PENGARUH TAMBAHAN CANGKANG KERANG TERHADAP KUAT BETON

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGGUNAAN CANGKANG KERANG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA MORTAR

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB V HASIL PEMBAHASAN

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN STELL FIBER TERHADAP UJI KUAT TEKAN, TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR PADA CAMPURAN BETON MUTU f c 25 MPa

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM PADI DAN BESTMITTEL. Tugas Akhir

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

BAB I PENDAHULUAN. beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Semakin meluasnya penggunaan beton

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN KULIT KERANG JENIS ANADARA GRANOSA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON K-225 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH KALENG TERHADAP CAMPURAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR PALU DAN AGREGAT HALUS PASIR MAHAKAM DITINJAU DARI KUAT TEKAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN CANGKANG SIPUT SUDU ATAU KUPANG TERHADAP KARAKTERISTIK BETON K-100

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR KUARSA SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN I 1

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

BAB III LANDASAN TEORI

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Pelaksanaan Penelitian Proses pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini: Mulai

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK MATERIAL BETON

Transkripsi:

PENGARUH TAMBAHAN CANGKANG KERANG TERHADAP KUAT BETON Vitalis, 1) Eddy Samsurizal, 2) dan Asep Supriyadi 2) Abstrak Dalam pembuatan benda uji metode yang digunakan yaitu Metode SNI, dengan kuat tekan rencana 25 MPa. Semen yang digunakan adalah semen PCC. Benda uji yang dibuat berbentuk silinder dengan 15 cm, dan tinggi 30 cm. Tidak dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap Cangkang Kerang. Terdapat dua variasi sampel beton yaitu beton dengan penambahan 38. 45 % Cangkang Kerang dan Beton dengan Penambahan 38. 45 % Cangkang Kerang dengan perlakuan, sebagai perbandingan dibuat juga sampel beton normal. Pengujian/pengetesan benda uji meliputi uji kuat tekan, uji tarik belah, dan uji modulus elastisitas.dari hasil penelitian nilai kuat tekan karakteristik beton dengan penambahan 38.45 % Cangkang kerang umur 3, 7, 14, dan 28 hari, masing-masing menghasilkan kuat tekan karakteristik beton 13,16 MPa, 18,21 MPa, 22,82 MPa, dan 26,34 MPa.beton dengan penambahan 38.45 % Cangkang Kerang dengan perlakuan masing-masing menghasilkan kuat tekan karakteristik beton 17,39 MPa, 22,02 MPa, 23,13 MPa dan 27, 21 MPa. Kuat tarik belah rata-rata beton dengan penambahan 38.45 % cangkang kerang adalah 3,63 MPa, Kuat tarik belah rata-rata beton dengan penambahan 38.45 % cangkang kerang dengan perlakuan adalah 3,53 MPa, Modulus Elastisitas rata-rata beton dengan penambahan38.425 % Cangkang Kerang adalah 17371,274 MPa, Modulus Elastisitas rata-rata beton dengan penambahan38.425 % Cangkang Kerang dengan perlakuan adalah 19296,030 MPa. Nilai-nilai tersebut menunjukan semakin lama umur beton maka kuat tekan beton juga semakin meningkat, nilai kuat tekan beton cangkang kerang dapat mencapai kuat tekan rencana meskipun kuat tekannya lebih rendah dari beton normal. Dapat disimpulkan bahwa cangkang kerang ini layak digunakan sebagai pengganti agregat kasar dalam campuran beton dengan komposisi campuran cangkang kerang 38.45 %. Kata kunci: Cangkang kerang, kuat tekan beton, kuat tarik belah, modulus elastisitas. 1. PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan dalam bidang konstruksi sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari penggunaan beton sebagai salah satu bagian konstruksi bangunan. Khususnya di Kal-Bar konstruksi beton ini lebih diminati karena relatif kuat, mudah dibentuk, dan lebih ekonomis jika dibandingkan dengan konstruksi yang menggunakan baja maupun kayu. Banyak penelitian yang telah mencoba mengganti material yang ada dengan material yang lain untuk mendapatkan beton yang kuat dan ekonomis, Salah satunya adalah cangkang kerang merupakan limbah yang memberikan peluang usaha yang dapat meningkatkan kualitas dan nilai ekonomis dari limbah tersebut. Selama ini limbah cangkang kerang hanya dimanfaatkan sebagai salah satu hiasan dinding, hasil kerajinan, atau bahkan sebagai campuran pakan ternak. Disamping itu cangkang kerang itu sendiri keras dan mudah didapat di daerah Pontianak, Dengan mengoptimalkan pemanfaatan limbah cangkang kerang diharapkan akan mengurangi limbah yang mencemari ekosistem alam. 1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT Universitas Tanjungpura 2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT Universitas Tanjungpura 1

