I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tomey & Alligood, 2006) mendefinisikan caring sebagai suatu proses. merupakan sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan keperawatan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persoalan ketenagakerjaan di Indonesia tidak hanya terkait dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya dengan komunikasi yang baik dalam organisasi dimana komunikasi

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. kategori khusus sebanyak 168. Sedangkan rumah sakit swasta non profit untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

Draft : GBHP. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian. 1.2 Landasan. 1.3 Tujuan. 1.4 Sistematika. Bab 2 Bidang-Bidang BP HIMATIKA ITB Periode

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya sistem tersebut, satu di antaranya, yaitu peran tenaga pendidik.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, intinya di dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. BUMN mempunyai tanggung jawab yang semakin besar. (Trimanto dan Lena,

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB 1 PENDAHULUAN. makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasabahasa

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan kelestarian anggota-anggotanya, terutama anak-anak. Keluarga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. belum menyadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesionalisme merupakan tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Profesionalisme harus diupayakan dengan menumbuhkan nilai dan keyakinan terhadap profesi keperawatan, agar pada saat memberikan pelayanan keperawatan tidak terjadi pertentangan dengan apa yang sudah menjadi standar bagi profesi keperawatan. Nilai merupakan suatu keyakinan yang dipelihara dan dipegang teguh karena dianggap berharga, objektif, dan benar yang memungkinkan lahirnya perilaku baik. Nilai dan keyakinan terhadap profesi akan melahirkan komitmen personal dari perawat. Komitmen personal perawat dimaksud adalah dengan menampilkan nilai- nilai profesional keperawatan, senantiasa berkontribusi untuk memajukan profesi dan secara terus menerus mengupayakan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan terbaik bagi klien (Gerard, Linton, Besner, 2004). Sebagai profesional, keperawatan perlu membuktikan perilaku yang profesional pula dalam memberikan pelayanan. Untuk mewujudkan hal tersebut, perawat harus memiliki landasan kelimuan yang kuat, kemampuan psikomotor 1

2 yang baik dan sikap profesionalisme di dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien sehingga keperawatan profesional dapat terwujud. Sikap profesional yang utama mampu menunjukkan sikap simpati dan empati kepada klien. Sikap ini sangat berpengaruh terhadap kesembuhan seorang klien ( Prasetyo, 2004). Konsep dari profesionalisme dalam keperawatan memerlukan komitmen terhadap profesi, mendorong perawat untuk mendidik, mempublikasikan jurnal hasil penelitian, menguasai praktek dan teori dan mampu bertindak secara mandiri (Celik & Hisar 2012, International Council of Nurses (ICN) 2012). Nilai nilai profesional menetukan bagaimana berperilaku dan juga menunjukkan apa yang akan terjadi (Weis & Schank 2000). Nilai nilai profesional merupakan prinsip dasar etika dalam praktek dan panduan dalam membuat sebuah keputusan dan nilai nilai profesional merupakan faktor penting dalam memiliki komitmen profesional (Pang 2009, Jonasson et all. 2010, Kobra et all. 2012, Lacobucci et all. 2013). Nilai nilai keperawatan profesional mencakup martabat dan menghormati, menjaga privasi, tanggung jawab, keselamatan pasien, akuntabilitas, kompetensi, kerja sama/ kolaborasi, perilaku profesional, komitmen kepada pasien, tanggung jawab dalam praktek, sabar, bertugas untuk diri mereka sendiri dan berperan dalam memajukan profesinya dalam megubah masyarakat (Witt & Almeida 2008, Shih et all. 2009, Badcott 2011, Gallegos & Sortedahl 2015). Melihat kompleksitasnya kebutuhan pasien dan nilai nilai profesional keperawatan, tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai profesional tersebut diantaranya ialah rendahnya rasa percaya diri/ harga diri dan body of knowledge (Kuntoro, 2010).

3 Hasil penelitian Brigita & Simona ( 2015), yang dilakukan pada 780 perawat dari 20 rumah sakit di Slovenia dengan meneliti nilai profesional perawat, didapatkan bahwa nilai yang terkait dengan aktivisme dan profesionalisme dianggap kurang penting jika di bandingkan dengan nilai kepedulian, nilai kepercayaan dan nilai keadilan dalam melakukan praktek di rumah sakit. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa nilai aktivisme dan nilai profesional dianggap kurang penting dalam mengembangkan profesionalisme mereka sebagai seorang perawat. Hasil penelitian menekankan pentingnya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada nilai profesional aktivisme dan profesionalisme yang terkait dengan pengembangan keperawatan sehinggan dapat meningkatkan rasa percaya diri seorang perawat. Memiliki kemampuan intelektual, kemampuan interpersonal teknis dan moral merupakan hal yang harus dimiliki oleh profesi keperawatan. Untuk mendapatkan hal tersebut dapat diperoleh dengan cara meningkatkan kualitas melalui program pendidikan profesi ners. Lulusan keperawatan harus memiliki kemampuan utama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang di dapat ketika menempuh pendidikan keperawatan (Azwar, 2002). Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan tersebut memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi profesional yang berpijak pada penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) keperawatan termasuk

