BAB I PENDAHULUAN. tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Rahayu Setyowati

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Taroenadhibrata yang dilakukan pada bulan Juni 2017 dengan jumlah. sampel 57 responden didapatkan hasil sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan kesehatan salah satu jenis layanan. menjadi rujukan untuk mengakses layanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan. mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, dokter, dan kualitas keperawatan yang dirasakan. Pengalaman pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional yakni dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2014.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

ABSTRAK Hubungan antara Derajat Stres Kerja dan Kepuasan Kerja pada Perawat Pelaksana Rumah Sakit Jiwa Cimahi Stephen P.

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics) 2010, orang dengan serangan stroke berulang (NCHS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 307 per kelahiran hidup (KH). Data AKI tahun 2009 sebesar

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS 3 DI RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu observasional analitik kuantitatif dengan

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.2, November 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

TITIN KUSRINI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayananan komunikasi terapeutik merupakan pelayanan komunikasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era pasar bebas sekarang ini, rumah sakit mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebagai usaha bidang jasa, keunggulan dalam faktor pelayanan menjadi sebuah tuntutan. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien antara lain oleh tim keperawatan (Nitisemito, 2006). Salah satu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit adalah komunikasi. Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia sehingga komunikasi dikembangkan secara terus menerus. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat (Nunung, 2010). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal karena komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan cara tatap muka yang memungkinkan setiap orang dapat menangkap reaksi dari orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal (Abdul Nasir, et,.al, 2011). 1

Dalam bidang keperawatan, komunikasi penting untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Purwanto, 2007). Seorang perawat profesional berusaha untuk selalu menggunakan komunikasi terapeutik, yang berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukannya memberikan dampak terapeutik yang memungkinkan pasien untuk tumbuh dan berkembang, oleh karena itu perawat harus mampu mengetahui tentang dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan dan kekuranagn diri serta kepekaan terhadap kebutuhan orang lain (Hamid, 2000). Menurut pendapat Nitisemito (2006), kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan dapat menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan, hal ini menunjukkan keberhasilan rumah sakit dalam mengelola Sumber Daya Manusia (SDM), artinya SDM yang berkualitas serta memiliki sikap dan keterampilan yang baik maka pasien akan merasa puas. Upaya memaksimalkan kualitas SDM dapat dimulai dari pemilihan tenaga kerja yang berpengalaman dengan tingkat pendidikan yang sesuai serta disiplin dalam bekerja. Melalui pengalaman kerja yang memadai perawat memiliki kompetensi untuk bersaing, terlebih lagi pada persaingan global dan tuntutan konsumen yang semakin beragam. Manivestasi fungsi pengembangan tenaga kerja, SDM yang dimiliki

organisasi harus memperhatikan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja dengan sebaik-baiknya. Menurut informasi yang didapatkan oleh peneliti dari keterangan pasien dan keluarga pasien bahwa perawat di ruang rawat inap Dahlia dan Cempaka pada saat akan melaksanakan tindakan keperawatan, komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan sehari-hari belum sepenuhnya dilaksanakan. Peneliti mendapatkan informasi secara lisan bahwa beberapa pasien yang mendapatkan terapi pemberian obat melalui intravena (IV) mengatakan bahwa perawat belum menjelaskan secara terbuka mengenai prosedur tindakan tersebut, pasien hanya diberitahu akan diberi obat dengan cara disuntik tanpa memberikan penjelasan, tidak ada perawat yang memperkenalkan diri saat akan melakukan tindakan keperawatan. Sebenarnya pasien dan keluarganya ingin tahu informasi dari tindakan yang akan dilakukan oleh perawat tetapi sangat jarang perawat menjelaskan prosedur sebelum dilakukan tindakan, saat dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan kepada pasien. Sementara, komunikasi tersebut seharusnya digunakan sebagai sarana penyampaian informasi yang maksimal kepada pasien dan keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan. Rendahnya komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat akan berdampak terhadap ketidakpuasan pasien dalam pelayanan keperawatan. (Purwanto, 2007).

Beberapa penelitian tentang komunikasi terapeutik menunjukan bahwa hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pasien yang dilakukan tindakan endoskopi di irna RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto yang diteliti oleh Purwaningsih (2013) pada 35 orang pasien, menunjukan penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat sebagian besar pada kategori cukup baik (60.0%). Selain itu penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi mayor di RSUD Banyumas yang diteliti oleh Riyanto (2009) pada 30 orang, menunjukan ada pengaruh yang signifikan pemberian komunikasi terapeutik terhadap kecemasan pasien preoperasi dengan ρ=0,0001 < 0,05, menunjukan bahwa kecemasan pre operasi pasien post-test telah mengalami penurunan yang bermakna dibandingkan dengan pre-test komunikasi. Masalah dalam penelitian ini adalah perawat diruang rawat inap Dahlia dan ruang rawat inap Cempaka RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrta Purbalingga dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak menggunakan tahap-tahap komunikasi terapeutik, mereka pada saat memberikan pelayanan langsung melakukan tindakan tanpa adanya tahaptahap yang harus dilakukan terlebih dahulu. Ini membuktikan komunikasi terapeutik pada saat memberikan pelayanan kesehahatan kepada pasien masih kurang. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan keperawatan dalam membantu penyembuhan pasien (Purwanto, 2007). Selain itu komunikasi terapeutik memegang peranan yang penting dalam proses pelayanan kesehatan karena dengan adanya komunikasi terapeutik maka perawat dapat merencanakan tindakan keperawatan yang tepat yang akan diberikan kepada pasien dan komunikasi terapeutik sebagai sarana penyampainan informasi kepada pasien maupun keluarga tentang keadaan pasien. B. Rumusan Masalah Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan dilatar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara pengetahuan komunikasi terpeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan kemampuan komunikasi terapeutik perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komunikasi terpeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja dengan kemampuan komunikasi terapeutik perawat dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan terhadap pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata. 2. Tujuan Khusus Tujun khusus dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik perawat RSUD dr. R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tentang komunikasi terapeutik. c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. d. Untuk mengetahui masa kerja perawat di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga e. Untuk membuktikan hubungan antara pengetahuan komunikasi terapeutik dengan kemampuan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam memberikan pelayanan kesehatan. f. Untuk membuktikan hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan kemampuan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam memberikan pelayanan kesehatan.