Atas pertimbangan diatas maka pada penelitian tugas akhir ini yang menjadi alternatif materialnya adalah cangkang kerang yaitu sebagai alternatif agregat kasar. 2. TINJAUAN PUSTAKA Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda. Secara umum bagian tubuh kerang dibagi menjadi lima, yaitu (1) kaki (foot byssus), (2) kepala (head), (3) bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), (4) selaput (mantle) dan cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Warna dan bentuk cangkang sangat bervariasi tergantung pada jenis, habitat dan makanannya. Kerang biasanya simetri bilateral, mempunyai sebuah mantel yang berupa daun telinga atau cuping dan cangkang setangkup. Mantel dilekatkan ke cangkang oleh sederetan otot yang meninggalkan bekas melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi dari permukaan luar mantel adalah mensekresi zat organik cangkang dan menimbun kristalkristal kalsit atau kapur. Cangkang terdiri dari tiga lapisan, yakni (Rina Hudaya, 2010): a. Lapisan luar tipis, hampir berupa kulit dan disebut periostracum, yang melindungi. b. Lapisan kedua yang tebal, terbuat dari kalsium karbonat; dan c. Lapisan dalam terdiri dari mother of pearl, dibentuk oleh selaput mantel dalam bentuk lapisan tipis. Lapisan tipis ini yang membuat cangkang menebal saat hewannya bertambah tua. Menurut (Setyaningrum, 2009) Kulit kerang merupakan bahan sumber mineral yang pada umumnya berasal dari hewan laut berupa kerang yang telah mengalami penggilingan dan mempunyai karbonat tinggi. Kandungan kalsium dalam cangkang kerang adalah 38%. Tabel 1. Kandungan Kimia Serbuk Cangkang Kerang Komponen Kadar (% berat) CaO 66,70 SiO2 7,88 Fe2O3 0,03 MgO 22,28 Al2O3 1,25 Sumber : Shinta Marito Siregar 2009 2.1. Jenis-Jenis Kerang Rina Hudaya (2010) mengemukakan bahwa kerang merupakan sumber bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena mengandung protein dan lemak. Jenis kerang yang sering menjadi konsumsi masyarakat, yaitu kerang hijau (Mytilus viridis), kerang darah (Anadara granosa), dan kerang bulu (Anadara antiquata). a.kerang Bulu (Anadara antiquata) Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang Bulu (Anadara antiquata) adalah family arcidae dan genus Anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki ciri morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu (Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi 2

oleh rambut-rambut serta cangkang tersebut lebih tipis dari pada kerang darah (Anadara granosa). Gambar 1. Kerang Bulu Kerang darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi dibagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut. Kerang bulu pada umumnya hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. Klasifikasi kerang bulu adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Arcioda Family : Arcidae Genus : Anadara Spesies : Anadara antiquate b. Kerang Hijau (Mytilus viridis) Kerang hijau hidup di laut tropis seperti Indonesia, terutama di perairan pantai dan melekatkan diri secara tetap pada benda-benda keras yang ada disekelilingnya. Kerang ini tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut surut. Kerang hijau termasuk binatang lunak, mempunyai dua cangkang yang simetris, kakinya berbentuk kapak, insangnya berlapislapis satu dengan lainnya dihubungkan dengan cilia. Gambar 2. Kerang Hijau Klasifikasi kerang hijau adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Filibranchia Family : Mytilidae Genus : Mytilus Spesies : Mytilus viridis Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan Indonesia, namun dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya kerang hijau antara lain suhu perairan berkisar antara 27 o C 37 o C, ph air antara 3 4, arus air dan angin tidak terlalu kuat dan umumnya pada kedalaman air antara 10 m-20 m. Laju pertumbuhan kerang hijau berkisar 0,7-1,0 cm/ bulan. Ukuran konsumsi yang panjangnya sekitar 6 cm dicapai dalam waktu 6-7 bulan. c. Kerang Darah (Anadara granosa) Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan 3

