Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh

dokumen-dokumen yang mirip
Bahan Renungan Sekitar G30S, Bung Karno, Suharto dan PKI

Buku «Memecah pembisuan» Tentang Peristiwa G30S tahun 1965

Gus Dur minta ma'af atas pembunuhan tahun 1965/66

Habibi Serahkan Dokumen Tragedi 98

Negara Jangan Cuci Tangan

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Seriuskah Kivlan Zen Mau Menjadi Saksi Kunci Penculikan dan. Pembunuhan Para Aktivis Prodemokrasi?

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

Masyarakat Bersikap Masih Seperti 1965

pembentukan komisi kepresidenan

Sambutan Presiden RI pada Buka Puasa Bersama Prajurit TNI dan Masyarakat Cipatat, 23 Agustus 2011 Selasa, 23 Agustus 2011

Sambutan Presiden RI pd Peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI, tgl.22 Juli 2013, Jakarta Senin, 22 Juli 2013

4 Penculik Jadi Jenderal Bintang Satu

BACAAN UNTUK HARI " SEBELAS MARET" HARI "SUPERSEMAR"

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

Surat-Surat Buat Dewi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

APA SEBAB JENDRAL SUHARTO TIDAK PUNYA SYARAT UNTUK DIBENUM -- JADI PAHLAWAN NASIONAL * * *

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Kenapa Soeharto Tidak Mencegah G30S 1965?

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Empat alumni Akmil Jurtek berturutturut menjadi Pangdam Sriwijaya era

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

PEMBERONTAKAN GERAKAN 30 SEPTEMBER PKI 1965

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965*

Tentu saja bukan hanya Amerika, menurut saya banyak negara, bahkan negara sekecil Singapura saja punya kepentingan.

Ini Pantauan CIA Saat Kejadian G30S/PKI

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB IV PENUTUP. identik dengan bacaan-bacaan liar dan cabul yang mempunyai corak realisme-sosialis.

AKTIVIS 1998 INILAH PENCULIK. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan. dan inilah Korbanya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1968 TENTANG TANDA KEHORMATAN BINTANG "JALASENA" PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1976: Komandan, Brigade Infantri 5 Juni 1985-Maret 1986; Asisten Dua, Operasi;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

Silahkan Baca Tragedi PKI Ini

*BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA CINDY ADAMS* *<EDISI ASLI: SUKARNO AN AUTOBIOGRAPHY, AS TOLD TO CINDY ADAMS>*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

No.1086, 2014 KEMENHAN, Pemakaman. Veteran. Penyelenggaraan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB V KESIMPULAN. Gerakan Dewan Banteng meledak pada tanggal 15 Februari 1958 dengan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMAL IDRIS, KISAH TIGA JENDERAL IDEALIS

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

KEKUASAAN PRESIDEN DALAM SISTEM POLITIKDEMOKRASI TERPIMPIN D I S U S U N OLEH :

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI STRES DENGAN KEDISIPLINAN KERJA PADA TNI AD. Skripsi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang mengemukakan sumber-sumber

Gerwani dan Tragedi 1965

Sambutan Presiden RI pd Pembukaan Kongres XXI PGRI dan Guru Indonesia 2013, 3 Juli 2013, di Jakarta Rabu, 03 Juli 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

Jokowi, Antara Hantu Komunisme dan Vonis Si 'Nemo' Ahok

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pewarta. Dalam melakukan kerjanya, wartawan berhadapan dengan massa,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tap XXXIII/MPRS/1967

SAMBUTAN PRESIDEN RI, PERESMIAN KAWASAN SEJARAH PANGLIMA BESAR JENDERAL BESAR SOEDIRMAN, Senin, 15 Desember 2008

Transkripsi:

Buku Letjen (Pur) Sintong Panjaitan yang membikin heboh Diterbitkannya buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando tentang berbagai pengalaman Letjen (Pur) Sintong Panjaitan,yang diluncurkan 11 Maret 2009, merupakan peristiwa yang menarik sekali dalam sejarah kemiliteran di Indonesia pada khususnya dan sejarah bangsa pada umumnya. (Letjen Sintong Panjaitan adalah mantan Panglima Kodam Udayana, yang sesudah dicopot oleh presiden Suharto sekitar tahun 1991 kemudian menjadi penasehat militer di staf khusus Presiden Habibi). Buku setebal 520 halaman yang ditulis oleh wartawan senior Hendro Subroto ini bukan merupakan biografi Sintong Panjaitan, dan juga bukan otobiografi. Melainkan serangkaian pengungkapan berbagai masalah yang terjadi di kalangan TNI, khususnya Angkatan Darat, yang berkaitan dengan sejumlah peristiwa politik penting di negeri kita. Dari berbagai reaksi publik (lewat pers atau Internet) setelah terbitnya buku ini nampak dengan jelas bahwa munculnya buku ini di masyarakat merupakan peristiwa yang shocking (mengejutkan), yang buntutnya bisa panjang dan mempunyai dampak yang tidak kecil di kalangan militer pada khususnya. Sebab, buku ini bukan saja telah membeberkan sebagian dari kekeliruan atau pelanggaran berat yang telah dilakukan kalangan militer di masa Orde Baru, tetapi juga sebagian dari tindakan-tindakan atau posisi mantan Komandan Jenderal Kopassus Letjen (Pur) Prabowo Subianto, antara lain sekitar keterlibatan Tim Mawar yang telah melakukan penculikan dan penghilangan (dalam tahun 1997-98) terhadap sejumlah aktivis-aktis PRD, kasus penembakan besar-besaran terhadap demonstran-demonstran di makam Santa Cruz (Dili, Timor Timur), tragedi Mei 1998 di Jakarta yang mengakibatkan banyak sekali korban di kalangan Tionghoa. 1

Apa yang dikemukakan oleh Letjen (Pur) Sintong Panjaitan dalam buku ini mengenai berbagai kasus Prabowo menjadi makin menarik, dihubungkan dengan pencalonan diri Prabowo sebagai presiden RI dalam pemilihan yang akan datang. Apa sajakah dampak terbitnya buku ini terhadap diri Prabowo, marilah sama-sama kita ikuti perkembangan selanjutnya. Selama 32 tahun hanya sedikit dibongkar kesalahan ABRI Buku yang berisi pandangan-pandangan kritis Sintong Panjaitan tentang berbagai masalah Angkatan Darat ini menunjukkan adanya perkembangan yang menarik di kalangan pensiunan petinggi militer. Sebab, kita semua ingat bahwa selama ini tidak banyak, atau belum banyak, tokoh-tokoh di kalangan militer sendiri (baik yang sudah pensiun maupun yang masih aktif) yang berani atau bisa menyuarakan secara tegas dan terang-terangan hal-hal yang kritis tentang kesalahan, pelanggaran, atau peyalahgunaan kekuasaan oleh kalangan petinggi militer rejim Orde Baru (dan sesudahnya). Padahal, seperti yang dialami sendiri oleh banyak orang, selama 32 tahun rejim Orde Baru telah terjadi banyak sekali kejahatan besar atau pelanggaran serius di bidang politik, ekonomi, sosial, Ham, termasuk korupsi yang merajalela di kalangan militer, yang kebanyakan dilakukan di bawah naungan Dwifungsi ABRI. Namun, selama 32 tahun itu (dan ini jangka waktu yang lama sekali, sekitar separoh dari umur Republik kita!), hanya sedikit sekali di antaranya yang dapat dibongkar atau diselesaikan secara hukum dan keadilan. Rejim militer telah berusaha dengan segala daya dan cara untuk menutupi, atau menyembunyikan, atau melindungi segala kebobrokan di kalangan militer. Dan ini berlangsung sampai Suharto dipaksa turun dari jabatannya. Mengingat besarnya dosa-dosa para petinggi militer dan luasnya kejahatan-kejahatan atau pelanggaran serius yang dilakukan selama puluhan tahun itu, maka apa yang diungkapkan Letjen (Pur) Sintong Panjaitan dalam buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando adalah sumbangan yang sangat penting dan berharga sekali dalam menegakkan kebenaran mengenai sejumlah peristiwa-peristiwa dalam sejarah kemiliteran Indonesia. Setidak-tidaknya, ungkapan-ungkapannya itu bisa merupakan pelengkap untuk menilai berbagai persoalannya dari sudut pandang yang berbeda-beda. Militer dibikin Suharto menjadi musuh rakyat 2