4 dalam pelayanan keperawatan. Perubahan ini tidak serta merta diterima oleh masyarakat. Fenomena ini tentunya harus menumbuhkan sikap optimis pada diri perawat, yang diikuti dengan pembuktian eksistensi profesi keperawatan (Kusnanto, 2004). Pada tahap profesi, mahasiswa akan mengaplikasikan teori dan konsep yang telah didapat selama tahap akademik yang bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama tahap akademik ke dalam tahap profesi (Nursalam, 2012). Disiplin profesional diarahkan pada tujuan praktis, kemudian disiplin profesi hanya akan di dapat di lingkungan klinis atau lahan praktik karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiganda yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis dalam kurikulum profesional oleh mahasiswa (Reilly, 2002). Selama menjalankan disiplin akademik atau pendidikan akademik, mahasiswa mendapatkan teori dan konsep ilmu serta pengalaman mengenai profesi keperawatan. Teori dan konsep ilmu yang di dapat akan membentuk sikap dan pemikiran yang dapat dilihat dari perilaku. Sehingga mahasiswa dapat menilai dirinya secara utuh (fisik, intelektual, kepercayaan, sosial, perilaku, emosi, spiritual, dan pendirian dalam percakapan sehari- hari) (Muhith, 2015). Mahasiswa keperawatan merupakan cikal bakal calon perawat yang akan melanjutkan estafet profesi sebagai perawat. Profesi sebagai perawat merupakan suatu profesi yang bertugas mengabdi kepada manusia dan kemanusian. Profesi keperawatan juga menempatkan kepentingan kesehatan masyarakat diatas

5 kepentingan kesehatan sendiri. Profil kesehatan Indonesia mencatat pada tahun 2010 jumlah lulusan perawat Indonesia sebanyak 624.000 dengan jumlah penduduk 240 juta. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan perawat di Indonesia sebenarnya masih sangat tinggi. Sebagai pembanding saja Jepang yang berpenduduk 130 juta orang memiliki 1,3 juta perawat (Depkes, 2010). Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia (2015), jumlah mahasiswa perawat yang menempuh pendidikan di Poltekes yang ada di Indonesia pada tahun 2013 di prediksikan sekitar 22.250 mahasiswa, pada tahun 2014 sebanyak 20.524 mahasiswa dan pada tahun 2015 sebanyak 20.767. jika di totalkan dari tahun 2013-2015 ada sebanyak 63. 541 mahasiswa yang menempuh pendidikan keperawatan ( Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI 2016). Data di atas merupakan data mahasiswa dari Poltekes yang ada di Indonesia belum di tambahkan dengan Instansi pendidikan lain yang ada di Indonesia. Jika dilihat dari data diatas terdapat peningkatan jumlah mahasiswa tiap tahunnya, tentunya setiap instasi mengharapkan dapat menghasilkan lulusan mahasiswa perawat yang profesional dalam bidangnya. Profesional seorang mahasiswa baru dapat dituntut ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan profesinya. Mahasiswa profesi keperawatan dari sejak pendidikan akademik sudah di paparkan dengan sikap profesional. Sikap profrsional dapat muncul apabila mahasiswa memiliki konsep diri yang baik sejak perkuliahan. konsep diri bagi mahasiswa profesi sangat penting dikarenakan ketika seorang mahasiswa memiliki konsep diri yang bagus maka mahasiswa tersebut dapat menikmati dan bangga atas profesi yang mereka miliki. Hal

