BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Gibson, 1996). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH SIRSAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa jenis basil gram negatif dari Genus Shigella. Masa inkubasi bakteri

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, namun demikian pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (Al Shamrany, 2006). Salah satu penyakit gigi yang banyak terjadi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimanfaatkn untuk pengobatan tradisional (Arief Hariana, 2013).

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

INTISARI. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma Heyneana Val) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella Dysentriae SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan penyebab yang banyak menimbulkan kesakitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Saifudin, 2011). Indonesia merupakan salah satu negara pengguna tumbuhan terbesar di dunia bersama negara lain di Asia seperti Cina dan India. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kekayaan sumber alam yang dimiliki dan keragaman budaya yang terpelihara sampai saat ini. Kekayaan alam hutan tropis Indonesia memiliki banyak tumbuhan berkhasiat untuk obat contohnya Annona muricata (Hidayat, 2005). Annona muricata menjadi obat herbal di banyak negara dan sekarang menyebar luas di seluruh bagian tropis dan subtropis dari belahan dunia ini salah satunya dari wilayah Amerika yang beriklim tropis, terutama Amerika Tengah dan Selatan telah menyebar luas ke Asia yaitu Thailand, Malaysia dan Indonesia.. Seluruh bagian dari pohon A. muricata telah digunakan dalam pengobatan alami di daerah tropis termasuk kulit kayu, daun, akar dan biji. Umumnya jus buah digunakan untuk melawan cacing dan parasit, meningkatkan ASI setelah melahirkan, mengatasi diare serta disentri. Serbuk dari biji buah Annona muricata sebagai vermifuge, dan anthelmintik terhadap parasit internal atau eksternal dan cacing. Kulit kayu, daun dan akar dianggap sebagai obat penenang, antispasmodik, hipoglikemik, hipotensi dan relaksan (Adewole and Martins, 2006). Setiap 100 g buah yang dapat dimakan mengandung vitamin B 0,07 mg, vitamin C 20 mg, sukrosa 2,54%, dekstrosa 5,05% dan levulosa 0,04% (Sukarmin, 2010). Daging buah sirsak mengandung 114 senyawa volatil yang terdiri atas 44 ester, 25 terpen, 10 alkohol, 9 aldehid dan keton, 7 senyawa aromatik, 5 hidrokarbon, 3 asam, 3 lakton dan 8 senyawa lainnya (Gajalakhsmi et 1

2 al., 2012). Kandungan utama dari daging buah sirsak yang belum matang adalah ester (Z)-3-Hexen-l-ol, sedangkan pada buah matangnya kandungan utamanya adalah methyl (E)-2-hexanoat dan methyl (E)-2-butanoate (Iwaoka and Zhang, 1993). Ekstrak air buah sirsak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Vibrio cholera dalam konsentrasi 1:5 dan 1:10 (Vieira, 2010). Ekstrak etanol daun sirsak mempunyai aktivitas antibakteri Staphylococus aureus, Proteus vulgaris, Klebsiella pneumoniae dan Bacillus subtilis (Prachi, 2010). Ekstrak biji Anona muricata dapat digunakan sebagai antiinsektisida terutama untuk mengendalikan Sitophilus zeamais (Asmanizar, 2012). Ekstrak kloroform dari biji sirsak mempunyai aktivitas antilarva yaitu dapat menghambat pertumbuhan larva dengan LC 50 0,9005 µg/ml dan LC 90 6,1776µg/mL, selain itu ekstrak etil asetat biji sirsak mempunyai aktivitas sitotoksik dan antilesminal lebih tinggi daripada ekstrak heksan dan metanol (Jaramilo et al., 2000). Bakteri Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, Staphylococcus aureus terdapat dalam jumlah sedikit pada flora normal usus, dan bersifat patogen jika pertahanan tubuh menurun. P aeruginosa menyebabkan infeksi luka dan luka bakar serta infeksi saluran kemih jika dimasukkan dengan kateter atau dalam larutan irigasi (Jawetz et al, 2001). Shigella sonnei merupakan genus basil Gram negatif yang menyebabkan disentri ringan. Shigella sonnei dapat memfermentasikan laktosa secara lambat pada biakan organismenya (Anonim, 2012) sedangkan Staphylococcus aureus banyak ditemukan pada kulit, mulut, dan saluran pernafasan. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada luka dan pneumoni (Entjang, 2003). Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daging buah sirsak (Annona muricata L.) terhadap Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae serta mengetahui golongan senyawa aktif yang berperan menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.