Bagi kita semua adalah amat penting dan sangat perlu untuk bisa melihat persoalan militer Indonesia dengan kacamata yang jernih dan pandangan yang luas dalam rangka sejarah bangsa dan demi kepentingan anak cucu kita. Sebab, adalah hal yang patut diprihatinkan atau disedihkan oleh kita semua bahwa militer Indonesia pernah dijadikan oleh Suharto beserta para jenderalnya musuh bagi rakyat Indonesia selama 32 tahun. Dengan pengkhianatan besar-besaran dan terang-terangan terhadap Bung Karno, tokoh besar anti-imperialis yang jarang tandingannya di dunia, Suharto beserta para jenderalnya telah memisahkan kalangan militer dari ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno, bahkan memusuhinya. Dan adalah jelas sekali bahwa memusuhi ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno adalah pada hakekatnya memusuhi dan mengkhianati kepentingan rakyat banyak. Dalam sejarah bangsa kita, generasi kita yang sekarang dan juga yang akan datang, perlu mencatat bahwa militer Indonesia di bawah Suharto sama sekali bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, atau dihormati, atau dihargai, atau disayangi oleh sebagian terbesar rakyat kita. Seperti yang sudah disaksikan oleh banyak orang selama puluhan tahun, militer di bawah Suharto bukanlah pengayom rakyat, bukan pembela kepentingan rakyat, bukan pelindung rakyat. Perlu sekali ditulis dalam sejarah bangsa Indonesia, untuk bisa dilihat oleh anak-cucu kita di kemudian hari, bahwa diktatur militer Suharto adalah aib terbesar bangsa kita dan dosa terberat yang tidak boleh terulang lagi untuk kedua kalinya. Sintong Panjaitan, Agus Wirahadikusumah dan Saurip Kadi Dari sudut pandang inilah nampak pentingnya peluncuran buku yang berisi sebagian pandangan Letjen (Pur) Sintong Panjaitan tentang berbagai persoalan Angkatan Darat termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan segi-segi gelap kasus Prabowo, yang pernah menjadi komandan pasukan Kopassus dan panglima KOSTRAD. Berbagai ungkapannya tentang Prabowo ini merupakan bahan tambahan yang berguna bagi kita semua untuk melihat sosoknya sebagai capres dan tingkah lakunya dari macam-macam segi. Sumbangan Letjen (Pur) Sintong Panjaitan juga menambah deretan pengkritik kesalahan-kesalahan pimpinan militer di bawah Suharto, yang pernah diajukan dalam kadar yang berbeda-beda dan latar-belakang yang berlain-lainan pula oleh antara lain alm Letjen Agus Wirahadikusumah (mantan Panglima KOSTRAD) dan Mayjen (Pur) Saurip Kadi (asisten teritorial KSAD). Letjen Agus Wirahadikusumah dipandang oleh banyak kalangan sebagai reformis di 3

