BAB IV GAMBARAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAMBANGLIPU A. DATA PEMILIH NAMA DAN TANDA TANGAN ANGGOTA KPU KABUPATEN/KOTA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

Gbr.1 Jaringan di Ruang Sekpri Bupati

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan negara seperti yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

Nama SKPD Alamat Status

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 205 A TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempersempit ruang gerak di sebuah wilayah. Dimana jumlah pertumbuhan penduduk tidak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membuka unit usaha syariah yang pada akhirnya melakukan spin off (pemisahan).

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KECAMATAN SE- KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. astronomi ibukota Kecamatan Sewon terletak pada 7 O Bujur Timur dan. : Kecamatan Bantul dan Kecamatan Jetis

BAB IV GAMBARAN UMUM

Tabel 1.1 Data Jenis Kawasan di Bantul

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH. dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB IV ELIT POLITIK PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN KABUPATEN BANTUL. IV. 1. Partai Persatuan Pembangunan

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Masih dari

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ummi Athiyyah

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat didominasi ketidakmampuan masyarakat dalam menangani kesehatan diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai Glycine max (L.) Merill adalah tanaman asli daratan Cina dan

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 104 A TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN JAMAAH HAJI KABUPATEN BANTUL

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul adalah salah satu dari lima Kabupaten/Kota yang ada di Yogyakarta yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di pulau Jawa. 1. Luas Wilayah Luas kabupaten Bantul adalah 50.685 Ha atau 506,85 km 2 yang terbagi kedalam 17 kecamatan, setiap kecamatan memiliki luas yang berbeda-beda. Masing-masing kecmamatan memiliki jumlah desa yang berbeda pula. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Kecamatan yang paling luas di Kabupaten Bantul adalah Dlingo dengan persentase luas sebesar 11,02%, kemudian disusul oleh Kecamatan Imogiri dengan perentase luas sebesar 10,75%, sedangkan Kecamatan yang luasnya paling kecil adalah Srandakan yaitu hanya 3,61% dari luas Kabupaten Bantul, jumlah Desa di Kecamatan ini juga yang paling sedikit yaitu hanya 2 Desa. Kecamatan dengan jumlah Desa yang paling banyak adalah Imogiri dan Banguntapan yaitu dengan 8 Desa kemudian disusul oleh Kecamatan Dlingo dengan 6 Desa. 52

53 Tabel 4.1 Luas Wilayah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Bantul No Kecamatan Luas (Ha) Persentase luas Banyaknya desa 1. Srandakan 1.832 3,61 2 2. Sanden 2.316 4,57 4 3. Kretek 2.677 5,28 5 4. Pundong 2.368 4,67 3 5. Bambanglipuro 2.270 4,48 3 6. Pandak 2.430 4,79 4 7. Bantul 2.195 4,33 5 8. Jetis 2.447 4,83 4 9. Imogiri 5.449 10,75 8 10. Dlingo 5.587 11,02 6 11. Pleret 2.297 4,53 5 12. Piyungan 3.254 6,42 3 13. Banguntapan 2.848 5,62 8 14. Sewon 2.716 5,36 4 15. Kasihan 3.238 6,39 4 16. Pajangan 3.325 6,56 3 17. Sedayu 3.436 6,78 4 Jumlah 50.685 100,00 75 Sumber : Bantul dalam angka 2014 Di Kabupaten Bantul juga terdapat enam sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km 2, yaitu:

54 No Tabel 4.2 Nama, Panjang dan Alamat Sungai di Kabupaten Bantul Nama Sungai Panjang (Km 2 ) 1. Sungai Oya 35.75 Dlingo, Imogiri 2. Sungai Opak 19.00 Alamat Piyungan, Banguntapan, Pleret, Jetis, Imogiri, Pundong, Kretek 3. Sungai Progo 24.00 Sedayu, Panjang, Pandak, Srandakan 4. Sungai Winongo 18.75 Kasihan, Sewon, Bantul, Jetis, Pundong Kretek 5. Sungai Code 7.00 Banguntapan, Pleret, Sewon, Jetis 6. Sungai Bedong 9.5 Kasihan, Panjangan, Bantul, Pandak Sumber : Bantul dalam angka 2014 2. Pemerintahan Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan yaitu Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan dan Sedayu. Sumber: Bantul dalam Angka 2014 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Bantul