cangkangnya sangat menonjol. Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone). Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk. Dibanding kerang hijau, laju pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari. Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%. Kerang darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus/September. Hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur kurang dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm. Gambar 3. Kerang Darah Kerang ini hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 g/kg, kecerahan 0,5-2,5 m, dan ph 7,5-8,4. Klasifikasi kerang darah adalah sebagai berikut : Animalia : Kingdom Mollusca : Phylum Bivalvia : Class Arcioda : Ordo Arcidae : Family Anadara : Genus Anadara granosa : Spesies Dengan Pertimbangan Kerang darah memiliki cangkang yang lebih tebal, dan lebih kasar, di bandingkan dengan kerang hijau dan kerang bulu serta mudah di dapatkan di daerah Pontianak, maka dapat di manfaatkan sebagai bahan tambahan untuk proses kontruksi. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini berupa percobaan yang dilakukan di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Setelah dilakukan analisa bahan, maka dapat dilakukan perhitungan campuran beton berdasarkan metode SNI. Pekerjaan penelitian meliputi: 3.1. Pemeriksaan material, Meliputi Pemeriksaan Agregat halus dan Agregat Kasar serta pemeriksaan Cangkang. 3.2. Pembuatan sampel Silinder berdiameter Ø15 cm dan tinggi 30 cm dengan jumlah sampel sebanyak 94 benda uji. Yaitu beton normal 26 buah silinder, 34 buah silinder, untuk beton normal + cangkang kerang 38.45 % tanpa perlakuan, dan 34 buah silinder, untuk beton normal + cangkang kerang 38.45 % dengan perlakuan. 3.3. Pengadukan Campuran Adukan beton yang telah merata dituang kedalam tempat 4

cetakan yang telah disiapkan, sebelumnya cetakan telah diolesi dengan 0li, dalam hal ini cetakan yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran Ø15 cm dan tinggi 30 cm. 3.4. Pengetesan Sampel Pengetesan sampel terbagi menjadi 2 yaitu 1. Percobaan slump ini dilakukan untuk mengukur tingkat kelecakan dari beton segar. Percobaan ini menggunakan alat antara lain Kerucut Abrams. Gambar 4. Kerucut Abraham 2. Setelah melewati masa perawatan atau perendaman, benda uji perlu dikeluarkan untuk dipersiapkan guna test tekan silinder sesuai umur harinya (3, 7, 14, dan 28 hari), kuat tarik belah umur 28 hari dan modulus elastisitas umur 28 hari. 4. ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Pengujian Slump Tabel 2. Hasil pengujian Slump No Kode Tanggal Slump Benda Pembuatan ( Cm) uji 1 N 08-April- 10 2016 2 SF 25 16-April- 11 2016 4 SF 25P 18-April- 2016 13.5 Hasil pengujian slump dilakukan untuk mengetahui kemudahan dalam pengerjaan (workability) pada adukan beton, pada beton normal didapat hasil slump 10, sedangkan pada beton SF 25 dan SF 25P didapat hasil slump 11 dan pada SF 3 didapat slump 13.5. Terlihat kecenderungan adanya kenaikan nilai slump pada beton seiring makin tingginya persentase pemakaian cangkang kerang. Hal ini disebabkan karena Pengurangan Agregat Kasar masing- masing 25 %, dimana nilai absorbsi dari cangkang kerang yang kecil yaitu sebesar 0.58 dibandingkan dengan nilai absorbsi agregat kasar yaitu sebesar 1.022. 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Hasil pengujian dari kuat tekan dari masing-masing campuran Cangkang Kerang dapat dilihat pada table Kuat tekan karakteristik (MPa) Ratarata Tabel 3. Perbandingan Kuat Tekan Beton Dengan Beton Cangkang Kerang Umur Kuat tekan Kuat tekan karakteristik karakteristik (MPa) Rata- (MPa) Rata- rata rata NORMAL SF 25 SF 25P 0 0.00 0.00 0.00 3 14.79 13.16 17.39 7 17.34 18.21 22.02 14 29.79 22.82 23.13 28 32.39 26.34 27.21 5

KUAT TEKAN (MPa) 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 0 3 7 14 28 N SF 25 SF25P Gambar 5. Grafik Perbandingan Kuat Tekan Beton 4.3. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Tabel 4. Hasil Kuat Tarik Belah Beton 4.4. Modulus Elastisitas 4.4.1. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton Normal Tabel 5. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton Normal Umur 28 hari Sampel E E Teoritis (MPa) (MPa) 1 18440.437 25002.940 2 27586.396 26223.305 3 21004.097 28588.984 Rata-Rata 22343.643 26605.076 4.4.2. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Beton dengan penambahan 38.45 % cangkang kerang tanpa perlakuan (SF25) Tabel 6. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas SF25 Umur 28 hari Sample E (MPa) E Teoritis (Mpa) 1 19014.468 27231.161 2 15682.564 25970.417 3 17416.790 26199.838 Rata-Rata 17371.274 26467.139 MPa 5,50 5,00 4,50 3,63 3,53 4,00 3,28 3,50 3,00 2,50 2,00 Norma SF 25 SF 25P l 1 3,54 3,76 3,41 2 3,25 3,87 3,71 3 3,04 3,27 3,45 Rata-rata 3,28 3,63 3,53 4.4.3. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas dengan penambahan 38.45 % cangkang kerang dengan perlakuan (SF25P) Tabel 7. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas SF25P Umur 28 hari Sample E (MPa) E Teoritis (MPa) 1 18406.665 27275.216 2 19712.101 27004.713 3 19769.322 26838.633 Rata- 19296.030 27039.521 Rata Gambar 6. Kuat Tarik Belah 6

