BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Katak. Reproduksi Vertebrata. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

II. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Telur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL & PEMBAHASAN

PERILAKU BERBIAK KATAK POHON HIJAU (Rhacophorus reinwardtii Kuhl & van Hasselt, 1822) DI KAMPUS IPB DARMAGA MUHAMMAD YAZID

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PENAMBAHAN BEBAN TERHADAP PERGERAKAN KATAK POHON JAWA AKMAL FIRDAUS

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

INVENTARISASI ANURA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

Karya ilmiah ini didedikasikan kepada: Ayahanda dan Bunda tercinta.

STRUKTUR KOMUNITAS BERUDU ANURA DI SUNGAI CIBEUREUM TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO, JAWA BARAT

PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax)

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

III. METODOLOGI PENELITIAN

ADAPTASI DAN PERILAKU KATAK POHON JAWA (Rhacophorus margaritifer Schlegel 1837) DI PENANGKARAN TAMAN SAFARI INDONESIA I CISARUA, JAWA BARAT

KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: ( Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

KEANEKARAGAMAN ANGGOTA ORDO ANURA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANURA DIVERSITY IN YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian di Youth Camp terdapat

KEANEKARAGAMAN AMFIBI (ORDO ANURA) DI TIPE HABITAT BERBEDA RESORT BALIK BUKIT TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN. (Skripsi) Oleh ROLY MARDINATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

POLA PERGERAKAN HARIAN DAN PENGGUNAAN HABITAT MIKRO KATAK POHON JAWA (Rhacophorus margaritifer) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELUANG HIDUP TELUR DAN BERUDU KATAK POHON. JAWA Rhacophorus margaritifer Schlegel 1837 DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE-PANGRANGO PROVINSI JAWA BARAT

Profil Marion Anstis : Guru Musik yang Mencintai Berudu

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

Eksplorasi Jenis-Jenis Amfibi di Kawasan OWA Cangar dan Air Terjun Watu Ondo, Gunung Welirang, TAHURA R.Soerjo

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

ABSTRAK Salah satu ordo amfibi tanpa ekor, yaitu Ordo Anura (katak dan kodok). Separuh masa hidup Anura dihabiskan dalam air sebagai berudu dan

SURVEI AWAL KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI DESA KETENGER, BATU RADEN, JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Bio Ekologi Herpetofauna 2.1. Taksonomi Taksonomi Reptil Taksonomi Amfibi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

ULANGAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

II. TINJAUAN PUSTAKA

JMSO Tingkat SD/MI 2015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB 4 KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISME (MATERI IPA TERPADU KELAS IX) Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Goin dan Goin (1971), klasifikasi dan sistematika amfibi adalah sebagai

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. frugivora lebih dominan memakan buah dan folivora lebih dominan memakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

Amfibi mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

KEPADATAN KODOK FEJERVARYA CANCRIVORA DI PERSAWAHAN DAERAH KABUPATEN KERAWANG, JAWA BARAT PADA TAHUN 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kaktus

SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subfilum vertebrata atau hewan bertulang belakang. Merak hijau adalah burung

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

MENGGUNAKAN METODE RADIO TRACKING DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SPECIES COMPOSITION OF AMPHIBIAN IN GUNUNGKELIR STREAM, JATIMULYO VILLAGE, KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

III. METODE PENELITIAN

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Katak pohon Jawa (Rhacophorus margaritifer Schlegel, 1837) yang memiliki sinonim Rhacophorus barbouri Ahl, 1927 dan Rhacophorus javanus Boettger 1893) merupakan famili dari Rhacophoridae dan merupakan ordo dari Anura. Di Indonesia, suku Rhacophoridae terbagi ke dalam 5 genus yaitu : Nytixalus (2 jenis), Philautus (17 Jenis), Polypedates (5 Jenis), Rhacophorus (20 jenis) dan Theloderma (2 jenis) (Frost 2009). Dari seluruh jenis famili Rhacophoridae yang ada di Indonesia, hanya ada 8 jenis yang dapat ditemukan di Pulau Jawa, dengan 2 jenis diantaranya berasal dari genus Rhacophorus yaitu Rhacophorus margaritifer dan Rhacophorus reindwartii (Iskandar 1998). 2.2 Morfologi Katak pohon Jawa berukuran kecil sampai sedang dengan tubuh relatif gembung. Jari tangan kira-kira setengah atau dua pertiganya berselaput. Semua jari kaki kecuali jari keempat, berselaput sampai kepiringannya. Pada tumit terdapat tonjolan kulit (Gambar 1a) dan terdapat lipatan kulit (flap) sepanjang pinggir lengan (Gambar 1b) ( Iskandar 1998 & Kurniati 2003). a Gambar 1 Penciri utama katak pohon Jawa. Ket : a) Tonjolan kulit b) Tonjolan pada tumit. b

