I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan ekspor, dan pengentasan kemiskinan. Sektor pertanian juga menjadi andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah, iklim yang cocok untuk pertanian, dan sumber daya manusia yang tersedia dalam jumlah yang banyak. Kekayaan tersebut dapat menjadi modal dalam membangun pertanian Indonesia ke arah yang lebih baik. Pertanian Indonesia memproduksi berbagai komoditi setiap harinya, salah satunya adalah komoditi hortikultura yang di dalamnya terdapat sayur-sayuran dan buah-buahan. Sayur-sayuran dan buahan-buahan tropis Indonesia pun sangat beragam dan memiliki potensi penjualan yang tinggi, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Salah satu komoditi tersebut adalah jamur dan salah satu jamur yang dibudidayakan di Indonesia adalah jamur tiram. Jamur tiram merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Bahan baku yang dibutuhkan tergolong bahan yang murah dan mudah diperoleh seperti serbuk gergaji, dedak, tepung aren, tepung jagung dan kapur. Sementara proses budidayanya sendiri tidak membutuhkan berbagai pestisida atau bahan kimia lainnya. Dalam kurun waktu 2000 sampai dengan 2006 total nilai ekspor jamur mengalami penurunan sebesar 37% (Tabel 1). Penurunan tersebut terjadi karena sebagian ekspor dialihkan untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang terus meningkat. Permintaan dalam negeri yang terus meningkat juga dapat dilihat dari meningkatnya total nilai impor jamur. Dengan meningkatnya nilai impor jamur segar menunjukan bahwa permintaan komoditas jamur sangat besar. (Martawijaya dan Nurjayadi, 2010).
2 Tabel 1. Volume Ekspor dan Impor Jamur Segar dan Olahan (2000-2006) No. Tahun Ekspor Impor Jamur Segar Jamur Olahan Jamur Segar Jamur Olahan 1 2000 3.096.307 26.283.791 492.489 980.294 2 2001 3.743.308 22.687.013 403.490 1.028.538 3 2002 4.185.662 14.043.614 479.412 849.618 4 2003 1.633.3992 14.506.045 490.157 1.049.164 5 2004 3.489.922 18.093.778 778.191 1.542.528 6 2005 3.505.870 18.884.226 923.989 910.226 7 2006 4.246.543 14.104.495 1.284.784 1.630.710 Sumber : BPS (2008) Tingginya permintaan akan jamur tidak diiringi oleh peningkatan produksi jamur dalam negeri. Produksi jamur Indonesia hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan pasar dalam negeri dan belum termasuk permintaan pasar luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Korea Selatan, Cina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Martawijaya dan Nurjayadi, 2010). Jenis jamur yang paling banyak permintaannya dari pasar ekspor adalah jamur tiram putih acar dan jamur merang kalengan (Tabel 2). Tabel 2. Rata- Rata Jumlah Supply Ekspor Jamur per bulan Jenis Jamur Negara Tujuan Jumlah (Ton) Jamur merang kalengan Cina, USA, Uni Eropa 80 Jamur tiram acar Cina, Singapura 80 Jamur tiram kering Cina, Korea, USA, Uni Eropa 30 Shiitake kering Singapura, Jepang 20 Shiitake segar Singapura, Cina 60
3 Lanjutan Tabel 2. Jamur kuping kering Cina, Korea, USA, Uni Eropa 50 Jenis lain Cina, USA, Uni Eropa 500 Total 820 Sumber : MAJI (2007) Permintaan pasar terhadap kebutuhan jamur di kota Bogor, Sukabumi, dan sekitar Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 5 ton-10 ton per bulan. Permintaan jamur terus meningkat, berapa pun yang diproduksi oleh petani habis terserap. Kenaikannya sekitar 20%-25% per tahun (berbisnisjamur.com). Permintaan jamur di kota-kota besar sangatlah tinggi, terutama untuk pasar Tanah Tinggi, Tangerang yang mencapai 4000 kg per hari (Tabel 3). Tabel 3. Permintaan Jamur Tiram Putih di Beberapa Pasar di Kota Besar Nama Pasar Kebutuhan (kg/hari) Pasar Ciputat 200 Pasar Lw.liang 200 Pasar Induk Kemang 3000 Pasar anyar 100 Pasar Cibinong 300 Pasar Mayestik 100 Pasar Kebayoran Baru 100 Pasar Rau Serang 1000 Pasar Tanah Tinggi 4000 Sumber : Komunitas Petani Jamur Ikhlas (2008)
