BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

Lampiran 1. Peraturan Pendakian

DAMPAK KEGIATAN WISATA ALAM TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING**

III. KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Tetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

SMP NEGERI 3 MENGGALA

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pariwisata. Peran masyarakat lokal dalam hubungannya dengan citra sebuah destinasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dari Kota Jakarta ke Kota Bandung, atau dari arah Barat ke arah bagian Timur

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan berkunjung ke tempat wisata. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, wisata

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam industri pariwisata dan terbukanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam programnya Wonderful of Indonesia yang diharapkan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

PENGARUH CITRA DESTINASI KEBUN RAYA CIBODAS SEBAGAI DESTINASI WISATA ALAM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : Ardi Andono, STP, MSc

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memiliki peran yang penting dalam perekonomian

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan masyarakat semakin disibukkan dengan berbagai. yang mampu mengembalikan produktivitas.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pariwisata saat ini semakin menjadi sorotan bagi masyarakat di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi andalan Indonesia untuk mendulang devisa Negara, terlebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Indonesia adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan diapit oleh benua Asia dan Australia serta berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau, nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara, dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016). Indonesia adalah salah satu Negara yang berada di daerah Pasific ring of fire (Cicin Api Pasifik). Oleh sebab itu Indonesia dikenal sebagai Negara yang banyak memiliki pantai-pantai terindah dan pegunungan yang eksotis di dunia. Indonesia kaya akan gunung yang berderet hampir dari sepanjang ujung timur hingga barat. Dan gunung-gunung terindah di Indonesia memiliki keunikannya tersendiri. Salah satu gunung-gunung terindah di Indonesia ialah Gunung Gede Pangrango. Gunung Gede Pangrango merupakan sebuah gunung yang berada di Pulau Jawa, Indonesia dan termasuk dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama 1

2 kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP), adalah salah satu kawasan konservasi di Jawa Barat yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi baik flora, fauna, maupun ekosistemnya termasuk keindahan panorama alamnya. Saat ini kehidupan masyarakat semakin disibukkan dengan berbagai aktivitas, khususnya masyarakat di wilayah perkotaan. Tingginya tingkat kesibukan dapat menimbulkan kepenatan dalam diri, sehingga dibutuhkan sarana rekreasi yang mampu mengembalikan produktivitas masyarakat tersebut. Ribuan masyarakat kini memilih berwisata mendaki gunung. Gunung yang dahulu dikenal dengan kesunyian saat ini telah menjadi salah satu tujuan utama masyarakat untuk menghabiskan waktu luang. Mendaki gunung, selain mencintai alam dan olahraga, juga adalah sebuah kebanggaan dan pembuktian diri. Berdasarkan survei wawancara yang dilakukan terhadap 11 responden menyatakan bahwa 90 % responden berpendapat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan tempat yang sangat strategis untuk menghabiskan waktu luang dikarenakan lokasinya yang dekat dengan kota-kota besar di Jawa Barat seperti Bandung, DKI Jakarta, dan sekitarnya. Sehingga tanpa harus mengambil cuti, pendakian ini dapat dilaksanakan. Gunung ini adalah gunung besar yang sebenarnya adalah dua gunung yang saling berdekatan atau bisa dibilang menyatu, oleh sebab itu dinamakan Gunung Gede-Pangrango, yakni gabungan antara gunung Gede dan gunung Pangrango. Gunung Gede-Pangrango adalah gunung api yang terletak di tiga kabupaten yakni Cianjur, Bogor dan Sukabumi, provinsi Jawa Barat. Pendaki memilih Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk

3 dikunjungi kembali karena hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu yang paling kaya jenis flora di Indonesia, bahkan kawasan Malesia. Dengan luas 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan. Di dalam kawasan hutan TNGGP, dapat ditemukan si pohon raksasa Rasamala, si pemburu serangga atau kantong semar (Nephentes spp); berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah, seperti jamur yang bercahaya. Di samping keunikan tumbuhannya, kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung, dll, serta 250 jenis burung. Kawasan ini juga merupakan habitat Owa Jawa, Surili dan Lutung dan Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah (https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/). Gunung api ini menjadi salah satu gunung favorit para pendaki dan menjadi destinasi banyak wisatawan dari seluruh Indonesia terutama pulau Jawa. Hal tersebut dimaklumi karena gunung Gede Pangrango merupakan Taman Nasional yang isinya adalah wisata alam yang sangat indah dan memiliki kekayaan alam yang dilindungi. Gunung ini memiliki 3 jalur pendakian antara lain jalur cibodas, jalur gunung putri, dan jalur salabintana yang ketiganya telah menjadi jalur berstandarisasi aman bagi pendaki pemula. Jalur terpopuler para pendaki gunung ini adalah jalur cibodas karena pendaki dapat menikmati keindahan satwa dan beberapa tempat menarik seperti telaga biru, air terjun ciberem dan air panas. Terutama sekali pendaki dapat menemukan aliran air

