BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 03. Yuniati, PhD

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB IV DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA NIAMEY

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Data Dalam penulisan ini, diperlukan data-data penunjang untuk menjawab

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

Perencanaan Air Bersih

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

pekerjaan yang sistematis mulai dari awal sampai selesainya pekerjaan, sehingga

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN

STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

BAB V ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH

TUGAS KELOMPOK PREDIKSI KEBUTUHAN DOMESTIK AIR BERSIH DI SUATU KLASTER PERUMAHAN/SUATU DAERAH BAHAN PRESENTASI DISUSUN OLEH :... NIM :...

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN WOLOAN SATU UTARA KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN LAHENDONG KECAMATAN TOMOHON SELATAN KOTA TOMOHON

DESAIN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN TINOOR

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Analisa Kebutuhan Air Minum Kampus Binawidya Universitas Riau Pekanbaru Ghiffari Ahmad 1), Jecky Asmura 2), David Andrio 2)

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA UUWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Taratara Kecamatan Tomohon Barat

KAJIAN KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MASYARAKAT KOTA LUBUK BASUNG DALAM MENDAPATKAN PELAYANAN AIR BERSIH

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

1.1 Latar Belakang 1

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

PERENCANAAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KELURAHAN SAMBALIUNG KECAMATAN SAMBALIUNG KABUPATEN BERAU ABSTRAK

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MUNTE KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SOYOWAN KECAMATAN RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM IKK DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM UNIT OPERASIONAL KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahnia Nazthalia (2012) mengadakan penelitian Analisa Kebutuhan Air

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA PATOKAAN KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN AIR BERSIH DI KELURAHAN GURABUNGA KOTA TIDORE KEPULAUAN

Daftar Tabel. Halaman

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH IKK ALALAK

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH (PDAM) KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU UNTUK 10 TAHUN KE DEPAN

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BANDUNG KULON Tahun ISSN / ISBN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BANDUNG KIDUL

BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH IKK ALALAK

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ARIF SETIAWAN NIM I PROGRAM STUDI DIII TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MOTONGKAD UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN TARIF AIR MINUM PDAM KOTA KUALA KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar. Jumlah penduduk dunia pada tahun 2010 menurut IDB (International

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Suluun Tiga Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH

OLEH: Loufzarahma Tritama Nazar NRP DOSEN PEMBIMBING: Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc., Ph.D

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

Transkripsi:

BAB III PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM III.1 Umum Dalam suatu perencanaan instalasi pengolahan air minum perlu ditentukan kebutuhan air minum di wilayah perencanaan tersebut. Kebutuhan air minum dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: 1. Daerah pelayanan. Periode perencanaan 3. Proyeksi jumlah penduduk 4. Proyeksi berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial 5. Pola pemakaian air penduduk setempat Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi besar kebutuhan air minum dari wilayah perencanaan dan tentu saja menjadi acuan desain perencanaan instalasi pengolahan air minum yang dibutuhkan. III. Daerah Pelayanan Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan sangat tergantung kepada kondisi daerah pelayanan yang menjadi tujuan perencanaan. Daerah pelayanan yang ditentukan dalam perencanaan ini adalah wilayah Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong Kaler, dan Kecamatan Tarogong Kidul, yang termasuk dalam wilayah perkotaan Garut atau disebut Kota Garut, dengan pertimbangan : Merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi Merupakan wilayah perkotaan dengan perkembangan yang pesat dan memerlukan pelayanan air bersih yang mencukupi Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses distribusi III-1

III.3 Periode Perencanaan Periode perencanaan merupakan jangka waktu yang diberikan kepada instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air masyarakat di wilayah perencanaan. Periode perencanaan instalasi pengolahan air minum pada umumnya adalah 0-5 tahun. Pada perencanaan ini ditetapkan 0 tahun sebagai periode perencanaan yaitu hingga tahun 08. Periode perencanaan ini diambil dengan pertimbangan bahwa perkembangan penduduk di masa mendatang dapat diprediksi dengan lebih baik untuk periode 0 tahun. Selain itu, dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Garut, analisis rencana pengembangan kota berdasarkan proyeksi penduduk dilakukan hingga tahun 07. III.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya, arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan jumlah penduduk. Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu : 1. Aritmatika. Geometrik 3. Regresi Linear 4. Eksponensial 5. Logaritmik III-