55 B. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul yang terletak di sebelah selatan Ibukota Kabupaten Bantul dengan luas 2.677 Ha. Secara georefis Kecamatan Kretek berbatasan dengan: - Sebelah Utara : Kecamatan Bambanglipuro - Sebelah Selatan : Samudra Hindia - Sebelah Timur : Kecamatan Pundong dan Kabupaten Gungungkidul - Sebelah Barat : Kecamatan Sanden dan Pandak Terdapat beberapa Desa yang ada di Kecamatan Kretek yaitu Tirtohargo, Parangtritis, Donotirto, Tirtosari dan Tirtomulyo. Luas wilayah dan jumlah penduduk masing-masing desa tersebut berbeda-beda seperti yang terdapat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Kretek Nama Desa Luas (Km 2 ) Sumber: Bantul dalam Angka 2014 Jumlah Penduduk (Jiwa) Penduduk Laki-laki (Jiwa) Penduduk Perempuan (Jiwa) Tirtohargo 3,62 2.821 1.387 1.434 Parangtritis 11,87 8.220 3.937 4.283 Donotirto 4,72 8.150 3.931 4.219 Tirtosari 2,39 4.049 1.933 2.116 Tirtomulyo 4,19 6.589 3.187 3.402

56 Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa desa yang paling luas di Kecamtan Kretek adalah Desa Parangtritis yaitu 11,87 km 2 sedangka desa yang luasnya paling kecil adalah Desa Tirtosari dengan luas hanya 2,39 km 2. Jumlah Penduduk yang paling banyak terdapat di Desa Parangtritis dan yang paling sedikit terdapat di Desa Tirtohargo. C. Pantai Depok Pantai Depok adalah salah satu pantai yang berada di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek, Pantai Depok merupakan objek wisata alam yang terletak di Kabupaten Bantul Provinsi DIY, sekitar tiga puluh kilometer di sebelah selatan kota Yogyakarta. Pantai ini juga berdampingan dengan Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo. Pantai Depok sangat terkenal dengan wisata kulinernya yaitu seafood-nya hal ini wajar mengingat di Pantai Depok terdapat banyak nelayan yang hampir setiap hari melaut jika cuaca mendukung. 1. Sejarah Pantai Depok Nama Depok sendiri berasal dari kata Padepokan. Asal nama Depok berawal ketika masa pecahnya Kerajaan Majapahit kala itu menjadikan beberapa prajurit melarikan diri ke beberapa tempat, salah satunya ke daerah ini. Salah satu dari mereka yang bernama Tunggul Wulung kemudian mendirikan sebuah padepokan. Maka dari asal padepokan inilah nama Pantai Depok di dapatkan.

57 Pantai Depok pada masa awal dibukanya bukan termasuk pantai terkenal akan hasil laut, karena para penduduk setempat sebagian besar berprofesi sebagai petani. Pada suatu hari datang beberapa nelayan dari Cilacap, mereka mendarat karena merasa menemukan tempat yang cocok untuk pendaratan kapal-kapal mereka karena banyaknya hasil laut yang dimiliki Pantai tersebut, beberapa waktu kemudian para penduduk asli yang melihat kejadian tersebut akhirnya mempunyai keinginan yang sama untuk membentangkan jaring dan turun kelaut untuk mencari hasil-hasil laut sebagai nelayan meskipun itu hanya sebagai pekerjaan sampingan. Mereka pun baru menyadari betapa melimpahnya kekayaan laut mereka dan dapat menambah panghasilan mereka, hingga akhirnya sejak saat itu Pantai Depok terkenal dengan hasil kekayaan lautnya. Seiring dengan terkenalnya Pantai Depok maka perekonomian di daerah tersebut juga semakin meningkat, hal ini terbukti dengan semakin banyak berdirinya rumah makan di tempat tersebut, sebelum nelayan Cilacap datang hanya ada sedikit rumah makan yang ada di tempat tersebut bahkan bisa di hitung dengan jari dan kawasan disana masih ditumbuhi tanaman liar akan tetapi seiring dengan terkenalnya hasil laut yang di hasilkan oleh Pantai Depok maka semakin banyak pula rumah makan yang berdiri dan terjadi perluasan lahan.