3 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak etanol daging buah sirsak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae? 2. Senyawa kimia apa yang terkandung dalam ekstrak etanol daging buah sirsak? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daging buah sirsak terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae melalui metode dilusi padat. 2. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol daging buah sirsak dengan kromatografi lapis tipisnya. D. Tinjauan Pustaka 1. Buah Sirsak (Annona muricata L.) Tanaman sirsak berasal dari Amerika Latin, tepatnya di sekitar Peru, Argentina, Hutan Amazon dan kepulauan Karibia. Berkat khasiat zat-zat yang terkandung di dalamnya, sejak dahulu sirsak telah menjadi andalan penduduk setempat (Hastomi dkk, 2011). a. Klasifikasi Tanaman sirsak mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceales Famili : Annonaceae

4 Genus : Annonaa Spesies : Annona muricata L. (Hastomi dkk, 2011) b. Bagian tanaman yang digunakan Daun, buah segar dan kulit batang berkhasiat obat (Hariana, 2006). Pada tahun 1976, National Cancer Institute melakukan skrining tumbuhan sirsak. Bagian daun dan batang tumbuhan sirsak mempunyai aktivitas antikanker (Taylor, 2002). c. Khasiat Tanaman sirsak bermanfaat untuk berbagai pengobatan. Buah sirsak merupakan buah yang kaya akan senyawa fitokimia. Senyawa fitokimia berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas, meningkatkan pertahanan tubuh (sistem imun) serta memperlambat proses penuaan. Salah satu zat yang berfungsi sebagai antioksidan adalah vitamin C. Dengan kandungan cukup besar yaitu 20 mg/100g, sirsak merupakan komoditi sumber vitamin C cukup penting (Hastomi dkk, 2011). d. Kandungan Kimia Buah sirsak mengandung protein, kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin C batang dan daun kaya akan tannin, fitosterol, kalsium oksalat, serta alkaloid murisine (Hariana, 2006). Gambar 1. Tanaman Annona muricata L.

5 2. Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan Gram positif yang memiliki diameter sekitar 0,5-1,0 µm, yang tumbuh dalam kelompok, berpasangan dan sesekali dalam rantai pendek. Staphylococcus dapat menyebabkan berbagai infeksi (Anonim, 2012). Kuman ini sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antibakteri dan merupakan sebuah masalah besar dalam terapi. Staphylococcus aureus dapat menyebakan penyakit pneumonia, empiema, endokarditis dan meningitis (Jawetz et al., 2005). 3. Pseudomonas aeruginosa Klasifikasi Pseudomonas aeruginosa adalah sebagai berikut : Superkingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Classs : Gammaproteobacteria Order : Pseudomonadales Family : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Spesies : Pseudomonas aeruginosa (NCBI, 2012) Pseudomonas aeruginosa merupakan sel tunggal, bakteri Gram negatif, berbentuk batang, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Tidak mempunyai spora, tidak mempunyai selubung (sheath) serta mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini merupakan bakteri oksidase positif, non fermenter, dan aerob obligat. Pseudomonas aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri (Mayasari, 2006). 4. Shigella sonnei Klasifikasi Shigella sonnei adalah sebagai berikut : Superkingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Classs : Gammaproteobacteria