4 sepanjang jalan hingga pos kandang badak suatu pos persimpangan jalan antara Gunung Gede dan Pangrango. Sedangkan jalur pendakian Salabintana kurang diminati oleh para pendaki, hal yang menjadi alasannya yakni membutuhkan waktu yang lebih lama baik dalam pendakian, akses kendaraan umum yang susah dan lebih jauh, serta jalurnya lebih berat, berlumpur dan banyak pacet. Hal-hal seperti lokasi strategis, keindahan alam flora fauna serta jalur berstandarisasi aman merupakan citra destinasi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dari 82% responden menyatakan bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan pengalaman pendakian pertama bagi mereka karena di juluki sebagai gunung untuk pendaki pemula. Pendaki yang datang ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango biasanya datang dengan jumlah minimal dua orang dalam satu kelompok bahkan banyak pula yang dengan komunitas pecinta alamnya. Responden menyatakan di TNGP mereka dapat bernostalgia dengan pengalaman yang luar biasa. Dengan demikian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango membuat masyarakat selalu memiliki hasrat ingin mengunjungi kembali untuk bernostalgia atas pengalaman yang didapat sebelumnya. Dalam upaya untuk mempertahankan bahkan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke TNGP ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke TNGP, seperti : pelayanan, sarana prasarana, obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA), dan keamanan (http://litbang.dephut.go.id/fle/tngp.pdf).

5 Tabel 1.1 Jumlah Pendaki ke Taman Nasional gunung Gede Pangrango Tahun 2011 s/d Tahun 2015 No Tahun (Year) Pendaki Nusantara (Domestic Climbers) Pendaki Mancanegara (Foreign Climber) Jumlah Pendaki (Total Climber) Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 2011 42.712 13,12% 338 19,82% 43.050 13,40% 2 2012 37.900 11,64% 350 20,52% 38.250 11,10% 3 2013 82.131 25,23% 446 26,14% 82.577 24,70% 4 2014 96.366 29,60% 221 13% 96.587 30% 5 2015 66.453 20,41% 350 20,52% 66.803 20,80% Jumlah 325.562 1.705 327.267 100 100 Rata-rata 65.112,4 341 65.453,4 100 Sumber : BPS Taman Nasional Gunung Gede pangrango, 2016. Berdasarkan data diatas pendaki Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) setiap tahunnya bisa didatangi hingga enam puluh lima ribu wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan dari luar negeri. Namun dapat dilihat pada tahun 2015 jumlah pendaki Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mengalami penurunan pendaki sebanyak 29.913. Penurunan pendaki kemungkinan disebabkan oleh terjadinya kebakaran rumput yang diperkirakan seluas 5 ha di alun-alun Suryakencana. (http://www.gedepangrango.org, 28 September 2015). Kebakaran ini diketahui berdasarkan patroli rutin petugas TNGGP pada hari Minggu tanggal 27 September

