melakukan penelitian, menganalisis, dan membahas hasil

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3 dan angka 4 berlaku 1 (satu) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. c.

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

8. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PERAN BAWASLU Oleh: Nasrullah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah. diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Paragraf 2 KPU Provinsi. Pasal 9

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten Mamuju. Written by sysadmin Rabu, 07 September :40 - Last Updated Rabu, 23 Mei :25

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

TATA CARA PENGADUAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG PEJABAT PP 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

JAKARTA, 03 JUNI

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN KPU KABUPATEN BANYUMAS. Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi:

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TUGAS DAN FUNGSI KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2017

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BAWASLU (TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN) Institusi Penyelenggaraan Pemilu KPU DKPP KESIAPAN BAWASLU DALAM PENGAWASAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KPU KABUPATEN TABANAN Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Tabanan sebagai suatu sub sistem dari Komisi Pemilihan Umum,

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Penggunaan fasilitas negara, pada dasarnya memang dianjurkan demi kepentingan pemerintahan. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai penggunaan fasilitas negara, fasilitas negara memang diperuntukkan untuk akomodasi dan keberlangsungan praktek pemerintahan. Kepala Daerah selaku pucuk pimpinan pemerintahan daerah, mempunyai kewenangan atas pengguaan fasilitas daerah tersebut. Akan tetapi, lain halnya ketika Kepala Daerah mendeklarasikan diri menjadi calon petahana untuk pemilu Kepala Daerah periode berikutnya. Bawaslu sebagai badan yang berfungsi melakukan pengawasan terhadap praktek pemilu, mempunyai tugas dan kewenangan mengawasi setiap fase keberlangsungan pemilu, mulai dari masa verifikasi calon, kampanye, pemilihan, penghitungan suara, hingga pelaksanaan hasil keputusan pemilu. Disini yang menjadi objek pengawasan Bawaslu adalah penggunaan fasilitas negara oleh calon petahana. 2. Seperti yang diuraikan dimuka, banyak terjadi penyelewengan penggunaan fasilitas negara oleh calon petahana. Salah satunya adalah penggunaan fasilitas negara seperti baliho, mobil dinas dan lain-lain yang dilakukan dalam pemilihan Kepala Daerah tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten / Kota. Menurut Pasal 187 ayat (3) Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 Tentang Pemilihan Kepala Daerah yaitu pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6(enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), apabila terindikasi melakukan tindak pidana penyelewengan fasilitas negara. Namun banyak yang tidak melaporkan ke ranah hukum akibat tidak adanya sosialisasi dan informasi dari pihak Bawaslu kepada

instansi stake holder, yakni KPU, Pemda, Kepolisian dan Satpol PP. Hal itu dikarenakan kurangnya biaya akomodasi terkait pelaksanaan pengawasan penggunaan fasilitas negara. Artinya, Bawaslu hanya sekedar menginfokan dan mensosialisasikan secara sepihak, tanpa adanya koordinasi dengan stake holder terkait bentuk pengawasan tersebut kepada masyarakat. Sosialisasi yang dikerjakan oleh Bawaslu juga terkendala akibat adanya saling tumpang tindih antara kewenangan KPU dan DKPP. Bawaslu sebagai salah satu perangkat pemilu masih dianggap kalah pamor dalam segi kewenangan dibandingkan KPU dan DKPP. Padahal, apabila anggota Bawaslu dapat memaksimalkan kinerjanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bisa jadi kedepannya peraturan khusus mengenai pemilu dan posisi Bawaslu dapat diamanatkan langsung melalui undangundang maupun peraturan pemerintah. Namun agaknya hal ini harus selaras dalam konteks pemilukada, antara Bawaslu-Bawaslu antar daerah Provinsi sehingga dapat memunculkan animo pada masyarakat bahwa Bawaslu juga mempunyai peran yang dominan dalam pelaksanaan pemilu. Hal ini bukan hanya dalam segi penerimaan laporan tapi juga diberikan kewenangan tambahan untuk langsung menghasilkan keputusan, bukan hanya sekedar rekomendasi. Bawaslu Sumatera Barat dapat menjadi pattern terkait Bawaslu-Bawaslu lain tingkat Provinsi dalam mengerjakan hal tersebut, dimulai dari keefektivan kerja Bawaslu Sumatera Barat dalam konteks pengawasan dugaan pelanggaran administratif berupa penggunaan fasilitas negara. Dalam melakukan pengawasannya, Bawaslu juga terkendala masalah personel yang terjun ke lapangan demi menertibkan para penyeleweng penggunaan fasilitas negara. Personel tersebut terkendala dikarenakan tidak adanya jaminan dan perlindungan hukum terkait dengan bentuk tindak lanjut dari pengawasan Bawaslu tadi. Oleh