4 Ukuran katak pohon Jawa sangat tergantung pada jenis kelaminnya. Individu katak jantan biasanya lebih kecil daripada individu katak. Berdasarkan beberapa literatur, maka ukuran SVL (Snout Venth Length) yakni panjang dari moncong sampai tulang ekor tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Perbandingan ukuran SVL katak pohon Jawa di Gunung Halimun Salak, Jawa Barat Pencacah SVL Katak jantan Katak Iskandar (1998) <50 mm 50-60 mm Kurniati (2003) 36 45 mm 44 68 mm Kusrini & Fitri (2006) 21,64 mm 39 63 mm 2.3 Habitat dan Penyebaran Menurut Iskandar (1998) katak pohon Jawa biasanya hidup di hutan primer. Jenis ini biasanya hidup di daerah yang berhutan di pegunungan bahkan di hutan yang sudah terganggu. Penyebaran hanya berada di Pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur) dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl (Frost 2009). Sampai saat ini, diketahui penyebarannya diketahui hanya terdapat di Pulau Jawa antara lain 2 daerah di Jawa Barat, 1 lokasi di Jawa Tengah, dan 1 daerah di Jawa Timur (IUCN 2009). Lokasi di Jawa Barat yaitu di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Iskandar 1998 & Kurniati 2003). 2.4 Perilaku Berbiak Amfibi Menurut Duellman dan Trueb (1994), amfibi memiliki perilaku umum yaitu perilaku makan, perilaku berbiak, perilaku bersuara, dan perilaku bersosial. Amfibi memiliki perilaku yang unik dan beranekaragam dalam hal perkembangbiakan. Keberhasilan berbiak tergantung dari pemilihan pasangan, pemilihan lokasi berbiak, fertilisasi telur, dan perkembangan telur dan individu muda. Perkembangan strategi berbiak tergantung dari pemilihan jodoh dan lokasi berbiak, percumbuan, keberhasilan perjodohan, dan perkembangan telur. Menurut Goin et al. (1978) dan Hödl (2000), waktu perkembangbiakan amfibi sangat dipengaruhi oleh musim hujan dan suhu udara. Sebagai contoh, pada penelitian jenis Rhacophorus malabaricus di India katak akan memanggil dengan

5 mengeluarkan suaranya setelah hujan ketiga atau keempat pada awal musim hujan (Kadadevaru & Kanamadi 2000). 2.4.1 Perilaku percumbuan Menurut Duellman dan Trueb (1994), perilaku percumbuan ordo Anura dimulai dengan katak jantan mencari perhatian katak dengan menggunakan panggilan suara. Perilaku percumbuan merupakan suatu hal penting dalam aktivitas berbiak, karena dapat menstimulasi individu lain utuk melakukan aktivitas seksual (Goin dan Goin 1971). Menurut Duellman dan Treub (1994), suara yang dikeluarkan oleh Anura terbagi atas : a. Advertisement call: umumnya diketahui sebagai panggilan untuk berbiak. Suara yang dikeluarkan oleh individu katak jantan yang memiliki dua fungsi yaitu untuk menarik perhatian katak dan menyatakan keberadaan individu katak jantan lain baik yang sejenis ataupun berbeda jenis. Ada tiga macam advertisement call, yaitu : 1) Courtship call: dihasilkan oleh katak jantan untuk menarik perhatian katak 2) Teritorial call: dihasilkan oleh katak jantan penetap sebagai suatu respon terhadap advertisement call katak jantan lainnya pada intensitas yang di ambang batas 3) Encounter call: suara yang ditimbulkan akibat interaksi yang dekat antar individu katak jantan untuk menarik perhatian katak b. Reciprocation call: dihasilkan oleh katak sebagai tanggapan terhadap suara (Advertisement call) yang dikeluarkan katak jantan. c. Release call: suara yang merupakan sinyal untuk melakukan atau menolak amplexus yang dikeluarkan oleh individu katak jantan atau katak. d. Distress call: suara yang sangat pelan yang dikeluarkan oleh individu katak jantan dan katak sebagai respon terhadap gangguan. 2.4.2 Perilaku berbiak Pada umumnya katak melakukan perkawinan eksternal dimana fertilisasi berlangsung secara eksternal. Perkawinan pada katak disebut sebagai amplexus

