BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK DAN NASABAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II ASPEK HUKUM PARA PIHAK DALAM TRANSAKSI PERBANKAN. A. Pengertian Hukum Perbankan dan Jenis-Jenis Transaksi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

II. TINJAUAN PUSTAKA

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

BAB II TINJAUAN HUKUM HUBUNGAN BANK DENGAN NASABAH. Kemudian pihak bank menggunakan dana yang disetorkan tersebut untuk

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014

BAB II LANDASAN TEORI. menerbitkan promes atau yang dikenal dengan nama Banknote (uang kertas). Kata

Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

Ronny Kusnandar ISSN Nomor

JENIS, PERIZINAN, PENDIRIAN DAN KEPEMILIKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi termasuk sektor perbankan. Kelengkapan peraturan terutama

Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

PENDAHULUAN. Hukum Perbankan. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

Kata Kunci : Kliring, Operasional dan Perbankan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

PELAKSANAAN PENANGGUNGAN ( BORGTOCHT ) DALAM PERJANJIAN KREDIT. ( Studi Kasus di PD. BPR BANK PASAR Kabupaten Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Presiden Republik Indonesia,

BAB II PERJANJIAN ANTARA NASABAH DAN BANK DIKAITKAN DENGAN HUKUM PERBANKAN. A. Pengertian Bank dan Nasabah Dalam Hukum Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perbankan memiliki peranan yang strategis dalam

BAB II. TINJAUAN UMUM TRANSAKSl PERBANKAN. Bank pertama didirikan di Indonesia oleh pemerintahan Hindia Belanda pada

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebahasaan tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan unsur-unsur, yaitu : 2

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP NASABAH BANK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN NASABAH BANK. menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DI SEKTOR LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

KEGIATAN BANK DALAM PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT. Oleh : Fatmah Paparang 1

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini. Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 10

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK DAN NASABAH 2.1 Tinjauan Umum mengenai Bank Bank sudah ada sejak dahulu, bahkan pada saat jaman sebelum masehi, mengingat uang atau alat tukar-menukar dan proses barter telah dikenal dan dilakukan sejak jaman dahulu pada saat awal peradaban manusia. Bank pada saat itu masih merupakan sebuah lembaga keuangan yang hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang masyarakat, yang uangnya berwujud lempenganlempengan emas atau benda-benda berharga. Sesuai dengan perkembangan jaman, bank bertambah fungsi dan kedudukannya selain sebagai tempat penyimpanan uang masyarakat, dapat juga sebagai perantara dalam kegiatan ekonomi, menyalurkan kredit, tempat tukar menukar valuta asing, dan lain-lain. Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds) sebagai peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary) 1. Lembaga keuangan disini dapat dikategorikan yaitu bank dan lembaga keuangan bukan bank, yang mempunyai peran strategis sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. 2 Dalam perkembangannya, istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga dan membiayai usaha-usaha perusahaan. 3 Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan 1 Muhammad Djuhamna, Op.cit, hal 77. 2 Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Keuangan Intermediasi dalam hukum Positif, (Bandung: CV.Utomo), 2004, Hal 36 3 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, (Bandung :Citra Aditya Bakti), 2003, hal 13. 14

lainnya. 4 Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas 15 yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 5, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka taraf hidup rakyat banyak. Dalam Undang-Undang Perbankan, menurut jenisnya bank terdiri atas: a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melakasanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberi perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu, antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengambangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengambangan pembangunan perumahan. b. Bank Perkreditan rakyat Bank Perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha yang dilakukan oleh Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau syariah diawasi oleh Bank Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan yang keberadaannya diakui secara sah dengan dikeluarkannya peraturan perundangan tersendiri tentu mempunyai asas, fungsi dan tujuan. Asas Perbankan menurut Pasal 2 Undang-Undang Perbankan 4 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada), 2001, hal 11. 5 Selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan

16 adalah: Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama Perbankan menurut Pasal 3 Undang-Undang Perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Tujuan Perbankan Indonesia menurut Pasal 4 Undang-Undang Perbankan yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Adapun kegiatan usaha bank apabila dicermati dari isi Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Perbankan, telah dirinci dan dibatasi, yakni: 6 a. Mengatur kegiatan-kegiatan usaha yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank b. Kegiatan usaha bank tersebut dibedakan antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat c. Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu dan memilih jenis usaha yang sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkan. Salah satu kegiatan usaha bank umum adalah menghimpun dana dari masyarakat. Bank menghimpun dana dari masyarakat adalah dalam bentuk simpanan. Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Perbankan, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Dari pengertian tentang simpanan tersebut maka fasilitas atau produk yang diberikan oleh bank kepada masyarakat untuk menyimpan uang pada bank secara garis besar adalah: a. Giro, adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan. 7 6 Rachmadi usman, Op.cit, hal 61 7 Pasal 1 angka 7, Undang-undang Perbankan

17 b. Deposito Berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. 8 c. Sertifikat Deposito adalah berjangka yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. 9 d. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. 10 Tabungan merupakan salah satu produk bank yang paling banyak dipergunakan oleh nasabah untuk menyimpan dana pada bank, dan sesuai dengan perkembangan dunia perbankan pada era modern sekarang ini, cara penarikan tabungan yang paling banyak yang digunakan saat ini adalah buku tabungan, cash card, Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dan debet card. 2.2 Hubungan Bank dan Nasabah Dalam hubungan hukum antara bank dengan nasabah, terdapat beberapa macam jenis nasabah, yaitu : 1. Nasabah adalah 11 pihak yang menggunakan jasa bank. 2. Nasabah Penyimpan adalah 12 nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 3. Nasabah Debitur adalah 13 nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 8 Pasal 1 angka 8, Undang-undang Perbankan 9 Pasal 1 angka 9, Undang-undang Perbankan 10 Pasal 1 angka 10, Undang-undang Perbankan 11 Pasal 1 butir 16, Undang-undang Perbankan 12 Pasal 1 butir 17, Undang-undang Perbankan 13 Pasal 1 butir 18, Undang-undang Perbankan

18 4. Nasabah Bank adalah 14 seseorang yang memiliki hubungan yang permanen dengan bank, seperti memiliki rekening pada bank atau memiliki perjanjian dengan bank untuk membuka sebuah rekening. 5. Costumer of the bank is 15 a person who has a more permanent link with a bank, like having an account with the bank or having an agreement with the bank to open an account. Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada 2 unsur yang saling terkait, yaitu hukum dan kepercayaan. Berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat untuk menempatkan dananya dan menggunakan produk-produk perbankan yang ada pada suatu bank, bank dapat menjalankan kegiatan usahanya. Berdasarkan 2 fungsi utama bank yaitu fungsi pengerahan dana dan fungsi penyaluran dana, maka terdapat 2 hubungan hukum antara bank dan nasabah yaitu: 16 1. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpanan dana Nasabah penyimpan dana dapat menyimpan dananya pada bank dalam berbagai bentuk simpanan, yaitu giro, tabungan, deposito berjangka daan sertifikat deposito. Hubungan hukum anatara bank dan nasabah penyimpan dana dituangkan dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan yang berisikan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat umum yang harus disetujui oleh nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk perbankan yang ada karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan sama dari produk perbankan yang lain 2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur Dalam Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Perbankan disebutkan bahwa nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 14 Chu Chai, Poh. Law of Banker and Costumer, ( Singapore: Butterwoths Asia, 1999), Hal 26. 15 Ibid 16 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), hal.127.

19 Hubungan antara bank dan nasabah debitur dituangkan dalam perjanjian kredit bank, yang di dalam praktek pada umumnya berbentuk suatu perjanjian standar atau perjanjian baku. Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dan nasabah adalah hubungan kontraktual. 17 Hal ini berlaku terhadap semua nasabah, baik nasabah penyimpan (kreditur), nasabah debitur, maupun walk in costumer. Hubungan kontraktual ini terjadi pada saat nasabah menjalin hubungan hukum dengan pihak bank, setelah nasabah melakukan hubungan hukum seperti membuka rekening tabungan, deposito, dan produk perbankan lainnya. Hukum kontrak yang menjadi dasar hubungan bank dan nasabah bersumber dari ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata tentang Perikatan (Buku Ketiga). Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi para pihak. Seperti halnya dalam kontrak kredit bagi nasabah debitur, bagi nasabah penyimpan dan walk in costumer juga diberlakukan kontrak dalam bentuk kontrak standar (kontrak baku), yang biasanya terdapat ketentuan-ketentuan yang berat sebelah dan lebih menguntungkan pihak bank. Perjanjian baku ialah perjanjian yang klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh bank dan pihak nasabah tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan. 18 Di dalam praktek, perjanjian baku tumbuh sebagai perjanjian tertulis dalam bentuk formulir. Bank telah mempersiapkan suatu syarat baku pada suatu formulir perjanjian yang kemudian diserahkan kepada pihak nasabah untuk disetujui dan tidak memberikan kebebasaan kepada nasabah untuk melakukan negosiasi atas syarat-syarat yang diajukan. 19 Penggunaan kontrak baku ini karena adanya perjanjian sejenis yang terjadi secara berulang-ulang disertai dengan isi dan syarat perjanjian yang selalu sama, yang mungkin berbeda terletak pada subyek dan obyeknya. 17 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern (Berdasarkan UU Tahun 1998), Buku I, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hal 102. 18 Sutan Remi Sjahdeni 2, opcit, hal 66. 19 Sutan Remi Sjahdeni 2, Ibid