g. Untuk membuktikan hubungan antara masa kerja perawat dengan kemampuan komunikasi terapeutik di ruang rawat inap RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga dalam memberikan pelayanan kesehatan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pihak yaitu: 1. Bagi Institusi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan bagi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga untuk mengadakan penyegaran atau pelatihan bagi para perawat tentang komunikasi terapeutik. 2. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana introspeksi perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan sebagai perawat profesional. 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat menjadi masukan sehingga dalam pelaksanaan program profesi peserta didik dibekali pengetahuan yang cukup tentang komunikasi terapeutik sehingga memiliki kemampuan komunikasi terapeutik yang baik dalam pelayannan keperawatan.

4. Bagi Peneliti Peneliti memperoleh pengalaman baru dalam mengungkap atau menemukan adanya hubungan antara pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan kemampuan menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan kesehatan. E. Penelitian Terkait Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu: 1. Penelitian dengan judul Perbandingan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas I Dan Kelas III Terhadap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Di RSUD Banyumas yang diteliti oleh Nugroho (2009). Metode penelitian ini menggunakan metode komparatif dengan pendekatan cross sectional, sampel dipilih menggunakan tekhnik simple random sampling. Sampel yang digunakan sejumlah 60 responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata skor tingkat kepuasan pasien diruang kelas I sebesar 76,9 lebih besar dari pada rata-rata skor tingkat kepuasan pasien di ruang kelas III RSUD Banyumas yaitu 64,4. Dengan demikian tingkat kepuasan pasien di ruang kelas I lebih tinggi secara bermakna dari pada tingkat kepuasan pasien di ruang kelas III RSUD Banyumas. Kesimpulan

dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien di ruang kelas I dan III RSUD Banyumas. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah fokus utama dalam penelitian. Fokus penelitian sebelumnya adalah tingkat kepuasan pasien rawat inap kelas I dan III terhadap pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat. Sedangkan fokus penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi dalam memberikan pelayanaan kesehatan. 2. Penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Purwokerto yang diteliti oleh Christiani (2013). Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh perawat yang berpendidikan DIII di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto. Sampel berjumlah 44 dengan tekhnik total sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistic ganda. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur (ρ=0,032), status kepegawaian (ρ=0,008), latar belakang pendidikan (ρ=0,007), pelatihan komunikasi (ρ=0,002), lingkungan (ρ=0,009) dengan perilaku perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik. Kesimpulan dari penelitiana ini adalah latar belakang pendidikan (0,007)

merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah fokus utama dalam penelitian. Fokus utama dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam komunikasi terapeutik. Sedangkan fokus penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi dalam memberikan pelayanaan kesehatan. 3. Penelitian dengan judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Dalam Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Kabupaten Purbalingga yang diteliti oleh Agustama (2013). Metode penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan Cross sectional. Populasi sebanyak 445 pasien dalam kurun waktu Agustus sampai Oktober 2012. Sampel yang diambil adalah 62 pasien dengan consecutive sampling. Kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dalam pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah fokus utama dalam penelitian. Fokus utama dalam penelitian

sebelumnya adalah hubungan komunikasi terapeutik dalam pemberian informed consent dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Sedangkan fokus penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi dalam memberikan pelayanaan kesehatan. 4. Penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Kemampuan Komunikasi Terapeutik Di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto yang diteliti oleh Diana (2006). Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Populasi penelitian semua perawat di ruang rawat inap Maria Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto yang berjumlah 26 orang. Sampel penelitian diambil 23 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Metode analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan uji statistik Spearman Rank. Kesimpulan sebagian besar perawat berpendidikan DIII Keperawatan dan pernah mengikuti pelatihan komunikasi terapeutik. Tingkat pengetahuan dan kemampuan komunikasi terapeutik perawat sebagian besar pada kategori cukup baik. Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor-faktor yang melatarbelakangi kemampuan komunikasi terapeutik. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang adalah fokus utama dalam penelitian. Fokus utama dalam penelitian

sebelumnya adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi kemampuan komunikasi terapeutik. Sedangkan fokus penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik, tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi dalam memberikan pelayanaan kesehatan.