BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan Pengertian penelitian dan pengembangan yang diungkapkan oleh Borg and Gall (Sugiyono, 2015: 28) adalah proses atau metode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Pengertian lain yang dijelaskan oleh Sugiyono (2015: 28) penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk berarti produk itu telah ada, dan peneliti hanya menguji efektivitas atau validitas produk tersebut. Mengembangkan produk dalam arti luas dapat berupa memperbarui produk yang telah ada sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien atau menciptakan produk baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan dari pengertian penelitian dan pengembangan adalah suatu kegiatan dalam membuat sebuah produk, baik produk tersebut sudah pernah ada maupun belum pernah ada. Pembuatan produk tersebut bertujuan untuk memperbaiki produk yang sebelumnya ataupun menciptakan produk yang belum pernah ada
menjadi ada, kemudian produk tersebut divalidasi sehingga menghasilkan produk yang lebih praktis, efektif, dan efisien. b. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Banyak ahli yang mengungkapkan mengenai langkahlangkah penelitian, salah satu ahli tersebut adalah Borg and Gall. Adapun langkah penelitian menurut Borg and Gall (Sugiyono, 2015: 35) adalah sebagai berikut: 1) Penelitian dan pengumpulan informasi Penelitian dan pengumpulan informasi meliputi analisis kebutuhan, review literatur, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan membuat laporan yang terkini. 2) Perencanaan Melakukan perencanaan, yang meliputi pendefinisian keterampilan yang harus dipelajari, perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji coba kelayakan (dalam skala kecil). 3) Pengembangan produk awal Pengembangan produk awal yang meliputi penyiapan materi pelajaran, prosedur atau penyusunan buku pegangan, dan instrumen evaluasi. 4) Uji lapangan awal
Pengujian lapangan awal dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah, menggunakan 6 sampai dengan 12 subjek. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, kuisioner, dan hasilnya hasilnya dianalisis. 5) Melakukan revisi utama Melakukan revisi utama pada produk yang didasarkan pada saran pada uji coba. 6) Melakukan uji coba lapangan utama Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai 100 subjek. Data kuantitatif tentang performance subjek sebelum dan sesudah pelatihan dianalisis. Hasil dinilai sesuai dengan tujuan pelatihan dan dibandingkan dengan data dan kelompok kontrol bila mungkin. 7) Revisi produk operasional Melakukan revisi terhadap produk yang siap dioperasionalkan, berdasarkan saran-saran dari uji coba. 8) Melakukan uji coba lapangan operasional Melakukan uji lapangan operasional, dilakukan pada 10 sampai 30 sekolah dengan 40 sampai dengan 400 subjek. Data wawancara, observasi, dan kuesioner dikumpukan dan dianalisis. 9) Revisi produk akhir
uji lapangan. Revisi produk akhir dilakukan berdasarkan saran dari 10) Desiminasi dan implementasi Desiminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar memperoleh hasil. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk maksudnya membuat laporan mengenai produk pada pertemuan profesional dan pada jurnal. Bekerjasama dengan penerbit untuk melakukan distribusi secara komersial, memonitor produk yang telah didistribusikan guna membantu kendali mutu. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg ang Gall dapat digambarkan seperti berikut: Research and Information Collecting Dissemination and Implementation Planning Final Product Revision Develop Preliminary Form a Product Operational Field Testing Preliminary Field Testing Operational Product Revision Main Product Revision Main Field Testing
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Borg and Gall (2003) 2. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran merupakan pengertian dari bahan ajar. Menurut Prastowo (2014: 17) adalah segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Banyak juga ahli yang mengungkapkan pengertian bahan ajar, seperti yang dituliskan Daryanto (2014: 171) bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Pendapat lain yang mengemukakan tentang pengertian bahan ajar adalah Akbar (2013: 33) menggunakan istilah bahan ajar dengan buku ajar dan menyatakan bahwa buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun
secara sistematis yang digunakan oleh guru dan siswa sebagai referensi ataupun pedoman pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar juga dapat menjadikan suasana yang memungkinkan dalam proses pembelajaran. b. Fungsi Bahan Ajar Bahan ajar memiliki beberapa fungsi. Menurut Prastowo (2014: 24) fungsi bahan ajar diuraikan menjadi: 1) Fungsi bahan ajar menurut pihak yang memanfaatkan bahan ajar Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi dua macam. Kedua fungsi tersebut yaitu fungsi bagi guru dan siswa. a) Fungsi bahan ajar bagi guru (1) Menghemat waktu guru dalam mengajar. (2) Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi fasilitator. (3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. (4) Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang senantiasa diajarkan kepada siswa.