20 Menurut Holden 20 hubungan kontraktual yang ada antara bank dan nasabah adalah suatu hubungan yang kompleks yang pada mulanya terdapat dalam kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam dunia perbankan. Banyak dari kebiasaan-kebiasaan tersebut yang kemudian diakui oleh pengadilan dan sedemikian rupa ketentuan-ketentuan tersebut telah diakui oleh pengadilan sehingga harus dianggap sebagai implied terms (syarat-syarat yang selalu tersirat)dalam setiap perjanjian antara bank dan nasabah. Holden mengemukakan bahwa sedikit sekali nasabah yang menyadari bahwa apabila ia membuka suatu rekening (account) pada suatu bank, yang mungkin pada waktu pelaksanaannya tidak banyak formalitas yang harus dilakukannya, bahwa ia sebenarnya telah memasuki suatu perjanjian (contract) yang didalamnya tersirat banyak syaratsyarat yang bila harus dituliskan akan mencapai beberapa halaman. Perjanjian yang terjadi diantara nasabah dan pihak bank menimbulkan perikatan. Dari perikatan ini timbullah suatu akibat yaitu berupa kewajiban pada salah satu atau lebih dalam perjanjian. Hak dan kewajiban dari bank dan nasabah adalah sebagai berikut: 21 1. Kewajiban Bank a. Menjamin kerahasiaan, identitas bank beserta dengan dana yang disimpan pada bank kecuali kalau peraturan perundang-undangan menentukan lain. b. Menyerahkan dana kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati c. membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian d. mengganti kedudukan debitur dalam hal nasabah tidak mampu melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga e. melakukan pembayaran kepada eksportir dalam hal digunakan fasilitas Letter of Credit (L/C), sepanjang persyaratan untuk itu telah dipenuhi. f. memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan simpanan dananya di bank g. mengembalikan agunan dalam halm kredit telah lunas. 20 J. Milnes Holden, The Law and Practice of Banking, Volume 1, (The English Language Book Society and Pitman, 1982), Hal 29, seperti dikutip oleh Sjahdeini, opcit, hal 134-135. 21 Sentosa Sembiring,, Hukum Perbankan, ( Bandung: Manadar Maju), 2000, hal 63

21 2. Hak Bank a. mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada nasabah b. menolak pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati bersama c. melelang agunan dalam hal nasabaha tidak mampu melunasi kredit yang diberikannya sesuai dengan akad kredit yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak d. pemutusan rekening nasional (klausul ini hanya cukup ditemui dalam praktek) e. mendapatkan buku cek, Bilyet Giro, Buku Tabungan, Credit Card, dalam hal penutupan rekening. 3. Kewajiban Nasabah a. mengisi dan menandatanagani formulir yang telah disediakan oleh bank sesuai dengan layanan jasa yang diingin kan oleh calon nasabah b. melengkapi persyaratan yang ditentukan oleh pihak bank c. menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank. Dalam hal ini dana awal tersebut cukup bervariasi tergantung dari jenis layanan jasa yang diinginkan d. membayar provisi yang ditentuakn oleh bank e. menyerahkan buku cek atau giro bilyet tabungan 4. Hak Nasabah a. mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank seperti fasilitas b. mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melalui bank c. menuntut bank dalam hal terjadi pembocoran rahasia nasabah d. mendapatkan sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk melunasi kredit yang tidak terbayar. Nasabah dan pihak bank masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dan sejajar, juga mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Maka,