58 2. Karakteristik Nelayan di Pantai Depok Dalam penelitian ini yang menjadi unit anlisi adalah seluruh nelayan yang berada di Pantai Depok baik nelayan asli ataupun nelayan pendatang, baik juragan, ABK (anak buah kapal) ataupun nelayan yang bukan juragan dan bukan anak buah kapal. Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial ekonomi masyarakat nelayan di Pantai Depok Desa Parangtritis, jumlah nelayan yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 80 orang. a. Usia Tabel 4.4 Usia Nelayan di Pantai Depok Usia Nelayan (Tahun) Jumlah Persentase 15-24 15 18,75 25-34 34 42,5 35-44 18 22,5 45-54 8 10 lebih dari 54 5 6,25 Jumlah nelayan yang paling banyak adalah nelayan dengan usia 25-34 tahun yaitu sebanyak 42,5% kemudian disusul oleh nelayan yang berusia 35-44 tahun yaitu sebesar 22,5%, diikuti oleh nelayan yang berusia 15-24 tahun yaitu sebesar 18,75% setelah itu nelayan dengan usia 45-54 tahun yaitu sebesar 10% sedangkan nelayan yang jumlahnya paling sedikit adalah nelayan yang berada pada usia 54 tahun ke atas

59 dengan jumlah sebanyak 6,25% (Tabel 4.4). b. Pendidikan Tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh nelayan di Pantai Depok beragam, ada yang tidak pernah sekolah ada juga yang tamat dan tingkat pendidikan tertinggi yang pernah di enyam oleh nelayan Pantai Depok adalah SMA, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Nelayan di Pantai Depok Tingkat Pedidikan Jumlah persentase Tidak Pernah sekolah 3 3,75 Tidak tamat SD 7 8,75 Tamat SD 26 32,5 Tamat SMP 24 30 Tamat SMA 20 25 Dari Tabel 4.5 diatas diketahui bahwa jumlah nelayan paling banyak di Pantai Depok adalah nelayan dengan tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebesar 32,5% diikuti oleh nelayan dengan tingkat pendidikan tamat SMP yaitu sebesar 30% kemudian nelayan dengan tingkat pendidikan tamat SMA yaitu sebesar 25% sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan yang tidak pernah sekolah yaitu sebanyak 3,75%. c. Pengalaman Pengalaman melaut nelayan di Pantai Depok paling minim adalah 2 tahun sedangkan paling lama adalah 30 tahun, penjabarannya

60 seperti yang terdapata dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Pengalaman Melaut Nelayan Panatai Depok (Tahun) Pengalaman (Tahun) Jumlah Persentase 1-5 16 20 6-10 29 36,25 11-15 13 16,25 16-20 14 17,5 lebih dari 20 8 10 Dari Tabel 4.6 diketahui bahwa pengalaman melaut nelayan di Pantai Depok paling banyak adalah nelayan dengan pengalaman melaut selama 6-10 tahun kemudian diikuti oleh nelayan dengan pengalaman 1-5 tahun sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan dengan pengalaman melaut lebih dari 20 tahun. d. Tanggungan Tabel 4.7 Jumlah Anggota Keluarga yang ditanggung nelayan Tanggungan (jiwa) Jumlah Persentase 2 26 32,5 3-4 38 47,5 5-6 12 15 7-8 2 2,5 Lebi dari 8 2 2,5 Dari Tabel 4.7 diatas diketahui bahwa tangungan atau jumlah anggota keluarga yang ditanggung nelayan di Pantai Depok paling