III.4.1 Aritmatika ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. ini digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat. Rumus metode ini adalah : r dimana : P P n N i1 r ( T P P i ( i1) T 0 n 0 ) N P n = Jumlah penduduk yang diproyeksikan pada tahun ke-n P 0 = Jumlah penduduk tahun dasar r = Kenaikan rata-rata jumlah penduduk T n = Tahun ke-n T 0 = Tahun dasar N = Jumlah data diketahui III.4. Geometrik Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Rumus metode geometrik : dimana : P n r P (1 r N i1 n 0 ) Pi P Pi N ( i1) P n = Jumlah penduduk pada tahun yang diproyeksikan P o = Jumlah penduduk awal III-3

r = Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun n = Jangka waktu N = Jumlah data diketahui III.4.3 Regresi Linear regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan : y a bx y x x ( xy) a N x ( x) N ( xy) x y b N x ( x) III.4.4 Eksponensial eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan : y a e bx 1 ln a ( ln y b x) N N ( x ln y) ( x ln y) b N( x ) ( x) III.4.5 Logaritmik logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan : y a bln x 1 a [ y b (ln x)] N N ( y ln x) y ln x b N (ln x) ( ln x) III.4.6 Dasar Pemilihan Proyeksi Penduduk Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien III-4

korelasi dan standar deviasi diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan. Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus : r = ( P n P ) r ( P n ( P n r P ) P) Kriteria korelasi adalah sebagai berikut : r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara keduanya berbanding terbalik. r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan. r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, diantara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus. Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : STD = ( P n P) n ( P n 1/ P) / n proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang. III.4.7 Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk Dengan menggunakan lima metode yang telah dijelaskan sebelumnya maka diperoleh hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 08 yang ditunjukkan oleh Tabel 3.1. Rincian perhitungan diberikan pada bagian lampiran A. III-5

Tabel 3.1 Analisa Statistik Jumlah Penduduk di Kecamatan Garut Kota Tahun 1997 1998 1999 000 001 00 003 004 005 006 007 Aritmatik 113560 114679 115797 116916 118035 119154 107 11391 1510 1368 14747 Geometrik 113560 114617 115684 116761 117848 118945 1005 11170 198 13436 14585 Regresi Linear 111967 113147 11437 115506 116686 117866 119046 105 11405 1585 Eksponensial 11067 11319 11438 115475 116633 117804 118986 10179 11385 1603 13833 Logaritmik 111963 113145 11437 115508 116689 117869 119048 107 11405 1583 13760 13765 R 0,8866801 0,84698935 0,94145664 0,944349647 0,9416976 R 0,90710059 0,917986348 0,97086886 0,971776541 0,970190579 STD 1510,79313 1385,945809 860,6716097 836,838156 86,004588 Sumber : Lampiran A Tabel 3. Analisa Statistik Jumlah Penduduk di Kecamatan Garut Kota Tahun 1997 1998 1999 000 001 00 003 004 005 006 007 Aritmatik 1517 1751 13507 13750 14497 147493 15488 157483 16478 167473 17468 Geometrik 1517 16577 13077 135107 139584 14410 148990 15397 15909 16499 169745 Regresi Linear 116931 13005 19080 135155 1419 147304 153378 159453 16558 17160 Eksponensial 118389 13448 1874 1344 139960 145941 15178 158681 16546 1753 179905 Logaritmik 116907 1995 19081 135163 14143 147319 15339 15946 165530 171594 177655 177677 R 0,85653986 0,78081348 0,93465007 0,9659687 0,934717409 R 0,95494368 0,884353633 0,9667730 0,96596845 0,966807845 STD 5704,895686 675,909346 468,141657 503,374841 4679,89 Sumber : Lampiran A Kedua tabel di atas menunjukkan nilai korelasi dan standar deviasi yang berbeda antara kedua kecamatan. Berdasarkan Tabel 3.1., metode proyeksi yang paling tepat digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk III-6