22 diharapkan dalam pelaksanaannya nasabah dan pihak bank masing-masing sudah mengerti akan hak dan menjalankan kewajibannya, agar tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam menjalankan hubungan hukum antara bank dan nasabah, Bank harus memperhatikan asas-asas hubungan hukum antara bank dan nasabah, yaitu: 1. Hubungan Kepercayaan Hubungan antara bank dan nasabah dilandasi oleh asas kepercayaan. Nasabah bersedia menempatkan dananya di bank dan memanfaatkan jasa pelayanan perbankan karena nasabah percaya bahwa bank dapat membayar kembali dana yang disimpan di bank apabila ditagih dan memberikan pelayanan terbaiknya. Undang-undang Perbankan dalam penjelasan Pasal 29 menyatakan bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan.. Yang berarti bahwa nasabah penyimpan dana dalam berhubungan dengan bank didasarkan pada kepercayaan bahwa bank akan berkemampuan dan berkemauan untuk membayarkan kembali simpanan nasabah pada waktu ditagih. Dengan kata lain bahwa hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana bukan sekedar hubungan kontraktual biasa antara debitur dan kreditur yang diliputi oleh asas-asas umum dari hukum perjanjian tetapi juga hubungan kepercayaan yang diliputi asas kepercayaan. 22 Dengan demikian Undang-undang Perbankan secara eksplisit mengakui bahwa hubungan antara bank dan nasabah debitur maupun walk in costumer juga dilandasi hubungan kepercayaan. Di dalam praktek nasabah percaya pada apa yang dikemukakan oleh pejabat bank sebagai suatu informasi yang terpercaya. Nasabah tidak hanya meminta informasi tetapi juga sering meminta advice atau nasihat dari bank mengenai urusan-urusan finansial dan bisnis yang dijalankannya. 23 Pentingnya kepercayaan masyarakat terhadap bank telah menciptakan hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya menjadi penting. Hal ini terjadi karena Bank memiliki status yang unik di dalam masyarakat, selain sebagai sandaran kepercayaan, juga menempati posisi khusus sebagai tempat yang aman. 22 Sutan Remi Sjahdeni 2, op.cit, hal 167. 23 Ibid

23 2. Hubungan Kerahasiaan Kepercayaan masyarakat lahir apabila ada jaminan dari bank bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak akan disalah guanakan. Dengan adanya jaminan kerahasian atas semua data data masyarakat dalam hubungannya dengan bank, maka masyarakat mempercayai bank tersebut, kemudian selanjutnya mereka akan menempatkan uangnya pada bank dan memanfaatkan jasa bank. Hubungan antara bank dan nasabah mempunyai sifat kerahasiaan. Hal ini terkait dengan ketentuan mengenai rahasia bank antara lain ditujukan untuk kepentingan nasabah agar terlindungi kerahasiaan yang menyangkut keadaan keuangannya. Disamping itu, ketentuan rahasia bank diperuntukkan juga bagi kepentingan bank, agar bank dapat dipercaya dan kelangsungan hidupnya terjaga. 3. Hubungan Kehati-hatian Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa perbankan indanesia dalam melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudential banking principle) didasarkan kepada fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Sebagai bank beroperasi dengan menggunakan dana yang ditetapkan oleh msayarakat. Apabila dana yang dititipkan dikelola secara kurang hati-hati maka akan mengurangi kepercayaan nasabah kepada bank. Prinsip kehati-hatian juga disebutkan dalam pasal 29 Undang-Undang Perbankan. Ketentuan yang mewajibkan bank untuk melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip kehati-hatian dihubungkan dengan kewajiban bank untuk tidak merugikan kepentingan nasabah yang telah mempercayakan dananya kepada bank. Bahwa sekalipun pada hakekatnya uang yang disimpan oleh nasabah penyimpan dana telah menjadi milik bank sejak disetorkan, selama penyimpan dana telah menjadi milik bank sejak disetorkan, selama penyimpanan bank tidak mempunyai kebebasan mutlak untuk menggunakan dana tersebut. Bank hanya boleh menggunakan dan itu untuk tujuan dan cara yang dapat