(5) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. b) Fungsi bahan ajar bagi siswa (1) Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain. (2) Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki. (3) Siswa dapat belajar sesuai kecepatannya masingmasing. (4) Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. (5) Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar atau mahasiswa mandiri. (6) Sebagai pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai. 2) Fungsi bahan ajar menurut strategi pembelajaran yang digunakan Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
fungsi dalam pembelajaran klasikal, fungsi dalam pembelajaran individual, dan fungsi dalam pembelajaran kelompok. Ketiga fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut: a) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, antara lain: (1) Sebagai satu-satunya informasi serta pengawas dan pengendali proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan guru dalam mengajar. (2) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan. b) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, antara lain: (1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran. (2) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa dalam memperoleh informasi. (3) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya. c) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok, antara lain: (1) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang peran orang
yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri. (2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Tujuan Bahan Ajar Pembuatan bahan ajar memiliki beberapa tujuan. Tujuan bahan ajar yang diungkapkan Daryanto (2014: 171) setidaknya terdapat tiga hal pokok yang melingkupinya, yaitu: 1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa. 2) Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. 3) Memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran. d. Manfaat Bahan Ajar Bahan ajar memiliki banyak manfaat, baik bagi guru maupun bagi siswa. Manfaat atau kegunaan bahan ajar menurut Daryanto (2014: 172) dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Kegunaan bagi guru Bahan ajar berguna bagi guru. Keguanaan pembuatan bahan ajar bagi guru ada tiga, diantaranya:
a) Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan siswa. b) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkandung sulit diperoleh. c) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi. d) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar. e) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya. f) Menambah angka kredit DUPAK (Daftar Usulan Pengusulan Angka Kredit) jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. 2) Kegunaan bagi siswa Bahan ajar yang bervariasi, inovatif, dan menarik memiliki tiga kegunaan bagi siswa, diantaranya: a) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. b) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. c) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. e. Klasifikasi Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran terdiri dari beberapa jenis bahan ajar. Pendapat beberapa ahli (Prastowo, 2014: 39-43) menjelaskan beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi tersebut yaitu berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya. 1) Bahan ajar menurut bentuk Bahan ajar menurut bentuknya dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. a) Bahan cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam bentuk kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, foto atau gambar, dan model atau maket. b) Bahan ajar dengar atau program audio, yaitu semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, radio, kaset, piringan hitam, dan compact disk audio. c) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yaitu segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film.
d) Bahan ajar interaktif (interactive teachng material), kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan atau perilaku alami dari suatu prestasi. Contohnya, compact disk interactive. 2) Bahan ajar menurut cara kerja Bahan ajar menurut cara kerjanya dibedakan menjadi lima macam, yaitu bahan ajar yang tidak diproyeksikan, bahan ajar yang diproyeksikan, bahan ajar audio, bahan ajar video, dan bahan ajar komputer. a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yakni bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya, sehingga siswa dapat langsung mempergunakan (membaca, melihat, dan mengamati) bahan ajar tersebut. Contohnya, foto, diagram, display, model, dan lain sebagainya. b) Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari siswa. Contohnya slide, filmstrips, overhead transparencies, dan proyeksi komputer. c) Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk
memainkannya memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, VCD player, multimedia player, dan lain sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini adalah kaset, CD, flash disk, dan lain-lain. d) Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD player, dan sebagainya. Bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini juga memerlukan media rekam. Hanya saja bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi, dalam tampilan, dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya video, film, dan lain sebagainya. e) Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer mediated intruction dan computer based multimedia atau hypermedia. 3) Bahan ajar menurut sifat Bahan ajar menurut sifatnya dibedakan menjadi empat macam. Belawati (Prastowo, 2014: 42-43) menjelaskan keempat macam bahan ajar tersebut sebagai berikut:
a) Bahan ajar yang berdasarkan cetak, misalnya buku, famplet, panduan belajar, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah serta koran, dan lain sebagainya. b) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassetes, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia. c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya. d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, hand phone, video conferencing, dan lain sebagainya. f. Karakteristik Bahan Ajar yang Baik Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran harus memiliki karakteristik bahan ajar yang baik. Karakteristik bahan ajar yang baik (Prastowo, 2014: 17) adalah bahan ajar harus disusun dengan sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa. Daryanto (2014: 171) menjelaskan bahwa bahan ajar yang baik adalah bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, dan mempertimbangkan kebutuhan siswa
artinya bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sosial siswa. Bahan ajar harus disusun dengan bervarisi, inofatif, dan menarik agar motivasi siswa untuk melakukan pembelajaran lebih meningkat, selain itu bahan ajar harus dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi (Daryanto, 2014: 172). Kreatifitas guru saat melakukan pengemabngan bahan ajar atau membuat bahan ajar sebelum melakukan pembelajaran dapat meingkat, artinya semakin sering guru membuat bahan ajar maka kreatifitas guru akan semakin bertambah. 3. Cerita Bergambar Cerita bergambar terdiri dari kata cerita dan gambar. Cerita adalah kumpulan kalimat yang mempunyai alur, sedangkan gambar adalah goresan yang membentuk suatu benda atau orang. Cerita menurut Kamus Bahasa Indonesia (Hizair, 2013: 128) adalah tuturan yang membentangkan terjadinya suatu peristiwa, kegiatan, dan lain sebagainya, sedangkan gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebangainya pada kertas. Smaldino (Anitah, 2009: 8) mengatakan bahwa gambar atau fotografi dapat memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti, binatang, orang, tempat, atau peristiwa. Gambar diam pada umumnya digunakan dalam pembelajaran yaitu potret, kartu, ilustrasi dari buku, katalog, dan gambar cetak. Ide-ide abstrak dalam bentuk realistik dapat
diterjemahkan melalui gambar. Edgar Dale (Anitah, 2009: 8) mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung). Cerita bergambar adalah sebuah cerita yang dilengkapi dengan gambar. Gambar dalam cerita dapat dikatakan sebagai suatu pengantar. Michel (dalam Faizah: 2009) mengatakan Picture storybooks are books in which the picture and text are tightly intertwined. Neither the picture nor the words are selfsufficient; they need each other to tell the story. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata. Gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita. Cerita bergambar adalah sebuah cerita yang ditulis dengan gaya bahasa yang ringan, cenderung dengan gaya obrolan, dilengkapi dengan gambar yang merupakan kesatuan dari cerita untuk menyampaikan fakta atau gagasan tertentu (Faizah: 2009). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cerita bergambar merupakan sebuah cerita dengan gaya bahasa obrolan dan dilengkapi dengan beberapa gambar sebagai pengantar dan penegas dari suatu cerita tersebut. Gambar dalam sebuah cerita juga dapat menyampaikan suatu gagasan tertentu. Jadi, pembaca akan
dapat membayangkan atau menafsirkan isi cerita dari sebuah gambar yang ada. 4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Sekolah Dasar a. Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris science. Kata science berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Menurut Wahyana (Trianto, 2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. IPA merupakan suatu kumpulan teoritis yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. b. Hakikat IPA IPA dalam Bahasa Inggris adalah science kemudian dibahasa Indonesiakan menjadi sains. Sains menurut Mariana dan
Wandy (2009: 18) merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus menerus merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji kembali kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan, keteguhan hati, ketekunan yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta. Hakikat IPA merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Trianto, 2010: 137). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA memiliki hakihat yaitu sebagai suatu produk, proses, dan aplikasi. Contoh produk ini adalah sebuah pengetahuan. Sebuah pengetahuan akan dapat diaplikasikan melalui sebuah proses. Proses dapat mempengaruhi suatu aplikasi. Apabila suatu proses dilakukan dengan tidak baik maka aplikasi yang dilahirkan akan
tidak baik pula, sedangkan apabila suatu proses dijalankan dengan baik maka aplikasi dalam kehidupan juga akan baik. c. Tujuan IPA Tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi Depdiknas 2003 (Trianto, 2010: 138) adalah sebagai berikut: 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah. 3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi. 4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Mustikan (2013) yang berjudul Penggunaan Bahan Ajar Komik untuk Meningkatkan Minat Belajar IPA menunjukan hasil bahwa penggunaan bahan ajar yang lebih kreatif dalam hal ini adalah komik pembelajaran IPA dapat meningkatkan minat belajar siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai menjadi semakin baik. Ini terbukti dengan persentase dari dua siklus yang dilakukan. Siklus pertama kriteria hasil belajar tuntas mencapai 65% sedangkan tidak tuntas mencapai 35%. Pada siklus kedua kriteria hasil belajar tuntas mencapai 85% sedangkan tidak tuntas 15%. Ary Nur Wahyuningsih (2011) telah melakukan penelitian dengan judul Pengembangan Media Komik Bergambar Materi Sistem Saraf