6 tersebut juga mempengaruhi profesionalisme mereka ketika memberikan pelayanan kepada klien. Terdapat dua aspek besar dalam menjelaskan konsep diri, yaitu identitas dan evaluasi diri (Vacarolis, E.M., 2000 dalam Muhith, 2015). Salah satu komponen dari konsep diri adalah identitas personal. Identitas personal atau identitas diri merupakan aspek psikososial yang dominan berkembang pada tahapan usia remaja hingga masa dewasa muda (Erikson, 1986, dalam Christiansen & Palkovitz, 1998). Krisis identitas mencakup rasa interntal tentang individualitas dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu (Potter &Perry, 2005). Untuk membentuk identitas, seorang remaja harus memastikan dan mengorganisir kemampuan, kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat hidup sehingga dapat diekspresikan dalam konteks sosial. Remaja yang tidak sukses dalam aspek perkembangan psikososial ini akan mengalami kebingungan atau ketidakjelasan identitas. Kegagalan individu remaja dalam menyelesaikan krisis ini memperlambat kematangan individu secara psikologis (Erikson, 1968 dalam Papalia et. al., 2008). Kedewasaan individu ditunjukkan melalui konsep diri yang sifatnya positif dan cenderung stabil. Konsep diri positif terbentuk apabila individu yang telah melewati masa remaja memiliki gambaran yang jelas mengenai identitas dirinya. Perkembangan identitas diri memiliki pengaruh yang besar pada pembentukan konsep diri karena merupakan isu yang dominan pada masa remaja. Tingkat dimana seorang individu mampu memegang teguh komitmennya akan mempengaruhi kemampuannya dalam memecahkan krisis identitas yang merupakan bagian dari konsep dirinya (Papalia et. al., 2008).

7 Membuat keputusan untuk menjalani studi dalam bidang tertentu merupakan bentuk komitmen individu terhadap suatu identitas (Marcia, 1966-1980, dalam Papalia et. al., 2008). Memiliki keyakinan positif akan diri/ percaya diri akan membantu mahasiswa profesi meyakini bahwa pusat informasi untuk pasien berada pada diri mereka sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri. Dalam hal ini, mahasiswa keperawatan yang menjalani pendidikan sebagai calon perawat adalah bentuk komitmen untuk mewujudkan hasrat hidupnya sebagai seorang perawat. Sementara itu, justru banyak terjadi remaja yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi mulai membangun karirnya dan bekerja di bidang yang sama sekali tidak berkaitan dengan pendidikan yang telah dijalani selama bertahun-tahun. Hal ini, sejalan dengan pendapat Erikson (1950) dalam Papalia et. al., (2008), bahwa kebin gungan identitas di dalam konsep diri seseorang sampai pada batas tertentu adalah hal yang wajar pada masa remaja. Hasil penelitian Oosthuizen, (2012) menyatakan bahwa profesional mahasiswa dipengaruhi oleh pengetahuan dan paparan lingkungan klinis selama melaksanakan praktek. Dalam penelitan ini mahasiswa belajar menerapkan kompetensi praktis dalam setting klinis. Mereka belajar menerapkan asuhan keperawatan menggunakan ketetapan yang sesuai dan mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan keperawatan di mana mereka mendapatkan pengalaman praktis. Proses dimana siswa mempelajari nilai, sikap dan tujuan profesi untuk membentuk identifikasi profesional adalah kompleks, kontinu dan tidak dapat diprediksi (Dinmohammadi, Peyrovi, & Mehrdad, 2013). Di Afrika Selatan rencana strategis untuk pendidikan perawat adalah dengan melakukan sosialisasi

8 yang tepat terhadap siswa, dikarenakan sosialisasi sangat penting bagi siswa. Institusi pendidikan, lingkungan belajar klinis dan siswa sendiri merupakan bagian integral dalam proses menciptakan mahasiswa dengan tingkat profesional yang baik. Hasil penelitian mengatakan bahwa kejenuhan mahasiswa dapat dirasakan ketika mahasiswa memiliki beban kerja yang lebih ketika praktek dilapangan. Dimana lingkungan praktek merupakan tempat berkumpulnya atau bertemunya berbagai sektor pelayan kesehatan, berbagai macam masyarakat, dan berbagai karakter perawat yang menjadi staf perawat dalam sebuah rumah sakit. Hal tersebut dapat menimbulkan stressor sendiri bagi mahasiswa yang sedang praktek dan stressor tersebut dapat mempengaruhi mereka dalam memberikan atau melakasanakan tugas mereka serta dapat mempengaruhi pembentukan nilai profesionalisme dalam diri mereka (Greenberg dalam Watson, 2008). Berdasarkan data yang di dapat hasil wawancara lima orang mahasiswa profesi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, alasan mengapa mereka melanjutkan pendidikan ke tahap profesi ada berbagai alasan. Adapun alasan mereka, tiga orang mahasiswa profesi mengatakan melanjutkan pendidikan profesi dikarenakan tuntutan oleh orang tua dan mereka mengatakan mereka bangga menjadi seorang perawat namun satu dari mereka berpikir ulang untuk menjadi seorang perawat dikarenakan tunjangan yang di dapatkan perawat tidak sebanding dengan beban kerja yang akan di tanggung sedangkan dua orang lain mengatakan akan menjadi perawat, satu orang mahasiswa profesi mengatakan dia tidak terlalu bangga menjadi seorang perawat dan mengatakan selama proses