6 dimana katak jantan berada di atas tubuh katak (Duellman dan Treub 1994). Posisi amplexus dapat dilihat pada gambar 2. a b c d e f Gambar 2 Beberapa tipe amplexus. Ket : a) Inguinal b) Axilary c) Cephalic d) Straddle e) Glued f) Independent (Sumber Gambar : Duellman dan Trueb 1994). Menurut Duellman dan Treub (1994) beberapa tipe amplexus yang umum terjadi pada anura yaitu: a. Inguinal: kaki depan katak jantan memeluk bagian pinggang dari katak. Pada posisi ini kloaka dari pasangan tidak berdekatan. b. Axillary: kaki depan katak jantan memeluk bagian samping kaki depan katak. Posisi kloaka pasangan berdekatan c. Cephalic: kaki depan katak jantan memeluk bagian kerongkongan katak d. Straddle: kaki katak jantan menunggangi katak tanpa memeluk katak e. Glued: kaki katak jantan berdiri belakang katak dan mendekatkan kedua kloaka masing-masing f. Independent: kedua katak saling membelakangi dan menempelkan kloaka secara bersamaan. 2.4.3 Perilaku bersarang Pembuatan sarang dan peletakan telur berkaitan dengan proses pengeringan, pemangsa, dan cahaya matahari (Hofrichter 2000). Menurut Goin et al. (1987), penggunaan tempat untuk bertelur bagi amfibi sangat beragam. Telur dapat

7 diletakkan di tempat terbuka, berada di atas air, di air yang mengalir, di bawah batu atau kayu lapuk, dan di lubang atau di daun yang di bawahnya terdapat air menggenang. Menurut Duellman dan Treub (1994) beberapa tipe peletakan telur, yaitu : a. Aquatic oviposition : telur terlindungi oleh gell yang dapat ditembus oleh sperma, diletakkan di permukaan air, dasar air, serasah di dalam air, tumbuhan air, dan di sela-sela bebatuan. b. Arboreal oviposition : telur diletakkan pada dedaunan, batang, maupun pada tumbuhan mati dan selanjutnya terbawa oleh air hujan dan terlarutkan pada suatu genangan air. c. Foam-nest construction : telur diletakkan pada busa yang dibuat dari hasil aktivitas setelah amplexus dengan gerakan kaki katak. Peletakan sarang berada di dekat perairan, di atas perairan, maupun lokasi yang sering di aliri air. Beberapa jenis amphibi seperti Gastrotheca walkeri, peletakan telur adalah di tubuh katak. Setelah telur dikeluarkan dan dibuahi telur dimasukkan ke dalam kantung yang berada pada tubuh katak. Pada jenis Flectonotus goeldii dan Epipedobates tricolor telur diletakkan di atas punggung katak dan pada jenis Rheobatrachus silus telur katak yang telah dibuahi dimasukan ke dalam mulutnya selama enam sampai tujuh bulan sampai telur berubah menjadi katak muda (Hödl 2000). Laporan mengenai peletakan telur katak di Indonesia antara lain dilaporkan oleh Yazid (2006) dan Irawan (2008). Menurut Yazid (2006), telur Rhacophorus reindwardtii di Kampus IPB Dramaga diletakkan pada dua tempat yaitu 1) di daun di atas pohon (merupakan hal yang umum); 2) di antara serasah dan rumput kemudian ditutupi dedaunan kering yang ada di sekitarnya. Jika hujan deras, telur yang sudah bekembang menjadi berudu jatuh ke air atau terbawa oleh aliran air hujan menuju ke dalam parit. Sementara itu, menurut Irawan (2008), telur katak pohon bergaris (Polypedates leucomystax) ditemukan menempel pada pinggiran genangan air atau di antara tetumbuhan di atas genangan air.