61 banyak adalah nelayan dengan tanggungan sebanyak 3-4 orang dengan persenase sebanyak 47,5%, diikuti oleh nelayan dengan tanggungan 2 orang yaitu sebanyak 32,5% sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan dengan tanggungan 7-8 orang dan lebih dari 8 orang dengan persentase masing-masing sebesar 2,5%. e. Pendapatan Pendapatan nelayan di Pantai Depok berkisar antara Rp1.000.000,00 sampai dengan Rp7.500.000,00 lebih jelasnya seperti dalam tabel berikut: Tabel 4.8 Rata-rata Pendapatan Nelayan di Pantai Depok per bulan Pendapatan Jumlah Persentase Rp2.499.999 17 21,25 Rp2.500.000 - Rp3.999.999 17 21,25 Rp4.000.000 - Rp5.499.999 25 31,25 Rp5.500.000 - Rp6.999.999 11 13,75 Rp7.000.000 10 12,5 Tabel 4.8 disimpulkan bahawa nelayan di Pantai Depok yang memiliki pendapatan paling banyak adalah nelayan dengan pendaptan yang berkisar antara Rp4.000.000,00 - Rp5.499.999,00 dengan jumlah sebanyak 25 orang dengan persentase 31,25% sedangkan yang paling rendah adalah nelayan dengan pendapatan lebih atau sama dengan Rp7.000.000,00 yaitu sebayak 10 orang dengan persentase 12.5%.

62 f. Kepemilikian rumah Nelayan di Pantai Depok di dominasi oleh nelayan pendatang, untuk nelayan pendatang kebayakan tidak memiliki rumah sendiri atau sebagian besar sewa tetapi tetap ada nelayan pendatang yang memiliki rumah sendiri. Tabel 4.9 Kepemilikan Rumah Kepemilikan Jumlah Persentase Milik Sendiri 33 41,25 Bukan Milik Sendiri 47 58,75 Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa jumlah nelayan di Pantai Depok yang memiliki rumah sendiri adalah 33 orang atau 41,25% sedangkan untuk nelayan yang tidak mempunyai rumah sendiri sebayak 47 orang atau 58,75%. Jadi nelayan di Pantai Depok kebanyakan tidak memiliki tempat tinggal sendiri. g. Kepemilikan Kapal Untuk kepemilikan kapal nelayan di Pantai Depok terbagi menjadi beberapa yaitu ada yang milik sendiri, sewa, milik kelompok dan milik juragan, seperti yang dijabarkan dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.10

63 Kepemilikan Kapal Kemelikian Jumlah Persentase Milik Sendiri 28 35 Kredit 1 1,25 Milik Kelempok 2 2,5 Milik Juragan 49 61,25 Dari Tabel 4.10 menjelaskan bahwa lebih dari setengah nelayan di Pantai Depok tidak memiliki kapal sendiri, kepemilikan kapal lebih banyak dimliki oleh juragan dan nelayan hanya sebagai pengelola. h. Biaya Melaut Biaya yang dikeluarkan oleh nelayan di Pantai Depok berkisar antara Rp100.000,00 sampai dengan Rp300.000,00 untuk sekali melaut. Tabel 4.11 Biaya Sekali Melaut Biaya Jumlah Persentase Rp100.000 - Rp149.999 16 20 Rp150.000 - Rp199.999 16 20 Rp200.000 - Rp249.999 39 48,75 Rp250.000 - Rp299.999 7 8,75 Rp300.000 2 2,5 Dari Tabel 4.11 di atas diketahui bahwa hampir setengan dari nelayan Pantai Depok paling banyak menggunakan biaya untuk melaut

