BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini, mendorong banyaknya perusahaan merencanakan strategi pemasaran secara inovatif, hal ini ditempuh agar perusahaan dapat bersaing guna meningkatkan penjualan sekaligus mempertahankan posisinya. Perubahan lingkungan bisnis, peta persaingan bisnis, kebutuhan dan minat konsumen juga mendorong banyak perusahaan untuk melakukan evaluasi dan analisa tentang posisi dan strategi dari perusahaan mereka khususnya dari segi dan unsurunsur pemasaran. Sebagai produsen, setiap perusahaan harus senantiasa memantau perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya, dan berupaya untuk meningkatkan kemampuan dan kelebihan kompetitifnya untuk menghadapi bahkan mengendalikan perubahan-perubahan yang terjadi dengan cara menciptakan strategi-strategi yang inovatif. Tentunya perusahaan sebagai produsen harus mengetahui dengan jelas tentang posisi dari produknya di tengah-tengah konsumen. Perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis, khususnya dalam bidang pemasaran, sangat dipicu oleh perkembangan konsep-konsep pemasaran serta trentren baru yang bermunculan sehingga menyebabkan cepatnya perubahan minat konsumen. Sebut saja bagaimana Henry Ford pada masa era awal abad ke-20 mempelopori pembuatan mobil secara masal dengan model Ford T warna hitamnya. 1
2 Pada masa itu dia berhasil menjawab keinginan masyarakat untuk memiliki kendaraan yang baik dan harga yang tidak terlampau mahal. Masa terus bergulir sehingga tuntutan masyarakat tidak hanya ingin mendapatkan mobil dengan harga murah, namun sudah mulai bergeser untuk memiliki mobil dengan model lain yang tidak seragam. Keinginan tersebut berhasil diterjemahkan General Motor (GM), dengan menjual mobil hasil produksi masal dengan berbagai macam spesifikasi model, mesin dan warna, hingga akhirnya GM dapat mengungguli Ford pada masa itu. Pada era 70-an kembali masyarakat mencapi titik jenuh dengan produk mobil dari GM, pada saat itu mereka menginginkan mobil yang tidak terlalu besar dan kuat sehingga dapat diganti pada saat mereka sudah bosan, dengan harga yang tidak terlalu besar. Akhirnya hal ini bisa dijawab oleh Volkswagen (VW) dengan berbagai produk mobil-mobil kecilnya. Pada era 90-an di saat harga minyak dunia sudah semakin tinggi dan mendorong naiknya harga bahan bakar sekaligus produk-produk hasil industri termasuk minyak pelumas, suku cadang, dan sebagainya, maka minat masyarakat bergerak kepada kebutuhan mobil yang dapat menghemat penggunaan bahan bakar serta biaya perawatan yang tidak terlalu besar. Pada masa itu, produsenprodusen dari Jepang berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat dengan produkproduk mobil yang hemat bahan bakar. Akibatnya produsen-produsen dari Jepang dapat menggeser posisi produsen-produsen mobil dari Eropa dan Amerika. Menyadari hal ini maka industri-industri mobil berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi dari masyarakat dan menterjemahkannya ke dalam produk-produk mobil mereka. Sekilas contoh di atas pada saat ini tidak hanya terjadi di dalam dunia industri mobil, tetapi terjadi pada semua jenis industri yang ada. Hal ini dapat dilihat
3 dari bagaimana para produsen-produsen baik yang bergerak di bidang barang maupun jasa, berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi dari masyarakat dan membangun produk yang inovatif. Pasar yang semakin pintar membuat persaingan yang lebih ketat dan perubahan strategi dari waktu ke waktu mengikuti kedinamisan industri itu sendiri. Perubahan di sekitar kita (perubahan sosial, politik, budaya, ekonomi) seringkali bergulir dengan cepat, apalagi dengan ditunjang perkembangan teknologi yang senantiasa melahirkan inovasi-inovasi baru. Kemampuan kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan dan persaingan yang terjadi, memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu produsen dan produknya. Berlatar belakang hal tersebut, maka kami mengambil Group Field Project pada topik strategi dengan topik minor di bidang pemasaran dari perusahaan produsen sepatu ARIS. Dari tahun ke tahun, jumlah penjualan tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Bahkan data yang diperoleh dari waktu ke waktu menunjukkan jumlah outlet dan cabang yang semakin menurun. Hal ini juga diikuti dengan penurunan jumlah karyawan dari waktu ke waktu yang mengakibatkan kapasitas dan ukuran perusahaan yang semakin mengecil.
