Ronny Kusnandar ISSN Nomor

dokumen-dokumen yang mirip
KLIPPING BANK OLEH : NUR. FRATIWI KELAS : X IPS 4

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BAGI PENGUSAHA KECIL GOLONGAN EKONOMI LEMAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN. yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat. Saat ini perbankan merupakan salah satu unsur pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank lainnya. Menurut Manurung dan Manurung (2009: 7) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB II LANDASAN TEORI. dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BANK SEBAGAI PENYALUR KREDIT. bahwa bank berasal dari bahasa Italia, banca yang berarti bence yaitu suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan dan dunia usaha maupun jasa lainnya. demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

RUANG LINGKUP PERBANKAN KOMPUTERISASI LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN, MANAJEMEN, 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga, CAR, ROA, dan

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yang dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang rnelalui

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, dalam hal ini bukan kesejahteraan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

Transkripsi:

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR) BERKAITAN DENGAN JAMINAN Oleh: Ronny Kusnandar, SH, SpN Dosen tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK Kredit merupakan salah satu program bank mewujudkan pembangunan nasional dibidang ekonomi, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Kredit yang diberikan oleh bank kepada rakyat mengandung resiko sehingga dalam pemberian kredit harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap berbagai aspek khususnya dalam penilaian terhadap jaminan. Jaminan merupakan masalah penting dalam perkreditan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan jaminan maka pihak Bank Perkreditan Rakyat mengharuskan calon nasabah menggunakan agunan/jaminan berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak. Pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian, sebagaimana yang telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Nasabah dalam hal ini sebelum menerima kredit harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh BPR tersebut. Tentang persyaratan setiap nasabah berbeda dengan melihat jenis nasabah yang akan mendapatkan kredit. Untuk nasabah yang jaminannya kurang dari kredit pinjamannya pihak Bank menyarankan kepada debitur, yaitu: 1. Debitur mengurangi pinjaman kredit sesuai dengan harga maksimal dari barang jaminan. 2. Apabila debitur tetap bertahan dan meminta pinjaman sebesar keinginan debitur, maka pihak bank melakukan pengkajian ulang pada barang jaminan dengan cara pemeriksaan kembali dan menentukan permintaan debitur diloloskan atau tidak. Kata kunci : Kredit, Bank Perkreditan rakyat, jaminan. I. PENDAHULUAN Perbankan merupakan sasaran pembangunan ekonomi, di mana perbankan diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di Indonesia. Khususnya dalam meningkatkan pemerataan kesejahteraan rakyat banyak, dalam hal ini bukan kesejahteraan segolongan orang atau perorangan saja melainkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah Grafiti.Jakarta. hal. 204 57 penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendifinisikan fungsi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1 1 Widjanarta. 1993. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. PT. Pustaka Utama

Menurut jenisnya bank dibedakan organisasi dan managemen perkreditan, menjadi 2 terdiri dari Bank umum, dan kredit-kredit bermasalah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penyelesaian kredit-kredit bermasalah mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dalam proses penyaluran dapat dilakukan dengan pemberian kredit kepada nasabahnya. tersebut. Setiap usaha yang dilakukan oleh perbankan harus memperhatikan unsur kehati-hatian sebagaimana yang telah diharuskan dalam peraturan dalam hal ini Kredit merupakan salah satu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 program bank mewujudkan tentang Perbankan yang merupakan pembangunan nasional dibidang perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 ekonomi, yang diharapkan dapat Tahun 1992. Unsur kehati-hatian ini meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan hal yang paling penting dalam banyak. Kredit yang diberikan oleh bank setiap perbankan membrikan kredit kepada rakyat mengandung resiko kepada nasabah, karena akan berdampak sehingga dalam pemberian kredit harus terhadap kinerja perbankan itu sendiri memperhatikan asas-asas perkreditan apabila terjadi kemacetan dalam yang sehat berdasarkan prinsip kehatihatian. pengembalian hutang dari nasabah. Untuk itu sebelum memberikan Dalam penyaluran kredit kredit bank harus melakukan penilaian sebagaimana peraturan yang telah yang seksama terhadap berbagai aspek ditetapkan bahwa setiap kredit dapat khususnya dalam penilaian terhadap disertai dengan jaminan. Maka jaminan jaminan. dalam pemberian kredit merupakan hal Usaha perkreditan dalam dunia yang harus diperhatikan oleh setiap bank perbankan merupakan kegiatan usaha khususnya dalam hal ini BPR. yang paling utama, karena pendapatan Berdasarkan perkembangannya jenis terbesar dalam usaha perbankan berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit. Ruang lingkup kredit sebagai kegiatan jaminan yang dapat dilakukan yaitu dapat dalam bentuk benda bergerak (missal : Mobil, Sepeda Motor, dan lain-lain), perbankan tidak semata-mata hanya benda tidak bergerak (seperti : Tanah dan menyangkut kegiatan peminjaman Bangunan) dan dalam bentuk lain seperti kepada nasabah, melainkan sangat Deposito serta khusus bagi karyawan komplek, menyangkut keterkaitan unsurunsur baik sebagai Pegawai Negeri Sipil yang cukup banyak diantaranya meliputi; alokasi dana, perjanjian kredit, maupun swasta dapat memberikan 58