64 sehari-hari adalah sebesar Rp200.000,00 - Rp249.999,00 yaitu sebanyak 39 ornag dengan persentase 48,75%. Sedangkan yang paling sedikit adalah nelayan dengan biaya lebih dari atau sama dengan Rp300.000,00 yaitu sebanyak 2 orang. Untuk nelayan yang menggunakan biaya sebesar Rp100.000,00 - Rp149.999,00 dan Rp150.000,00 - Rp199.999,00 mempunyai jumlah yang sama yaitu sebanyak 16 orang. i. Lama Melaut Nelayan di Pantai Depok biasanya pergi melaut pada pagi hari dan pulang pada siang atau sore hari akan tetapi mereka juga sering berangkat pada sore hari kemudian pulang pagi hari, meskipun tidak sering seperti berangkat pagi hari. Ketika pergi pada pagi hari rata-rata mereka berangkat pada jam 05.00 WIB dan ketika pergi sore mereka biasanya berangkat ada jam 15.00 atau jam 16.00. Tabel 4.12 Jumlah Waktu Melaut sehari-hari Waktu (jam) Jumlah Persentase 5 10 12,5 6 17 21,25 7 21 26,25 8 25 31,25 9 7 8,75 Dari Tabel 4.12 diketahui bahwa jumlah nelayan paling banyak melaut sebanyak 25 orang dengan waktu melaut selama 8 jam dengan

65 persentase sebanyak 31,25% sedangkan jumlah nelayan yang paling sedikit adalah nelayan yang melaut dengan waktu 9 jam yaitu sebayak 7 orang dengan persentase 8,75%. j. Jarak Melaut Nelayan di Pantai Depok biasanya mencari ikan dalam jarak yang dekat yaitu daratan masih bisa dilihat akan tetapi terkadang ada yang pergi sampai jauh untuk memperoleh tangkapan yang lebih bayak, jarak terdekat yang mereka tempuh adalah kurang lebih 5 km sedangkan jarak terjauh yang ditempuh adalah 10 atau lebih dari 10 km. Tabel 4.14 Jarak Tempuh Sekali Melaut Jarak (km) Jumlah Persentase 5 22 27,5 6-7 27 33,75 8-9 26 32,5 10 5 6,25 Tabel 4.14 diketahui bahwa jumlah nelayan paling panyak terdapat pada jarak tempuh antara 6-7 km dengan jumlah 27 orang atau sebesar 33,75%. Sedangkan jarak tempuh yang paling sedikit di lalui nelayan adalah jarak tempuh 10 yatu hanya sebanyak 5 orang dengan persentase 6,25%. Hal ini di sebabkan oleh kurangnya modal yang dimiliki sehingga jarang sekali nelayan yang menempuh jarak tersebut

66 karena di perlukan modal yang lebih besar. Selain karakteristik yang dijabarkan diatas ada pula beberapa karakteristik nelayan yang ada di Pantai Depok seperti pekerjaan sampingan, nelayan di sana ada yang memiliki pekerjaan sampingan dan ada juga yang tidak. Nelayan asli sebagian besar mempunyai pekerjaan sampingan dan biasanya menjadi petani dan pedagang sedangkan nelayan pendatang hanya beberapa orang yang mempunyai pekerjaan sampingan diantaranya ada yang menjadi buruh, sopir, pedagang bahkan pemulung, ada juga yang bekerja sebagai petani meskipun sangat sedikit dan mereka yang menjadi petani adalah yang sudah memilki tanah sendiri di tempat tersebut. Pendapatan yang di perolehpun beragam tergantung dari pekerjaan yang mereka lakukan. Untuk masalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian nelayan merasa pendapatan yang mereka peroleh dari melaut cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, sebagian lagi merasa pendapatan yang mereka peroleh sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga tidak ada yang di simpan, hasil yang merek peroleh hari itu cukup untuk makan hari itu pula dan juga karena dalam satu bulan tidak setiap hari mereka melaut maka ketika tidak melaut mereka terpaksa meminjam terlebih dahulu dan diganti ketika mereka sudah melaut. Ada pula yang berpendapat bahwa pendapatan yang mereka peroleh dari