5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Setelah melakukan pengujian terhadap kulit kerang, maka di dapat karakteristik dari kulit kerang : Kadar air cangkang kerang sebesar 0,49%. Berat volume cangkang kerang tanpa perlakuan sebesar 698,333 kg/m 3. Berat volume cangkang kerang dengan perlakuan sebesar 836,667 kg/m 3. Berat jenis cangkang kerang kondisi SSD sebesar 2.475 Ketahanan aus cangkang kerang tanpa perlakuan sebesar 17, 6% Ketahanan aus cangkang kerang dengan perlakuan sebesar 14,7% Kekerasan Cangkang Kerang tanpa perlakuan Dengan Bejana Tekan Rudeloff sebesar 20.552 %. Kekerasan cangkang kerang dengan Bejana Tekan Rudeloff sebesar 20 %. b. Cangkang kerang dapat digunakan sebagai alternatif Agregat kasar pada beton karena dapat mencapai mutu yang di rencanakan yaitu F c 25 MPa. c. Penambahan cangkang sebanyak 38.45 % tanpa perlakuan (SF 25) menghasilkan kuat tekan sebesar 25,778 MPa cenderung menurun dari beton normal namun sudah mencapai bahkan sudah melebihi kuat tekan rata-rata rencana. d. Penambahan cangkang sebanyak 38.45 % dengan perlakuan (SF 25P) menghasilkan kuat tekan sebesar 27,787 MPa cenderung menurun dari beton normal namun sudah mencapai bahkan sudah melebihi kuat tekan rata-rata rencana. e. Penambahan cangkang sebanyak 38.45 % tanpa perlakuan (SF25) menghasil kan kuat tarik belah sebesar 3.63 MPa dimana terjadi peningkatan terhadap kuat tekan dari beton normal, untuk beton normal menghasilkan kuat tarik belah sebesar 3,28 terjadi peningkatan 10,935 %. f. Penambahan cangkang sebanyak 38.45 % dengan perlakuan (SF25P) menghasil kan kuat tarik belah sebesar 3.53 MPa dimana terjadi peningkatan terhadap kuat tekan dari beton normal, untuk beton normal menghasilkan kuat tarik belah sebesar 3,28 terjadi peningkatan sebesar 7,614 %. g. Modulus elastisitas Beton Normal sebesar 22343.643 sedangkan hasil perbandingan modulus elastisitas beton normal dengan rumus SNIsebesar 26605.076, hasil modulus SF 25 sebesar 17371.274, sedangkan hasil perbandingan modulus elastisitas dengan rumus SNIsebesar 26467.139, pada SF 25P sebesar 19296.030, hasil 7

perbandingan dengan rumus SNI- 2847-2002 sebesar 27039.521, Terlihat Nilai E teoritis dan E eksperimen terjadi selisih yang cukup besar, sebab kurang teliti dalam pembacaan dial tegangan dan regangan. 6. DAFTAR PUSTAKA Anonim, SNI 03 2834 2000, Metode Perhitungan Campuran Beton, Yayasan Anonim, SNI 03 2834 2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Badan Penelitian Dan pengembangan, Jakarta Anonim, SNI 03 1974 1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Badan Penelitian Dan pengembangan, Jakarta Anonim, SNI 03 2491 2002, Metode Pengujian Kuat Tarik Belah, Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah Badan Penelitian Dan pengembangan, Jakarta Anonim, 1990,SNI 03 1971 1990, Metode Pengujian Kadar Air Agregat, Yayasan Anonim, 1990, SNI 03 1968 1990, Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan ( ASTM C - 33 dan ASTM C - 136) Anonim,1989, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus, SK SNI M 10 1989 F, Yayasan Anonim, SNI 03 4804 1998, Metode Pengujian Bobot Isi dan Rongga Udara Dalam Agregat, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta Anonim, 1989, Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar, SK SNI M 09 1989 F, Yayasan Anonim, 1991, SNI 03 2417 1991, Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Anonim, 1990, SNI 03 1972 1990, Metode Pengujian Slump Beton, Yayasan 8

Anonim, 1991, SNI 03 2491 1991, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton Di Laboratorium, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Anonim, 2000, SNI 06 6369 2000, Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta Laporan Praktikum Teknologi Beton, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2009 9