jaminan dalam bentuk Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai/Karyawan. II. RUMUSAN MASALAH Dari uraian-uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana BPR menjalankan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kepada nasabah? 2. Bagaimana penyelesain terhadap jaminan yang kurang dari kredit pinjamannya? III. PEMBAHASAN Pengertian bank menurut undangundang perbankan UU No.10 tahun 1998 Pasal 1 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. (Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Tentang Perbankan). Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan / atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau 2 berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam Djumhana, Muhamad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung. Hal. 14 59 kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran 2. Mengenai asas perbankan menurut pasal 2 UU No.10 tahun 1998 menyebutkan Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Kemudian fungsi utama perbankan Indonesia dalam pasal 3 UU No.10 tahun 1998 menyebutkan, bahwa perbankan Indonesia mempunyai fungsi utama yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sejalan dengan fungsi utama dimaksud, tujuan perbankan Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pasal 4 UU No.10 tahun 1998 adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun

jangkauan wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan adalah sebagai berikut: 1) Bank milik Pemerintah pendiriannya. Sedangkan dari Dimana baik akte pendirian menentukan harga yaitu Bank maupun modalnya dimiliki oleh Konvensional berdasarkan bunga dan pemerintah, sehingga seluruh Bank Syariah berdasarkan bagi hasil. keuntungan Bank ini dimiliki oleh Jenis perbankan dewasa ini pemerintah pula. Contoh: Bank menurut Kasmir ditinjau dari berbagai Negara Indonesia 46 (BNI), Bank segi antara lain: Rakyat Indonesia (BRI), Bank a. Dilihat dari segi fungsinya Dilihat dari segi fungsinya bank menurut Undang-Undang Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang- Undang RI. Nomor 10 tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank yaitu: 1) Bank Umum 2) Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) menurut Pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa pembukaan Kantor Cabang Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat dilakukan dengan ijin Pimpinan Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri. 2) Bank milik swasta nasional Merupakan Bank yang seluruhnya atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh swasta pula. Contoh Bank milik swasta nasional antara lain: Bank Bumi Putra, Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Lippo, dan Bank swasta lainnya. 3) Bank milik asing Indonesia. Bank milik asing merupakan b. Dilihat dari Segi Kepemilikan Jenis bank selanjutnya dapat dilihat dari segi kepemilikan. Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki Bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki cabang dari Bank yang ada diluar negeri, baik Bank swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara. Contoh Bank milik asing antara lain: ABN AMRO Bank, America Expres Bank, dan Bank Asing lainnya 4) Bank milik campuran Bank yang bersangkutan. 60