67 hasil melaut tidak mencukupi untuk hidup sehari-hari. Selain modal yang dikeluarkan untuk melaut ada pula biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan yaitu perbaikan kapal dan alat tangkap, untuk kapal biaya perbaikan diperlukan ketika kapal bocor dan ketika mesin rusak, biaya ini tidak dikeluarkan setiap bulan akan tetapi dikeluarkan ketika terjadi kebocoran atau kerusakan mesin, untuk masalah kebocoran biaya yang di perlukan adalah kurang lebih sekitar Rp500.000,00 untuk satu tambalan sedangkan jika terjadi kerusakan alat maka dikeluarkan biaya untuk servis dan jika terjadi kerusakan total maka mesin perlu diganti. Kerusakan alat tangkap biasanya disebabkan oleh sampah yang menempel dan juga karena batu karang, tidak hanya rusak bahkan nelayan sering kehilangan alat tangkap mereka yang berupa jaring, ketika alat ini rusak total atau hilang maka biaya yang di keluarkan cukup besar karena untuk satu jaring di perlukan biaya sebesar Rp250.000,00 dan untuk sekali melaut biasanya memerlukan sepuluh jaring dan semua jaring tersebut saling terhubung maka ketika satu jaring hilang otomatis yang lain juga ikut hilang. Jumlah tangkapan yang didapatkan oleh nelayan di Pantai Depok rata-rata sekitar 10-15 kg untuk sekali melaut pada bulan biasa sedangkan pada bulan yang berlimpah (biasanya antara bulan Juli-Maret) jumlah tangkapan yang di peroleh biasa mencapai 1-2 ton, sedangkan untuk harga

68 tergantung dari jenis ikannya dan musim apa, seperti saat penenlitian ini dilakuakan ikan bawal putih harganya sedang melambung karena bertepatan dengan perayaan imlek. Sistem pembagian hasil nelayan di Pantai Depok, untuk nelayan yang memiliki kapal sendiri setelah pendapatan dipotong operasional kemudian sisanya dibagi 2 atau 3 orang tergantung dari jumlah muatan kapal tersebut. Sedangka untuk nelayan yang tidak memiliki kapal sendiri khusus untuk milik juragan sistemnya adalah pendapatan pertama kali dipotong untuk operasional kemudian dibagi 2 untuk juragan dan untuk nelayan, setelah itu oleh nelayan dibagi lagi tergantung dari jumlah muatan kapal tersebut. Untuk kapal milik kelompok sama ketika memperloh pendapatan maka harus disetor untuk kas bersama sedangkan ketika tidak memperoleh pendapatan maka tidak diwajibkan untuk membayar setoran. Berbeda dengan kredit yang harus tetap menyetor ketika memiliki ataupun tidak memiliki pendapatan. Penyuluhan untuk nelayan di Pantai Depok biasanya didapat oleh nelayan asli dan sebagian nelayan pendatang yang sudah lama tinggal dan memiliki tanah atau rumah pribadi di tempat tersebut dan untuk nelayan pendatang lainnya yang tidak memiliki tanah atau tempat tinggal pribadi jarang yang mendapatkan penyuluhan ataupun bantuan dari pemerintah setempat, begitupula dengan keanggotaan koperasi hanya sebagain kecil

69 dari nelayan pendatang yang ikut koperasi Mina Bahari 45 yang ada di Pantai Depok. Nelayan yang ada di Pantai Depok sebagian besar adalah nelayan pendatang dari Cilacap, Sukabumi dan daerah lainnya. Nelayan asli di Pantai Depok tidak melaut setiap hari, mereka hanya melaut pada musim di saat tangkapan sedang melimpah karena menjadi nelayan bukanlah profesi utama untuk sebagian besa nelayan asli di Pantai Depok, sedangkan untuk nelayan pendatang karena mereka adalah pendatang maka melaut adalah pekerjaan utama mereka sehingga mau tidak mau mereka harus melaut setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, mereka tidak melaut hanya pada waktu-waktu tertentu seperti cuaca buruk dan Jum at kliwon yang merupakan adat.