bidang militer, berfikiran kritis tentang kesalahan dan kekurangan ABRI, dan menyuarakan soal-soal yang dianggap taboo oleh kebanyakan jenderal-jenderal lainnya. Bersama-sama dengan petinggi militer lainnya, antara lain Mayjen Saurip Kadi, dalam tahun 2000 ia telah membikin heboh di kalangan tingkat tinggi militer dengan adanya pertemuan-pertemuan di rumahnya yang melahirkan Dokumen Bulak Rantai. Kegiatan Letjen Agus Wirahadikusumah dan Mayjen Saurip Kadi untuk mengadakan reformasi di kalangan TNI ini ditentang oleh banyak jenderal lainnya yang setia dan patuh kepada segala perintah atau politik Suharto. Pentingnya karya-karya kritis para petinggi militer Karena besarnya desakan para jenderal pendukung Suharto inilah akhirnya baik Letjen Agus Wirahadikusumah maupun Mayjen Saurip Kadi dikotakkan (dicopot dari jabatannya). Letjen Agus Wirahadikusumah kemudian wafat (dalam tahun 2001) dengan mendadak di rumahnya, sedangkan Mayjen Saurip Kadi menekuni pengamatan bidang politik dan kenegaraan. Karya Mayjen Saurip Kadi yang terkenal adalah bukunya TNI-AD, dahulu, sekarang dan masa depan yang diterbitkan oleh Grafiti (Pusat Studi Masalah-masalah militer) dalam tahun 2000. Dalam buku ini ia telah mengungkap dengan cukup berani banyak kesalahan atau pelanggaran TNI-AD selama Orde Baru. Akhir-akhir ini (tahun 2008) Mayjen (Pur) Saurip Kadi menerbitkan buku Mengutamakan rakyat (228 halaman, cetakan huruf kecil), yang merupakan karya penting seorang mantan petinggi militer yang kritis terhadap berbagai praktek Orde Baru dan juga banyak mengajukan fikiran-fikiran baru mengenai pengelelolaan negara dan pemerintahan, yang menguntungkan kepentingan rakyat banyak. Dibandingkan dengan karya-karya para mantan petinggi militer lainnya, karya Mayjen (Pur) Saurip Kadi ini termasuk yang paling berani, paling menyeluruh mengenai banyak persoalan penting negara dan bangsa kita dewasa ini. Buku ini disajikan dalam bentuk wawancara (interview) panjang dengan seorang sahabatnya yang bernama Liem Siok Lan. Terbitnya buku Perjalanan seorang prajurit Para Komando (oleh Letjen Sintong Panjaitan) dan pernyataan-pernyataan Letjen Agus Wirahadikusumah dan buku-buku yang diterbitkan oleh Mayjen Saurip Kadi merupakan sebagian kecil sekali (tetapi sangat penting) dari usaha bersama untuk menelaah atau membongkar kesalahan, pelanggaran, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi,kejahatan terhadap HAM, yang pernah dilakukan bertubi-tubi dan selama puluhan tahun pula oleh para petinggi militer di bawah pimpinan Suharto. 4