Bank milik campuran merupakan Merupakan kebalikan daripada Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak Bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas swasta nasional. Dimana suatu negara. kepemilikan sahamnya secara d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh Bank Harga Ditinjau dari segi menentukan campuran antara lain: Bank harga dapat pula diartikan sebagai cara Finconesia dan Bank Merincorp. penentuan keuntungan yang akan c. Dilihat dari segi status Pembagian jenis bank dari segi diperoleh. Jenis Bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan status merupakan pembagian harga baik harga jual maupun harga berdasarkan kedudukan atau status Bank tersebut. Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan terbagi dalam dua kelompok, yaitu: 1) Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan Bank dalam melayani masyarakat baik seperti giro, tabungan maupun dari segi jumlah produk, modal deposito. maupun kualitas pelayanannya. Oleh 2) Untuk jasa-jasa Bank lainnya pihak karena itu untuk memperoleh status perbankan konvensional tersebut diperlukan penilaian-penilaian menggunakan atau menerapkan dengan kriteria tertentu. Jenis Bank berbagai biaya-biaya dalam bila dilihat dari segi status biasanya khusus untuk Bank umum. Dalam praktiknya jenis Bank nominal atau persentase tertentu seperti biaya provisi, sewa, iuran dan biaya-biaya lainya. dilihat dari status dibagi kedalam dua Dilihat dari fungsinya bank macam yaitu : dibedakan antara Bank Umum dan Bank 1) Bank devisa Perkreditan Rakyat, sebagaimana Bank yang berstatus devisa atau Bank devisa merupakan Bank yang berdasarkan judul bahwa fokus dalam karya ini hanya pada Bank Perkreditan dapat melaksanakan transaksi Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat keluar negeri atau yang (BPR) menurut Pasal 1 ayat (4) Undangundang berhubungan dengan mata uang nomor 10 tahun 1998 adalah: asing secara keseluruhan. Bank yang melaksanakan kegiatan 2) Bank non devisa usahanya secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam 61

kegiatannya tidak memberikan jasa deposito berjangka, sertifikat deposito, dalam lalu lintas pembayaran. dan atau tabungan pada bank lain; Artinya bahwa kegiatan BPR jauh Selain kegiatan usaha yang lebih sempit jika dibandingkan dengan diperbolehkan seperti halnya jenis usahausaha kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR di atas, juga ditentukan ada hanya meliputi kegiatan penghimpunan beberapa larangan yang membatasi dan penyaluran dana saja, bahkan dalam kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat, menghimpun dana BPR dilarang untuk larangan tersebut meliputi: menerima simpanan giro. Begitu pula 1. menerima simpanan giro dan ikut serta dalam hal jangkauan wilayah operasi, dalam lalu lintas pembayaran; BPR hanya dibatasi dalam wilayahwilayah 2. melakukan kegiatan usaha dalam tertentu saja. Selanjutnya valuta asing; pendirian BPR dengan modal awal yang 3. melakukan penyertaan modal; relatif lebih kecil jika di banding dengan 4. melakukan kegiatan usaha modal awal Bank Umum. Larangan lain perasuransian; bagi BPR adalah tidak ikut kliring serta 5. melakukan usaha lain di luar kegiatan transaksi valuta asing. usaha seperti di atas. Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, maka sesuai dengan Pasal 13 3.1 Bank Perkreditan Rakyat dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang menjalankan prinsip kehati-hatian Perbankan, BPR dapat melakukan hal-hal terhadap pemberian kredit kepada sebagai berikut: 3 nasabah. 1. Menghimpun dana dari masyarakat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam bentuk simpanan berupa menurut Pasal 1 ayat (4) Undangundang deposito berjangka, dan atau bentuk nomor 10 tahun 1998 adalah: lainnya yang dipersamakan dengan Bank yang melaksanakan kegiatan itu, usahanya secara konvensional atau 2. Memberikan kredit; berdasarkan Prinsip Syariah yang 3. Menyediakan pembiayaan bagi dalam kegiatannya tidak memberikan nasabah berdasarkan prinsip syariah; jasa dalam lalu lintas 4. Menempatkan dananya dalam bentuk pembayaran.artinya di sini kegiatan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), BPR jauh lebih sempit jika 3 Ibid. Hal. 52 dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan 62

penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayahwilayah tertentu saja. Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, maka sesuai dengan Pasal 13 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, BPR dapat melakukan halhal sebagai berikut: 4 a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, b) Memberikan kredit; c) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip syariah; d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain; Dalam menjalankan salah satu jenis usaha yang diperbolehkan terhadap BPR yaitu memberikan kredit. BPR sebagai lembaga perbankan secara umum harus memperhatikan prinsip kehati-hatian. Adapun dalam menjalankan prinsip kehati-hatian tersebut hendaknya BPR melakukan penelitian terhadap para calon nasabahnya. Sebagaimana tercantum dalam pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa a) dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau iktikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. b) Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiyaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kredit Modal Kerja yang diberikan oleh BPR kepada nasabah diperlukan adanya jaminan. Jaminan pengikatan kredit dibedakan atas jaminan pokok dan jaminan tambahan. a) Jaminan pokok yang terdiri dari barang-barang bergerak maupun tidak bergerak dan/tagihan yang langsung berhubungan dengan aktivitas usahanya yang dibiayai dengan kredit. b) Jaminan tambahan dapat berupa: 4 Ibid 63