4 Walaupun harga nya relatif mahal, harga jamur di pasar lebih stabil jika dibandingkan dengan harga komoditi sayuran lainnya. Sehingga risiko kerugian akibat ketidakstabilan harga di kalangan pedagang dan petani lebih kecil. Harga jamur tiram yang diterima petani adalah Rp. 5.300,00, pedagang pengumpul Rp.6.300,00-Rp.7.300,00, dan harga di pasar berkisar antara Rp.6.000,00- Rp.10.000,00. Walaupun harga jamur tiram lebih rendah dibandingkan dengan jamur lainnya, keuntungan yang diperoleh oleh petani jamur tiram lebih besar. Hal ini disesabkan karena rantai distribusi jamur tiram pendek (Tabel 4). Tabel 4. Harga Beberapa Jenis Jamur Jenis Jamur Harga Petani (Rp) HargaPengumpul (Rp) Harga Pasar (Rp) Jamur Merang 9.000 10.000 12.000 13.000 15.000 20.000 Jamur Tiram 5.300 6.300 7.300 6.000 10.000 Jamur Kuping Basah 6.000-8.000 Sumber : MAJI (2006) Jawa Barat merupakan sentra jamur terbesar di Indonesia. Daerah penghasil jamur di Jawa Barat diantaranya adalah Bandung, Bogor, Sukabumi, Garut, dan Tasikmalaya. Petani jamur di Jawa Barat memproduksi jamur merang sebanyak 10 ton-20 ton per hari dan jamur tiram sebanyak 10 ton per hari (MAJI 2007). Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu kecamatan penghasil jamur terbesar ketiga di Kabupaten Bogor setelah Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Taman Sari dengan jumlah produksi sebanyak 8.638 kg per tahun (Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bogor). Usaha Jamur Mandiri merupakan salah satu produsen jamur tiram putih segar yang berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Produksi jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri rata-rata mencapai 30 kg per hari. Jumlah ini jauh lebih rendah dari jumlah permintaan pada Usaha Jamur Mandiri yang mencapai 300 kg-400 kg per hari. Hal ini menunjukan bahwa potensi pasar yang
5 dimiliki oleh Usaha Jamur Mandiri besar dan memberikan peluang untuk melakukan pengembangan usaha, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pendapatan bagi usaha yang dijalankan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan informasi diatas, adanya potensi pasar yang baik memberikan peluang kepada Usaha Jamur Mandiri untuk dapat melakukan pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih. Meskipun demikian, suatu analisis kelayakan pengembangan usaha perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya jamur tiram apabila dilakukan suatu pengembangan usaha. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri layak atau tidak untuk dijalankan berdasarkan pada aspek finansial dan non finansial? 2. Bagaimana tingkat sensitivitas pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri terhadap inflasi? 3. Apakah usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri lebih layak dikembangkan atau tidak? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri berdasarkan pada aspek finansial dan aspek non finansial. 2. Menganalisis tingkat sensitivitas pengembangan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri terhadap inflasi. 3. Membandingkan dan menganalisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih pada Usaha Jamur Mandiri pada kondisi tanpa proyek pengembangan dan dengan proyek pengembangan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari studi kelayakan usaha yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam kelayakan pengembangan usaha jamur tiram putih, diantaranya :
6 1. Bahan pertimbangan dan masukan bagi pemilik Usaha Jamur Mandiri dalam memberikan gambaran mengenai usahanya apabila dilakukan pengembangan usaha. 2. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan bagi para investor yang akan berinvestasi pada usaha budidaya jamur tiram putih. 3. Dapat dijadikan referensi untuk kepentingan penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya jamur tiram pada Usaha Jamur Mandiri yang terletak di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.