Kecamatan Garut Kota pada masa yang akan datang adalah metode eksponensial karena metode ini memiliki nilai faktor korelasi positif yang paling besar dan nilai standar deviasi paling kecil. Oleh karena itu metode eksponensial dianggap metode yang paling menggambarkan kondisi penduduk Kecamatan Garut Kota 0 tahun mendatang dan akan digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk pada periode perencanaan. Sedangkan pada Tabel 3.., metode yang memiliki nilai faktor korelasi positif yang paling besar dan nilai standar deviasi paling kecil adalah metode logaritmik, dan metode ini yang akan digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk Kecamatan Tarogong Kaler dan Tarogong Kidul pada periode perencanaan. Hasil proyeksi penduduk selama periode perencanaan ditunjukkan oleh tabel 3.3 dan gambar 3.4. Proyeksi penduduk juga perlu mempertimbangkan Rencana Umum Tata Ruang dan Wilayah yang telah ditetapkan untuk wilayah perencanaan. Hasil proyeksi penduduk diharapkan tidak akan melebihi kapasitas maksimum dari wilayah perencanaan. Dalam Rencana Detail Tata Ruang Wilayah ditetapkan beberapa asumsi berdasarkan konsep pola hunian di Kota Garut yang digunakan untuk menentukan jumlah penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh suatu wilayah. Pemenuhan kebutuhan hunian dilakukan melalui konsep Lingkungan Hunian Berimbang yaitu komposisi 1 : 3 : 6 untuk jumlah kebutuhan rumah menurut tipenya (besar : sedang : kecil). Luas kavling tiap tipe rumah yaitu tipe besar seluas 00 m, tipe sedang seluas 10 m, dan tipe kecil seluas 90 m. Alokasi penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman ditetapkan ±35 % dari total luas Kota Garut. Wilayah perencanaan memiliki total wilayah seluas 83,164 km dengan alokasi penggunaan lahan untuk huniannya adalah seluas 9,1074 km. Dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan dalam RDTR Kota Garut maka: Total luas lahan yang dapat digunakan untuk setiap tipe rumah: III-7

Besar : Sedang : 3 10 Kecil : 1 10 9,1074 km 9,1074 km 6 10 9,1074 km,91074 km 8,73 km 17,46444 km 910740 m 8730 m 17464440 m Jumlah rumah yang dapat dibangun untuk setiap lahan peruntukan: 910740 m Besar : 14554 rumah 00 m Sedang : 8730 m 10 m 7769 rumah 17464440 m Kecil : 194049 rumah 90 m Total hunian yang ada di lahan perkotaan berdasarkan rencana alokasi adalah 8137 rumah. Dengan asumsi jumlah jiwa per rumah adalah 4 orang maka total penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah perencanaan adalah 115488 jiwa. III-8

Tabel 3.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Garut Kota 008-08 Tahun Aritmatika Geometrik Regresi Linear Eksponensial Logaritmik 1997 113560 113560 113560 113560 113560 1998 113179 113179 113179 113179 113179 1999 113197 113197 113197 113197 113197 000 114471 114471 114471 114471 114471 001 116573 116573 116573 116573 116573 00 118168 118168 118168 118168 118168 003 10044 10044 10044 10044 10044 004 118947 118947 118947 118947 118947 005 10831 10831 10831 10831 10831 006 1807 1807 1807 1807 1807 007 14747 14747 14747 14747 14747 008 15869 153 14944 15076 14936 009 16988 16450 1614 16331 1611 010 18107 17588 17304 17599 1787 011 196 18737 18484 18879 1846 01 130345 19895 19663 13017 19636 013 131464 131064 130843 131478 130809 014 13583 1344 1303 13797 13198 015 13370 133434 13303 134130 133155 016 13481 134635 13438 135476 13436 017 135940 135847 13556 136835 135497 018 137059 137069 13674 13808 136668 019 138178 138303 13791 139595 137838 00 13997 139548 139101 140995 139007 01 140416 140803 14081 14410 140176 0 141535 14071 141461 143839 141345 03 14654 143349 14640 1458 1451 04 143773 144639 14380 146740 143679 05 14489 145941 145000 1481 144846 06 146011 14755 146180 149699 14601 07 147130 148580 147359 15101 147177 08 14849 149917 148539 15718 14834 Sumber : Lampiran A III-9

Tabel 3.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Tarogong 008-08 Tahun Aritmatika Geometrik Regresi Linear Eksponensial Logaritmik 1997 1517 1517 1517 1517 1517 1998 1345 1345 1345 1345 1345 1999 111 111 111 111 111 000 17573 17573 17573 17573 17573 001 139741 139741 139741 139741 139741 00 15550 15550 15550 15550 15550 003 159675 159675 159675 159675 159675 004 164485 164485 164485 164485 164485 005 167090 167090 167090 167090 167090 006 169785 169785 169785 169785 169785 007 17468 17468 17468 17468 17468 008 1795 16974 183751 187593 183713 009 17790 174860 18986 195609 189768 010 1885 180630 195901 03968 19580 011 18780 186591 01975 1684 01869 01 1975 19748 08050 1773 07916 013 19770 199109 1414 3150 13959 014 065 05680 0199 4113 19999 015 0760 1467 674 51436 6036 016 155 19479 3348 6181 3070 017 1750 671 3843 73385 38101 018 45 3403 44497 85067 4419 019 740 4193 5057 9749 50154 00 335 49916 56647 309951 56176 01 3730 58163 671 33196 6196 0 45 6668 68796 337007 681 03 470 75483 74870 351409 745 04 515 84574 80945 36645 8035 05 5710 93965 8700 38084 8643 06 605 303665 93094 398411 947 07 6700 313686 99169 415437 9848 08 7195 34038 30544 433189 30447 Sumber : Lampiran A III-10