6 2015 pada pukul 10.00 WIB, selanjutnya petugas TNGGP beserta masyarakat sekitar Gunung Putri dan Gunung Batu Cianjur berhasil memadamkannya pada pukul 18.00 WIB. Guna memastikan bahwa kebakaran telah berhenti total, petugas dan masyarakat menginap di Alun-alun Suryakencana, dan dilanjutkan pengecekan pada hari senin (28/9) yang dibantu oleh masyarakat dan volunteer. Kebakaran ini berasal dari sisa api unggun masyarakat yang tengah berjiarah, dan saat ini telah diamankan 10 orang pejiarah di kantor resort PTN Gunung Putri. Dampak kebakaran ini bisa diminimalisir hanya bagian rumput saja sedangkan edelweis dan cantigi bisa diselamatkan. Jiarah di alun-alun suryakencana memang sangat populer dilakukan oleh masyarakat sekitar gunung, untuk itu pengelola menghibau agar kiranya pejiarah ini dapat dihentikan hingga pendakian dibuka kembali. Selain pejiarah, beberapa waktu lalu telah tertangkap pendaki illegal yang memasuki kawasan dan berhasil ditangkap dan kasusnya telah ditangani pihak berwajib, kegiatan ziarah saat ini sulit dicegah karena berkaitan dengan keyakinan dan spiritual masyarakat. Meskipun TNGGP sudah melarang namun pada umumnya mereka tetap memaksa naik dengan sembunyi-sembunyi dan melalui jalur ilegal, sehingga pengelola sulit untuk mengawasinya. Kondisi ini mengakibatkan persepsi citra destinasi masyarakat menjadi kurang baik terhadap kepuasan pendaki dari lokasi wisata ini. Fenomena ini menjadi alasan penulis untuk meneliti apakah manajer pemasaran tidak hanya harus tahu mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan liburan mereka, tetapi juga perlu memahami bagaimana proses psikologis

7 internal yang mempengaruhi individu dalam memilih antara tujuan liburan yang berbeda. Dalam memahami perilaku konsumen, seorang pemasar dalam bidang pariwisata tidak hanya cukup mengetahui apa yang menyebabkan seorang pendaki tertarik untuk datang, tapi juga perlu memahami bagaimana supaya konsumen puas dan datang kembali untuk berwisata. Pemasar pada bidang pariwisata perlu memahami faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi pendaki untuk datang kembali. Selain itu, meningkatnya jumlah destinasi baru di sekitar Indonesia dan luar negeri, disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan jaringan transportasi dengan biaya rendah, telah membuat persaingan di bidang pariwisata lebih intens. Oleh karena itu, peneliti ini mengangkat faktor-faktor tersebut untuk diteliti sejauh mana pengaruhnya kepuasan pendaki terhadap niat pendaki untuk berkunjung kembali pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Untuk memenangkan persaingan dan untuk memastikan selalu terjadinya peningkatan ini, memahami apa yang mendorong wisatawan untuk mengunjungi tujuan tertentu sangat penting untuk manajemen pariwisata setepat yaitu dengan menimbang pengaruh citra destinasi yang dimiliki objek wisata tersebut serta pengalaman yang didapatkan adalah alasan mendasar untuk perilaku perjalanan tertentu dan memainkan peran penting dalam memahami bentuk dari kepuasan pendaki sehingga terciptanya proses pengambilan keputusan wisatawan terhadap keputusan mengunjungi kembali wisata merupakan pokok bahasan yang mendasari penelitian ini.

8 Berdasarkan masalah maka diperlukan penelitian dengan judul, Pengaruh Citra Destinasi Dan Pengalaman Pendaki Terhadap Kepuasan Serta Implikasinya Terhadap Kunjungan Kembali Pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah citra destinasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berpengaruh terhadap kepuasan? 2. Apakah pengalaman pendaki Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berpengaruh terhadap kepuasan? 3. Apakah citra destinasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berpengaruh terhadap kunjungan kembali? 4. Apakah pengalaman pendaki Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berpengaruh terhadap kunjungan kembali? 5. Apakah kepuasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berpengaruh terhadap kunjungan kembali? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengaruh citra destinasi terhadap kepuasan.

9 b. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman pendaki terhadap kepuasan. c. Untuk mengetahui pengaruh citra destinasi terhadap kunjungan kembali. d. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman pendaki terhadap kunjungan kembali. e. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan terhadap kunjungan kembali. 2. Kontribusi Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut: a. Bagi Pengelola Dapat sebagai bahan pertimbangan bagi objek-objek wisata dalam merumuskan kebiijakan yang berkaitan dengan citra destinasi dan pengalaman pendaki serta dapat dijadikan acuan untuk mengevaluasi kepuasan dari keinginan pendaki untuk melakukan pembelian ulang. b. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dan pengetahuan pembaca yang ingin mempelajari citra destinasi suatu objek wisata dan pengalaman yang didapat serta mempelajari kepuasan pendaki terhadap kunjungan kembali. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.