1) Jaminan pribadi atau jaminan perusahaan yang dibuat secara notariel serta jaminan bank. 2) barang-barang tidak bergerak contohnya yaitu: tanah, bangunan dan barang-barang bergerak contohnya yaitu: motor dan mobil. Pada umumnya jaminan berupa tanah dibuktikan dari agraria, motor dan mobil dibuktikan dengan BPKB, yang selanjutnya disimpan dalam berkas khusus (map warkat kredit). BPR dalam hal ini perlu mengadakan penelitian yang semestinya atas kewajaran dari data dan informasi yang diterima dari nasabah sebelum mengadakan analisis-analisis yang ditentukan. Hal ini untuk mencegah kesimpulan yang kurang tepat serta memperlambat pengambilan keputusan. Penelitian dan Penilaian Barangbarang Jaminan Tambahan. Pada tempatnyalah bila jaminan-jaminan tambahan yang ditawarkan/pada saat pertama kalinya akan dijaminkan, mendapatkan pemeriksaan yang semestinya dari pejabat bank. Dalam penyajian datanya kepada pejabat yang berhak memutuskan, petugas kredit sudah harus mensortir jenis-jenis barang yang dapat diikat sebagai jaminan secara juridis-perfect saja. 3.2 Penyelesaian jaminan yang kurang dari kredit pinjaman oleh nasabah. Usaha yang dilakukan oleh BPR untuk membantu pihak debitur yang mana jaminan yang diberikan kurang memenuhi syarat, maka pihak Bank menyarankan kepada nasabah, yaitu: a) Debitur mengurangi pinjaman kredit sesuai dengan harga maksimal dari barang jaminan. b) Apabila debitur tetap bertahan dan meminta pinjaman sebesar keinginan debitur, maka Pihak bank melakukan pengkajian ulang pada barang jaminan dengan cara pemeriksaan kembali dan menentukan permintaan debitur diloloskan atau tidak. Dilakukan penelitian ulang terhadap pengajuan pinjaman, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penelitian Ulang atas Realisasirealisasi Usaha Data-data realisasi pembelian, produksi dan penjualan dalam minimal 3 bulan terakhir, dibandingkan dengan realisasi bulan-bulan sebelumnya, baik dalam kuantum maupun nilai rupiahnya. Perbandingan dengan aktivitas rekening untuk pinjaman- 64

pinjaman yang sedang berjalan komoditi yang bersangkutan di akan sangat bermanfaat. pasaran setempat dengan Khusus mengenai realisasi memperhitungkan usaha-usaha produksi, perlu dibandingkan sejenis serta impor, jika ada. Jika dengan kepastian alat/mesin-mesin telah diketahui kebutuhan pasaran produksi yang bersangkutan. lokal, maka akan diketahui pula Kenaikan dan penurunan produksi kelonggaran pemasaran yang ada, dijelaskan secara kuantitatif sehingga dengan mudah dapat maupun kualitatif. Perlu diteliti diketahui batas-batas kewajaran juga kapasitas keseimbangan atas sejauh mana produksi masih mesin-mesin agar dapat dilihat ditingkatkan. Dengan demikian efisiensi kerjanya. b. Penelitian Ulang atas rencanarencana dapat diketahui apakah rencana kenaikan produksi yang diajukan Usaha oleh nasabah cukup wajar atau Rencana-rencana aktivitas (minimal 6 bulan mendatang) perlu mendapat penelaahan yang seksama, dan tidak. c. Penelitian dan Penilaian Barangbarang Jaminan Tambahan membandingkannya dengan Pada tempatnyalah bila jaminanjaminan perkembangan pada bulan-bulan tambahan yang sebelumnya, baik dalam nilai ditawarkan/pada saat pertama maupun dalam kuantum. Dalam kalinya akan dijaminkan, kaitannya dengan rencana produksi, mendapatkan pemeriksaan yang diteliti juga hubungan rencana semestinya dari pejabat bank. dengan kapasitas produksi, serta penjelasan mengenai sumber serta Dalam penyajian datanya kepada pejabat yang berhak memutuskan, kontinuitas bahan baku dan lainlain. petugas kredit sudah harus Apabila produksi dimaksud bukan untuk diekspor melainkan untuk pasaran setempat/lokal, diadakan penelitian, apakah rencana produksi dan peningkatannya masih dalam batas-batas yang wajar ditinjau dari mensortir jenis-jenis barang yang dapat diikat sebagai jaminan secara juridis-perfect saja. Di samping jenis/nama barang, jumlah maupun harga taksasi dari masing-masing jaminan, menurut penilaian petugas kredit sendiri segi penyediaan. Hal tersebut harus jelas-jelas disebutkan tentunya sudah ada untuk jenis mengenai status pemilikan atas 65