4 1.2 Rumusan Permasalahan PT. Multindo Orfon Sejati (selanjutnya disebut ARIS Shoes) adalah sebuah perusahaan yang memproduksi sepatu dan tas dari bahan kulit dengan merek ARIS. ARIS Shoes merupakan merek sepatu dan tas kulit yang ditujukan untuk kaum wanita dan lebih ditujukan kepada kaum wanita yang berusia sekitar 25 tahun ke atas dengan gaya yang lebih formal. Pada era tahun 90-an merupakan tahun-tahun keemasan dari ARIS Shoes, dimana perusahaan dapat mencatat penjualan yang meningkat dari tahun ke tahun dan diikuti dengan pembukaan outlet-outlet baru yang terus bertambah di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Namun memasuki era millennium dan tepatnya setelah krisis ekonomi melanda Indonesia, ARIS Shoes seakan-akan ikut tenggelam dalam krisis itu. Sampai pada tahun 2006 ini, ARIS Shoes hanya memiliki 12 outlet di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut merupakan penurunan yang drastis dari jumlah outlet sebanyak 23 yang dimiliki perusahaan pada awal tahun 1998. Titik awal penurunan kinerja dari ARIS Shoes yaitu pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998, dimana harga tukar nilai mata uang Indonesia terhadap US Dollar sangat tinggi hingga mencapai sekitar Rp.19.000,- untuk 1 US Dollar. Hal ini sangat mengganggu kegiatan produksi dari ARIS Shoes, khususnya hambatan dalam hal pengadaan bahan baku produksi, dimana hampir seluruh bahan baku yang digunakan oleh produk ARIS berasal dari 100% kulit asli yang langsung diimpor dari negara penghasilnya dan dihitung atas dasar mata uang US Dollar. ARIS Shoes mengalami krisis dalam kegiatan produksi, dimana mereka tidak dapat menghasilkan produk dengan harga jual yang seperti biasa dengan menggunakan bahan baku yang dibeli
5 dengan nilai tukar mata uang pada waktu itu. Hal inilah yang menjadi awal dari krisis ARIS Shoes. Lalu seiring dengan waktu yang terus berlalu, memasuki tahun 2000-an krisis ekonomi mulai pulih dan kehidupan masyarakat berangsur-angsur normal kembali berikut dengan daya beli masyarakat, tingkat inflasi, kebijakan moneter, fiskal, dan sebagainya yang terlihat sudah mulai pulih kembali. Hal ini menyebabkan mulai tumbuhnya industri-industri di Indonesia, termasuk di industri sepatu kulit demi menjawab permintaan dan minat konsumen yang terus berubah dan meningkat. Memasuki tahun 2004 para perusahaan-perusahaan produsen sepatu pada umumnya berlomba-lomba untuk berusaha menjawab minat dari konsumen Indonesia dan mencoba menanamkan merek sepatu mereka di benak konsumen yang mulai terbuka dengan hadirnya banyak merek-merek dan pilihan-pilihan sepatu baru pada waktu itu. Namun terlihat dengan jelas bahwa ARIS Shoes masih tenggelam di dalam kemelut krisis yang mereka alami pada waktu lalu. Penjualan perusahaan mengalami stagnasi bahkan sedikit menurun dari tahun ke tahun, jumlah karyawan dan kapasitas produksi yang ikut menurun dari tahun ke tahun, serta inovasi produk yang tidak memadai lagi. Berdasarkan kejadian-kejadian di atas maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh ARIS Shoes, yaitu: Belum adanya strategi pemasaran yang jelas akibat informasi pendukung yang tidak ada, seperti informasi dari masyarakat mengenai unsur 4P (Product, Price, Place, Promotion) dari produk ARIS Shoes.
6 Tidak jelasnya unsur STP (Segmentation, Targeting, Positioning) produk dari ARIS Shoes saat ini di tengah-tengah masyarakat. Tidak adanya informasi bahkan usaha untuk memperoleh informasi dari masyarakat mengenai minat dan daya beli mereka berkaitan dengan kondisi pasar sepatu sekarang ini. 1.3 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan yang hendak dicapai dari Group Field Project ini adalah: Memberikan informasi yang jelas kepada ARIS Shoes mengenai kondisi produk mereka dilihat dari segi 4P. Memberikan informasi yang jelas mengenai hasil analisa terhadap unsur STP dari ARIS Shoes. Memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi tren pasar sepatu di Indonesia sekarang ini. Memberikan strategi pemasaran yang lebih inovatif dan berusaha menjawab perubahan yang terjadi di tengah masyarakat guna meningkatkan penjualan dan pangsa pasar dari ARIS Shoes. Manfaat Group Field Project ini bagi pembaca maupun perusahaan sebagai obyek penelitian antara lain:
7 Mengetahui dan memberikan informasi kepada ARIS Shoes mengenai unsur-unsur yang dapat mempengaruhi produk mereka di tengah masyarakat pada jaman yang terus berkembang saat ini. Mengetahui lebih dalam mengenai segmentation, targeting dan positioning yang tepat untuk produk ARIS Shoes berkaitan dengan tren pasar sepatu di Indonesia sekarang ini. Mengetahui beberapa strategi khususnya di bidang pemasaran, yang lebih tepat dan efektif bagi ARIS Shoes pada saat sekarang ini. Strategi-strategi disusun berdasarkan analisa-analisa yang telah dilakukan dari informasi yang diperoleh di atas. 1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan Group Field Project ini difokuskan pada: Produk yang akan diteliti adalah kategori produk sepatu dari ARIS. Analisa dan informasi diperoleh khusus untuk kaum wanita berusia dewasa. Penelitian dibatasi di wilayah Jakarta saja dan diharapkan dapat mewakili daerah-daerah lain. Pengembangan strategi pemasaran berdasarkan informasi mengenai 4P (Product, Price, Place, Promotion) dan STP (Segmentation, Targeting, Positioning) dari ARIS Shoes.