Jumlah Penduduk (Jiwa) 150000 145000 140000 135000 130000 15000 10000 115000 110000 105000 100000 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Garut Kota 1990 000 010 00 030 Tahun Aritm atika Geometrik Regresi Linear Eksponensial Logaritmik Gambar 3.1 Proyeksi Penduduk Kecamatan Garut Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) 450000 400000 350000 300000 50000 00000 150000 100000 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Tarogong 1990 000 010 00 030 Tahun Aritm atika Geometrik Regresi Linear Eksponensial Logaritmik Gambar 3. Proyeksi Penduduk Kecamatan Tarogong Berdasarkan hasil proyeksi dengan metode proyeksi terpilih, jumlah penduduk pada akhir periode perencanaan adalah 456965 jiwa. Jumlah penduduk ini tidak melebihi jumlah penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah perkotaan daerah perencanaan berdasarkan RDTR Kota Garut sehingga hasil proyeksi dengan menggunakan metode III-11

eksponensial untuk Kecamatan Garut Kota dan metode logaritmik untuk Kecamatan Tarogong Kaler dan Tarogong Kidul dapat digunakan. III.5 Proyeksi Umum dan Sosial Proyeksi fasilitas umum dan fasilitas sosial digunakan untuk menentukan kebutuhan air non domestik. Proyeksi dilakukan dengan mengacu kepada karakteristik wilayah perencanaan, RDTR yang telah ditetapkan, dan standar penduduk pendukung untuk setiap fasilitas umum dan fasilitas sosial yang telah ditetapkan oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. III.5.1 Pendidikan Pada umumnya fasilitas pendidikan telah mencukupi kebutuhan dan penyebarannya cukup merata. Dari tingkat SD sampai SMU, fasilitas yang ada telah mencukupi kebutuhan bahkan hingga akhir periode perencanaan. Hasil proyeksi fasilitas pendidikan ditunjukkan oleh Tabel 3.3. Pendidikan Tabel 3.5 Proyeksi Pendidikan Standar Populasi 007 018 08 TK, RA 1000 9715 97 38337 38 456965 457 SD, MI 6000 9715 171 38337 171 456965 171 SMP, MTs 5000 9715 44 38337 44 456965 44 SMU, MA, SMK 30000 9715 39 38337 39 456965 39 PT 70000 9715 3 38337 5 456965 7 Sumber : Lampiran B III.5. Peribadatan peribadatan sudah cukup menyebar dan memenuhi kebutuhan. Penambahan fasilitas perlu dilakukan akibat tuntutan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah penganut agama Kristen yang cukup banyak menuntut III-1

diperlukan adanya pembangunan gereja. Hasil proyeksi fasilitas peribadatan ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Peribadatan Pondok pesantren Tabel 3.6 Proyeksi Peribadatan Standar Populasi 007 018 08 5000 9715 43 38337 43 456965 43 Mesjid 3000 9715 434 38337 434 456965 434 Langgar 500 9715 515 38337 765 456965 914 Mushola 1000 9715 78 38337 38 456965 457 Gereja 30000 9715 7 38337 13 456965 15 Vihara 30000 9715 1 38337 13 456965 15 Pura 30000 9715-38337 13 456965 15 Sumber : Lampiran B III.5.3 Kesehatan ini dikembangkan dengan pertimbangan utama tingkat pelayanan yang maksimal dengan mendekati daerah perumahan penduduk. Hasil proyeksi fasilitas kesehatan ditunjukkan oleh Tabel 3.7. Kesehatan Puskesmas DTP, Puskesmas Lengkap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Tabel 3.7 Proyeksi Kesehatan Standar Populasi 007 018 08 10000 9715 10 38337 10 456965 10 10000 9715 13 38337 38 456965 46 3000 9715 5 38337 17 456965 15 BKIA 3000 9715 9 38337 17 456965 15 Apotek 10000 9715 1 38337 38 456965 46 Rumah Sakit 40000 9715 38337 456965 Sumber : Lampiran B III-13