barang-barang tersebut (khususnya atas tanah dan bangunan atau barang-barang/alat-alat besar dalam kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan status sewa beli). Petugas kredit pembiayaan dimaksud sesuai mengadakan penilaian secara wajar dan benar. Apabila perlu, dapat dengan yang diperjanjikan. - Bank umum wajib memiliki dan dengan bantuan dari pihak-pihak menerapkan pedoman ketiga yang dapat perkreditan dan pembiyaan dipertanggungjawabkan seperti berdasarkan prinsip syariah, kantor agraria atau juru taksir. sesuai dengan ketentuan yang Apabila langkah-langkah ditetapkan oleh Bank Indonesia. tersebut tetap belum dapat meloloskan Disamping itu juga untuk permintaan nasabah, maka langkah memberikan keyakinan dari pada terakhir pihak bank adalah meminta BPR hendaknya debitur debitur untuk menambah jaminan meyertakan adanya jaminan yang telah diberikan. sebagai jaminan atas pengembalian hutang tersebut, jika dimungkinkan IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN a. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam menjalankan prinsip kehatihatian harus berdasarkan undangundang perbankan. Adapun dalam menjalankan prinsip kehati-hatian mempunyai nilai yang lebih dari pada pokok hutangnya. b. Usaha yang dilakukan oleh BPR untuk membantu pihak debitur yang mana jaminan yang diberikan kurang memenuhi syarat, maka pihak Bank menyarankan kepada tersebut hendaknya BPR nasabah, yaitu: melakukan penelitian terhadap para - Debitur mengurangi pinjaman calon nasabahnya. Sebagaimana kredit sesuai dengan harga tercantum dalam pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa - dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip maksimal dari barang jaminan. - Apabila debitur tetap bertahan dan meminta pinjaman sebesar keinginan debitur, maka Pihak syariah, bank umum wajib bank melakukan pengkajian mempunyai keyakinan ulang pada barang jaminan berdasarkan analisis yang dengan cara pemeriksaan mendalam atau iktikad baik dan kembali dan menentukan 66

permintaan debitur diloloskan atau tidak. Dalam hal debitur memohon agar keinginan dipenuhi oleh pihak BPR maka Bank dapat melakukan penelitian ulang, dengan ketentuan sebagai berikut: - Penelitian Ulang atas Realisasirealisasi Usaha - Penelitian dan Penilaian Barangbarang Jaminan Tambahan - Penelitian Ulang atas rencanarencana Usaha 4.2 SARAN a. Agar kiranya dalam menerapkan prinsip kehati-hatian ini hendaknya pihak perbankan dalam hal ini BPR, menjunjung tinggi nilai keadilan dari setiap nasabah (debitur). Tidak menilai debitur dari segi kedekatan atau bahkan adanya imbalan yang dijanjikan oleh debitur. b. Tidak memberikan pinjaman kepada nasabah yang jaminannya kurang dari jumlah pinjaman yang akan dipinjam oleh debitur meskipun adanya tekanan dari pihak BPR tentang adanya target kerja. DAFTAR PUSTAKA Djumhana, Muhamad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung. HS. Salim H. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Supramono, Gatot. 1996. Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis. Djambatan. Jakarta. Suyatno, Thomas, dkk. 1999. Dasar-dasar Perkreditan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widjanarta. 1993. Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia. PT. Pustaka Utama Grafiti.Jakarta. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Tentang Perbankan. 67