untuk Pembelajaran yang Menggunakan Strategi PQ4R. Hasil pengembangan berupa komik tersebut dapat menumbuhkan sikap positif, meningkatnya minat baca, aktivitas, hasil belajar siswa secara klasikal serta dapat menjadi media pembelajaran alternatif. Berdasarkan dua penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa pengembangan bahan ajar atau bahan ajar yang dibuat langsung oleh guru dan disesuaikan dengan kebutuhan dapat meningkatkan hasil belajar. Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan yaitu berupa cerita bergambar untuk materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan desain penelitian R&D. C. Kerangka Pikir Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman yang konkret, sehingga siswa harus mempunyai keterampilan yang baik dan menarik dalam melakukan pembelajaran. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajarn di dalam kelas adalah bahan ajar. Bahan ajar yang sering digunakan di sekolah hanyalah buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang didapatkan dari hasil membeli, sehingga isi dari buku atau LKS tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan siswa. Upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran di kelas lebih menarik dan dapat dijadikan stimulus untuk belajar yaitu dengan mengembangkan bahan ajar menjadi lebih menarik yaitu berupa cerita bergambar materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit mata
pelajaran IPA di kelas IV. Pengembangan bahan ajar ini berisi materi pembelajaran dan gambar yang di desain menarik agar dapat menumbuhkan semangat siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran IPA. Melalui pengembangan bahan ajar ini diharapkan guru mendapat inovasi dalam melakukan pembelajarannya di dalam kelas, agar dapat belajar dengan baik dan mendapatkan prestasi yang baik pula. Proses pengembangan diawali dengan pemerolehan data awal mengenai bahan ajar yang digunakan guru dalam proses pembelajarannya. Guru menjelaskan bahwa buku teks pelajaran dan LKS membuat siswa cepat merasa bosan karena penampilannya yang kurang menarik. Pada proses pengembangan ini juga dilakukan uji coba dan validasi dari ahli untuk mendapatkan bahan ajar yang baik.
Analisis kebutuhan guru dan siswa Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran merupakan bahan ajar yang kurang menarik dan kurang memotivasi siswa, sehingga guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang lebih menarik dan lebih memotivasi siswa. Pengembangan bahan ajar Peneliti mengembangkan bahan ajar menjadi lebih menarik dan lebih memotivasi siswa karena Wahyuningsih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Media Komik Bergambar Materi Sistem Saraf untuk Pembelajaran yang Menggunakan Strategi PQ4R menjelaskan dalam penelitiannya bahwa pembelajaran dengan bahan ajar yang kreatif dapat meningkatkan minat baca. Pengembangan yang dilakukan berupa cerita bergambar dengan bahasa yang mudah dipahami, desain gambar yang menarik dan warna yang bervariasi. Melakukan validasi Peneliti melakukan validasi kepada beberapa validator guna untuk mendapatkan saran dan masukan terhadap cerita bergambar. Layak Tidak layak
Uji coba produk Peneliti melakukan uji coba cerita bergambar pada kelas kontrol dan kelas eskperimen. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Bagan di atas menjelaskan bahwa kegiatan awal adalah melakukan analisis kebutuhan guru dan siswa, dari analisis tersebut dihasilkan sebuah hasil analisis berupa kebutuhan bahan ajar yang lebih menarik dan lebih memotivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu dilakukanlah sebuah pengembangan bahan ajar menjadi lebih menarik khususnya untuk materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berupa cerita bergambar. Cerita bergambar itu akan diuji validasi oleh beberapa validator, apabila cerita bergambar sudah layak atau valid maka cerita bergambar tersebut akan digunakan dalam penelitian. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian di atas, maka hipotesis pada penelitian ini terdiri atas lima jenis hipotesis. Kelima hipotesis tersebut diantaranya: 1. Kondisi awal bahan ajar materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit pada Mata Pelajaran IPA kelas IV belum menarik dan belum sesuai dengan kebutuhan siswa.
2. Bahan ajar yang dikembangkan berupa cerita bergambar materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Mata Pelajaran IPA menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. 3. Bahan ajar yang dihasilkan berupa cerita bergambar yang layak untuk digunakan dalam pembelajaran materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit pada Mata Pelajaran IPA kelas IV. 4. Prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA meningkat dengan bantuan bahan ajar berupa cerita bergambar. 5. Respon yang diberikan guru terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan bahan ajar berupa cerita bergambar adalah baik. 6. Siswa merespon baik terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menggunakan bahan ajar berupa cerita bergambar. E. Produk yang Dihasilkan Penelitian pengembangan yang dilakukan ini menghasilkan bahan ajar berupa cerita bergambar materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit yang digunakan untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Cerita bergambar ini didesain dengan menarik dan warna yang beragam sehingga peserta didik memiliki keinginan untuk mengetahui dan mempelajari isi dari cerita bergambar tersebut.