Di bawah Suharto, militer adalah musuh rakyat Selama ini, sampai sekarang, tidak banyak atau belum banyak, petinggi militer (yang aktif maupun yang sudah pensiun) yang berani dengan tegas atau terus terang mengkritik berbagai kesalahan atau dosa-dosa Suharto beserta Orde Barunya. Padahal, sejak lama selama puluhan tahun, melalui kediktatoran militernya yang sangat kejam, bengis, dan kadang-kadang menyerupai fasis, Suharto dan para jenderal pendukugnya telah melakukan berbagai kejahatan serius atau pelanggaran besar di bidang politik, sosial, ekonomi yang membikin sengsaranya sebagian terbesar rakyat Indonesia. Kejahatan, pengkhianatan, pelanggaran, penyalahgunaan kekuasaan oleh Suharto beserta para jenderal pendukungnya tidak saja dilakukan terhadap Bung Karno berikut pendukung-pendukungnya (terutama golongan kiri, termasuk PKI) melainkan juga terhadap semua orang yang berani menentang atau tidak setuju dengan politik dan tindakan-tindakannya. Karena itu, tidak salahlah kalau ada kalangan atau golongan yang mengatakan bahwa, pada hakekatnya atau pada dasarnya, selama pemerintahan di bawah Suharto, militer adalah penindas rakyat, atau, bahwa militer adalah musuh rakyat. Suharto telah menjadikan militer sebagai alat penggebuk rakyat (ingat : peran Kopkamtib, Kodim dan Korem, Babinsa, Siskamling, surat bebas G-30S, surat bersih diri dll dll).. Militer telah dijadikan anjing penjaga keselamatan singgasana Suharto yang, seperti disaksikan oleh banyak sekali orang di dalam dan luar negeri, penuh dengan korupsi,kolusi dan nepotislme. Suharto, bekas serdadu KNIL yang mengkhianati Bung Karno Kerusakan mental di kalangan militer (terutama tingkat tingginya), dan pembusukan jiwa kerakyatannya, atau hilangnya sama sekali jiwa kerevolusionerannya, adalah akibat bimbingan yang sesat dari seorang bekas serdadu KNIL (atau tentara kolonial Belanda) yang telah dengan cara-cara licin dan licik telah berhasil menggulingkan kekuasaan Bung Karno. Dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, kerusakan besar di kalangan militer ini adalah terutama akibat kepemimpinan Suharto. Sekarang tambah nyatalah bahwa Suharto bukanlah sama sekali tokoh panutan bagi kalangan militer,. Suharto bukanlah contoh yang pantas ditiru oleh militer yang baik. Suharto bukanlah pahlawan pula. 5

Sikap Letjen (Pur) Sintong Panjaitan dan Mayjen (Pur) Saurip Kadi yang membongkar aspek-aspek negatif dari kalangan petinggi militer (terutama Angkatan Darat) perlu disambut dengan gembira oleh semua kalangan dan golongan yang menginginkan adanya perbaikan di kehidupan bangsa dan negara kita. Kita bisa berharap bahwa makin banyak muncul tokoh-tokoh militer (atau mantan militer) yang memiliki sikap atau pandangan yang serupa atau searah, bahkan yang melebihi mereka (Sintong Panjaitan, Agus Wirahadikusumah, dan Saurip Kadi). Perkembangan situasi di Indonesia dewasa ini sudah dengan jelas menunjukkan bahwa diperlukan adanya makin banyak tokoh-tokoh militer (atau mantan) yang berani dengan tegas, terang-terangan, dan jelas-jelas mengajukan kritik tajam, atau umpatan dan hujatan, terhadap berbagai kesalahan besar atau dosa-dosa berat yang dibikin Suharto beserta para jenderal pendukungnya. Hal yang semacam ini sangat diperlukan, karena banyak persoalan-persoalan parah dan gawat yang terjadi sekarang ini adalah justru bersumber pada kesalahan-kesalahan Orde Baru, yang diwarisi sampai sekarang. Terus membongkar Orde Baru untuk mengadakan perubahan Dewasa ini makin jelas bagi kita semua bahwa perubahan fundamental atau perbaikan negara dan bangsa kita tidak bisa dilakukan tanpa membongkar habis-habisan atau melenyapkan sisa-sisa berbagai politik Orde Baru yang masih diteruskan oleh sebagian besar tokoh-tokoh, baik yang militer maupun sipil. Perubahan atau perbaikan negara dan bangsa kita (termasuk perubahan atau perbaikan di kalangan militer) hanya bisa dilakukan dengan bersikap tegas melawan segala politik yang anti rakyat, yang anti ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno, yang dijalankan oleh para pendukung Suharto selama puluhan tahun. Dari sudut ini jugalah kita anggap sangat penting munculnya lebih banyak lagi tokoh-tokoh militer lainnya yang bersedia mengutarakan pendapat yang kritis, yang membongkar segala aspek-aspek yang negatif dari kalangan militer, baik yang terjadi selama Orde Baru maupun sesudahnya sampai sekarang. Ini demi untuk kebaikan kalangan militer sendiri, maupun untuk kepentingan bangsa dan negara kita. 6