24 menjamin kepastian bahwa bank akan mampu membayar kembali dana nasabah yang disimpan padanya apabila ditagih oleh penyimpananya, dalam hal dana tersebut dipakai untuk pemberian kredit, bank wajib mempunyai keyakinan pada kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah salah satu upaya untuk meminimalkan risiko usaha dalam pengelolaan bank, baik melalui ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maupun ketentuan intern bank yang bersangkutan. Menurut Sutan Remi Sjahdeini, prinsip kehati-hatian tersebut harus dijalankan oleh bank tidak hanya karena dihubungkan dengan kewajiban bank untuk tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank, tetapi juga karena kedudukan bank yang istimewa dalam masyarakat. Kedudukan bank disini sebagai bagian dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja. Pertumbuhan perbankan yang pesat memacu untuk beroperasi dalam iklim usaha yanag kompetitif, inovasi, dalam menaarkan produk dan jasa pelayanan perbankan semakin meningkat, demikian pula dengan risiko yang harus dihadapi. Mengingat bahwa hubungan antara bank dan nasabahnya adalah hubungan kehatihatian, maka untuk menghindari kemungkinan timbulnya risiko dan mendorong kondisi perbankan yang sehat, bank perlu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2.3 Usaha Perlindungan Nasabah Dalam Arsitektur Perbankan Indonesia terdapat visi yaitu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam menunjang pencapaian visi tersebut terdapat enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia, enam pilar tersebut adalah: a. Struktur perbankan yang sehat b. Sistem pengaturan yang efektif

25 c. Sistem pengawasan yang independen dan efektif d. Industri perbankan yang kuat e. Infrastruktur pendukung yang mencukupi f. Perlindungan konsumen. Menyangkut Pilar keenam API yaitu usaha untuk melindungi konsumen sebenarnya tidak bergantung pada penerapan hukum perdata semata sebagaimana diharapkan melalui sanksi dan mekanisme gugatan ganti rugi. Ketentuan hukum lainnya seperti hukum pidana, maupun hukum administrasi Negara juga memuat ketentuan aturan yang dapat melindungi konsumen, seperti mekanisme perizinan dan pengawasan yang diperketat. Kondisi saat ini mengenai perlindungan konsumen telah mendapatkan perhatian yang serius dengan ditetapkannya peraturan perundang-undangan yang mengatur untuk itu, yakni Undang-undang Perlindungan Konsumen. Namun demikian tetap diperlukan suatu kehati hatian dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab atas kelalaian atau kesalahan yang telah terjadi dalam pengelolaan atau pengurusan bank sehingga terjadi suatu kerugian teralami oleh para penabung. Ketentuan pidana yang tercantum dalam KUHP, dapat pula dijadikan sandaran dalam rangka perlindungan nasabah, di antara ketentuan tersebut, adalah pasal 263, 372 dan juga pasal 374, juga pasal pasal lainnya. 24 Termasuk ketentuan pidana yang tersebar dalam perundang undangan khusus perbankan, maupun yang berkaitan dengan materi perbankan. Sebagai lembaga pengawas perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mempunyai peranan yang besar sekali dalam usaha melindungi dan menjamin agar nasabah tidak mengalami kerugian akibat tindakan bank yang salah. BI diharapkan secara aktif lagi melakukan tugas dan kewenangannya untuk mengawasi pelaksanaan peraturan perundang undangan oleh seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. Pengawasan yang efektif dan baik, adalah merupakan langkah preventif dalam membendung atau setidaknya mengurangi kasus kerugian nasabah karena tindakan bank, atau lembaga keuangan lainnya yang melawan hukum. 24 Muhammad Djumhana, op.cit, hal 342

26 Pilar keenam API yaitu perlindungan konsumen dalam perbankan inilah yang melandasi munculnya PBI tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah sebagai bentuk salah satu upaya untuk meningkatkan Good Governance pada industri perbankan dan memberdayakan nasabah untuk memberikan kejelasan pada nasabah mengenai manfaat dan risiko yang melekat pada produk bank, serta diperlukan untuk meningkatkan perlindungan terhadap hak-hak pribadi nasabah dalam berhubungan dengan bank. Nasabah dalam hal ini adalah konsumen layanan barang dan jasa perbankan dimana hak-haknya harus dilindungi.