karena itu, masalah personel ini juga menjadi salah satu faktor penghambat Bawaslu terkendala dalam menjalankan tugasnya. B. Saran Demi menjaga stabilitas dan keamanan pemilukada, Bawaslu hadir dengan tugas dan kewenangannya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Tugas dan kewenangan Bawaslu tersebut bukan tanpa kendala dalam pelaksanaannya.minimnya biaya akomodasi dan mobilisasi para anggota Bawaslu dan kurangnya personel pelaksana lapangan dalam menertibkan penyeleweng penggunaan fasilitas negara oleh petahana menjadi kendala yang cukup urgen untuk segera dicarikan solusinya. Maka dari itu penulis mempunyai solusi untuk permasalahan tersebut antara lain: 1. Menambah anggaran untuk Bawaslu Provinsi Sumatera Barat demi menjalankan tugasnya sebagai pengawas pemilu. Anggaran ini nantinya akan didistribusikan dalam kegiatan sosialisasi tentang peranan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu lewat stake holder terkait pemilu, yakni Pemerintah Daerah, Polisi, Satpol PP dan Partai Politik. Anggaran tersebut juga kedepannya akan diwujudkan dalam bentuk akomodasi anggota Bawaslu dan fasilitas mobilisasi anggota Bawaslu dalam menjalankan tugasnya. 2. Sosialisasi internal terkait dengan pembagian tugas kerja antar sesama anggota Bawaslu Sumatera Barat dalam menjalankan tugas dan fungsinya, yakni pengawasan terhadap calon Kepala Daerah, khususnya calon petahana dalam pelanggaran administratif, dalam penggunaan fasilitas negara, pengawasan terhadap kinerja dan kode etik antar sesama anggota dan tenaga pekerja Bawaslu sebagai bentuk hubungan kewenangan dengan DKPP, serta tim yang bertugas melakukan sosialisasi menyeluruh terkait pentingnya melakukan pengawasan pemilu kepada masyarakat

lewat instruksi dan koordinasi kepada partai politik, pemda, kepolisian dan satpol pp. 3. Adanya jaminan dan perlindungan yang jelas kepada personel lapangan Bawaslu, seperti Panwaslu dan pekerja lapangan yang bertugas sebagai eksekutor putusan Bawaslu terkait dengan pelaporan penyelewengan penggunaan fasilitas negara. Para pekerja lapangan sebagai eksekutor putusan tersebut kenyataannya sangat minim sekali, dikarenakan tidak adanya jaminan biaya dan perlindungan dari Bawaslu untuk menertibkan para petahana yang masih menggunakan fasilitas negara dalam praktek pemilunya, seperti melepas spanduk dan media baliho, pengamanan mobil dinas dan pengelola gedung pemerintah daerah. Apabila ada anggaran yang bisa menjamin para eksekutor di lapangan, serta diberikan Surat Keputusan sesuai dengan kontrak kerja berkala dengan Bawaslu terkait tugasnya untuk menertibkan sebagai eksekusi dari putusan Bawaslu tersebut, dapat dikatakan bahwa kinerja Bawaslu dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengawas menjadi lebih efektif. Kinerja Bawaslu Sumatera Barat sebagai pengawas penggunaan fasilitas oleh petahana pada kenyataannya dewasa ini baru sampai tingkat badan yang menjadi tempat melapornya para pelapor dugaan terkait penyelewengan penggunaan fasilitas negara. Pelaporan tersebut juga masih bernuansa politis, dalam artian sebagai salah satu upaya untuk menjegal calon petahana oleh calon Kepala Daerah yang lain. Adanya independensi masyarakat untuk melaporkan dugaan penyelewengan penggunaan fasilitas negara juga masih belum dalam konteks sebagai pengawas yang mandiri, yakni tidak adanya unsur kepentingan dalam pelaporan tersebut.untuk itu Bawaslu juga harus menjaga independesi masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengawas pemilu sebagai bentuk nyata partisipasi politik masyarakat untuk mewujudkan pemilihan Kepala Daerah yang demokratis.

Pemilihan Kepala Daerah, sesuai dengan pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 dipilih secara demokratis. Dengan adanya perangkat penyelenggara pemilihan umum seperti KPU, Bawaslu dan DKPP, diharapkan penyelenggaraan pemilukada dapat berjalan secara demokratis sesuai yang diamanatkan konstitusi. Pada dasarnya, pembagian tugas dan kewenangan penyelenggara pemilu harus sudah selesai pembahasannya di tingkat KPU, Bawaslu dan DKPP. Untuk pelaporan terkait pelanggaran administratif, dapat dilaporkan kepada KPU dan Bawaslu.Untuk pelaporan pelanggaran kode etik pemilu, dapat dilaporkan kepada Bawaslu dan DKPP.Untuk pelanggaran berupa tindak pidana pemilu dapat dilaporkan kepada Bawaslu kemudian diteruskan ke Kepolisian.Maka dapat dilihat Bawaslu sebagai media pelaporan dugaan pelanggaran harus disetarakan dan ditingkatkan kewenangannya.terkait dengan penggunaan fasilitas negara, Bawaslu mempunyai tugas dan kewenangan yang lebih besar, walaupun secara peraturan perundang-undangan Bawaslu hanya berhak merekomendasikan terkait putusan sanksi pelanggar jika terbukti oleh KPU.Namun ditinjau dari segi fungsi, Bawaslu mempunyai kewenangan lebih besar, sebagai pengawas penyelenggaraan pemilu sehingga menciptakan aura pemilukada secara demokratis.