6 Order : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Spesies : Staphylococcus saprophyticus (NCBI, 2012). Habitat alamiah Shigella terbatas pada saluran cerna manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies menimbulkan disentri basiler (Pelczar dan Chan, 1986). 5. Streptococcus pneumoniae a. Sistematika dan klasifikasi Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi adalah Streptococcus pneumonia. Berikut klasifikasi bakteri Streptococcus pneumoniae : Kingdom : Bacteria Phylum : Firmicutes Class : Diplococcic Ordo : Lactobacillales Family : Streptoccoceae Genus : Streptococcus Spesies : Streptococcus pneumoniae (Jawetz dkk., 2005). b. Morfologi Streptococcus pneumoniae adalah Gram positif, berbentuk bulat telur atau seperti bola, penghuni normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronkhitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya. Serangan pneumonia pneumococcus biasanya mendadak demam, menggigil, dan nyeri pleura yang nyata. Pada awal penyakit, ketika demam tinggi, terdapat bakteremia dalam 10-20% kasus. Pneumonia yang disertai bakteremia selalu menyebabkan angka kematian yang paling tinggi. Penggunaan terapi antimikroba, penyakit dapat sembuh secara bertahap, bila diberikan dari awal, maka terjadinya infeksi dapat dihalangi (Jawetz dkk., 2005). Bakteri Streptococcus pneumoniae dapat tumbuh dengan baik pada suhu 37,5ºC dalam media dengan ph 7,6-7,8 pada suasana aerob dan fakultatif anaerof.

7 Bakteri ini dapat membentuk koloni bulat kecil yang dikelilingi zona kehijauan dalam perbenihan lempeng agar darah. Dalam sputum kering yang tidak terkena sinar matahari langsung, bakteri Streptococcus pneumoniae dapat bertahan selama beberapa bulan. Bakteri ini hanya bertahan selama beberapa hari dalam perbenihan biasa dan mati oleh sinar matahari langsung (Radji, 2011). 6. Uji Aktivitas Antibakteri Penentuan kepekaan bakteri patogen terhadap antimikroba dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yakni dilusi atau difusi. Metode dilusi menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Pratiwi, 2008). 7. Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000). Metode penyarian yang digunakan tergantung dari wujud dan kandungan zat dari bahan tumbuhan yang diekstraksi dan serta jenis senyawa yang diisolasi (Voight, 1995). Biasanya metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi (Ansel, 1989). Lamanya waktu maserasi berbeda-beda tergantung pada sifat atau ciri campuran serbuk dan pelarut. Lamanya waktu maserasi harus cukup supaya dapat memasuki semua rongga dan struktur serbuk dan melarutkan semua zat yang mudah larut. Lamanya maserasi bisa memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari untuk ekstraksi yang optimum. Maserasi biasanya dilakukan pada

8 temperatur 15 C-20 C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan yang larut akan melarut (Ansel,1989). 8. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif untuk memisahkan komponen - komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran (Clark, 2007). Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending). Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan, lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Gandjar, 2007). E. Landasan Teori Ekstrak air buah sirsak dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan Vibrio cholera dengan penghambatan >13mm (Vieira, 2010). Chukwuka, et al (2011) melaporkan ekstrak metanol dari bagian tanaman Annona muricata dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies bakteri E.coli. Menurut Prachi (2010), ekstrak metanol daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29213, Proteus vulgaris ATCC 13315, Streptococcus pyogenes ATCC 8668, Bacillus subtilis ATCC 12432, Salmonella typhimurium ATCC 23564 dan Klebsiella pneumonia NCIM No.2719 dengan zona hambat yang berbeda-beda. Etanol bisa menarik komponen metabolik sekunder dari tanaman yang sifatnya semi polar contohnya beberapa alkaloid dan flavonoid serta dapat juga menarik senyawa yang bersifat polar contohnya flavonoid, glikosida, tanin (Sarker et al., 2006). F. Hipotesis Ekstrak etanol daging buah sirsak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa, Shigella sonnei, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.