9 menjalani pendidikan seabagai mahasiswa profesi sering mengalami sakit dan sering berfikir ulang untuk tetap melanjutkan pendidikan profesi atau tidak. Dari hasil wawancara yang di dapat pada enam orang mahasiswa profesi, tiga orang mengatakan pada awalnya menjalankan profesi terasa berat dikarenakan banyaknya tugas yang harus di kerjakan, dua orang mengatakan sejauh siklus yang mereka jalani belum terdapat masalah yang membuat mereka menyerah dan satu orang mengatakan ketika tugas di profesi tidak dianggap sebagai sebuah beban yang berat maka semuanya terasa nyaman. Mereka juga mengatakan mereka pernah jenuh dalam menjalani rutinitas seorang perawat dikarenakan beban kerja yang di dapat di lapangan, namun mereka mengatakan keadaan keadaan itu tidak berlarut, hal itu hanya terjadi sesaat. Dukungan keluargalah yang dapat memperkuat mereka dalam menjalankan perkuliahannya. Mereka mengatakan dukungan yang di dapat dari orang tua bukan hanya dukungan finansial saja tetapi dukungan dengan memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan perkuliahan. Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi merupakan calon perawat yang nantinya akan mengemban tugas sebagai seorang perawat profesional. Untuk menghasilkan seorang perawat yang profesional merupakan sebuah proses dalam pembelajaran dan sifat profesionalisme dapat dimiliki oleh seorang mahasiswa berdasarkan pengalaman selama menjalani ataupun menempuh pendidikan dalam keperawatan.

10 Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti faktor terkait nilai profesionalisme mahasiswa profesi ners Universitas Andalas. 1.2 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui faktor apa yang mempengaruhi nilai profesional mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang. b. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi nilai profesionalisme mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang. b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor internal meliputi pengetahuan akan nilai profesional, harga diri/ percaya diri, kejenuhan mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang. c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor eksternal meliputi faktor lingkungan praktek dan faktor dukungan orang tua mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang. d. Menganalisis hubungan antara faktor internal meliputi pengetahuan akan nilai profesional, harga diri/ percaya diri, kejenuhan mahasiswa dengan nilai profesionalisme mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang

11 e. Menganalisis hubungan antara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan praktek dan dukungan orang tua dengan nilai profesionalisme mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang. 1.3 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat, penelitian ini yaitu : 1. Manfaat bagi peneliti Menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang faktor apa saja yang mempengaruhi profesionalisme pada mahasiswa profesi. 2. Manfaat bagi institusi pendidikan a. Diharapkan memberikan informasi terhadap institusi pendidik bahwa nilai profesionalisme mahasiswa profesi akan lebih baik/ akan meningkat bila disertai dengan adanya harga diri yang baik, tingkat pengetahuan yang baik dari mahasiswa profesi. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai sumber data dan acuan bagi penelitian selanjutnya. 3. Manfaat bagi Profesi Keperawatan Diharapkan dapat memberikan informasi kepada profesi keperawatan bahwa nilai profesionalisme mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi serta dapat memacu profesi perawat agar dapat lebih meningkatkan nilai profesionalisme sebagai seorang profesi.

12 1.4 Hipotesis Adapun hipotesa yang ingin dijawab dalam penelitian ini ialah : Ha : Ada hubungan antara faktor internal (pengetahuan) dengan nilai profesionalisme (justice, trust, profesionalism, activism, caring) mahasiswa profesi Fakultas Keperawatan Unversitas Andalas Padang tahun 2017. Ha : Ada hubungan antara faktor internal (harga d iri) dengan nilai profesionalisme ( justice, trust, profesionalism, activism, caring) mahasiswa profesi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang tahun 2017. Ha : Ada hubungan antara faktor internal (kejenuhan) dengan nilai profesionalisme ( justice, trust, profesionalism, activism, caring) mahasiswa profesi Faklutas Keperawatan Universitas Andalas Padang tahun 2017. Ha : Ada hubungan antara faktor eksternal (lingkungan praktek) dengan nilai profesionalisme ( justice, trust, profesionalism, activism, caring) mahasiswa profesi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang tahun 2017. Ha : Ada hubungan antara faktor eksternal (dukungan orang tua) dengan nilai profesionalisme ( justice, trust, profesionalism, activism, caring) mahasiswa profesi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang tahun 2017.