III.5.4 Perdagangan dan Jasa Tabel 3.8 Proyeksi Perdagangan dan Jasa Perdag&Jasa Standar Populasi 007 018 08 Fas Fas Fas Wrg/Toko/Kios 50 9715 6670 38337 6670 456965 6670 Pasar 30000 9715 1 38337 13 456965 15 Bank/Lembaga Keu. 30000 9715 18 38337 18 456965 18 Koperasi 30000 9715 100 38337 100 456965 100 Rumah makan 7000 9715 67 38337 67 456965 67 Sumber : Lampiran B III.5.5 Umum, Rekreasi, dan Olahraga Tabel 3.9 Proyeksi Umum, Rekreasi, dan Olahraga Umum, Rekreasi, dan OR Umum Instansi/Kantor Pemerintahan (Kabupaten) Instansi/Kantor Pemerintahan (Kecamatan) Standar Populasi 007 018 08 Fas Fas Fas 9715 38 38337 38 456965 38 9715 39 38337 39 456965 39 BUMN/D 9715 7 38337 7 456965 7 Terminal 9715 38337 456965 Rekreasi dan OR Bioskop 9715 9715 1 38337 1 456965 Sanggar Kesenian 988 9715 3 38337 41 456965 49 Kantor Pos 9715 9715 1 38337 1 456965 Kantor Polisi 9907 9715 3 38337 4 456965 5 Hotel/Penginapan 4768 9715 1 38337 15 456965 18 Lapangan OR (skala lingkungan) 30000 9715 38337 13 456965 15 Lapangan OR 60000 9715 1 38337 6 456965 8 Stadion 50000 9715 38337 456965 Sumber : Lampiran B III-14

III.5.6 Kegiatan Industri Kegiatan industri di Kabupaten Garut pada umumnya cukup banyak, diataranya adalah industri penyamakan kulit, industri kerajinan tangan, dan industri pangan yang memproduksi makanan-makanan khas Garut dan menjadi objek wisatawan. Hasil proyeksi kegiatan industri ditunjukkan oleh Tabel 3.10. Tabel 3.10 Proyeksi Kegiatan Industri Kegiatan Industri Industri Besar dan Sedang Standar Populasi Pend 007 018 08 Fas Pend Fas Pend Fas 1607 9715 185 38337 38 456965 84 Industri Kecil 655 9715 454 38337 584 456965 698 Industri Rumah 6 9715 478 38337 615 456965 735 Tangga Sumber : Lampiran B III.6 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Proyeksi kebutuhan air minum dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menunjang atau menyebabkan pertambahan kebutuhan air minum. Faktor-faktor tersebut adalah : Pertambahan jumlah penduduk Tingkat sosial ekonomi penduduk Keadaan iklim daerah setempat Rencana daerah pelayanan dan perluasannya Untuk memperkirakan kebutuhan air minum kota maka dapat diklasifikasikan beberapa jenis pemakaian air yaitu adalah : 1. Pemakaian untuk kebutuhan domestik/rumah tangga. Pemakaian untuk kebutuhan nondomestik 3. Pemakaian untuk keperluan perkotaan III-15

III.6.1 Standar Kebutuhan Air Minum Tabel 3.11 Standar Kebutuhan Air Minum Menurut PU Cipta Karya No. Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan 1 Sambungan Rumah L/o/h 150 Hidran Umum L/o/h 30 3 Sekolah L/murid/h 10 4 Kantor L/peg/h 10 5 Rumah Sakit L/tt/h 00 6 Puskesmas L/unit/h 000 7 Pasar m³/hektar/h 1 8 Restoran L/kursi/h 100 9 Hotel/Penginapan L/tt/h 150 Sumber : PU Cipta Karya, 1998 Tabel 3.1 Standar Kebutuhan Air Minum Menurut PPSAB Jawa Barat No. Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan 1 Sambungan Rumah L/o/h 100-00 Hidran Umum L/o/h 30-40 3 Sekolah L/murid/h 15-30 4 Kantor L/peg/h 40-80 5 Mesjid L/unit/h 800-000 6 Langgar L/unit/h 300-1000 7 Gereja L/unit/h 00-600 8 Pura/Vihara L/unit/h 100-500 9 Pesantren L/unit/h 5000 10 Rumah Sakit L/tt/h 00-400 11 Puskesmas L/unit/h 1000-000 1 Puskesmas Pembantu L/unit/h 800-100 13 BKIA/RS. Bersalin L/unit/h 600-1000 14 Balai Pengobatan L/unit/h 1000-000 15 Apotek L/unit/h 100 16 Bank L/unit/h 1100-1500 17 Warung/Toko L/unit/h 6-1 18 Pasar L/unit/h 500-5000 19 Koperasi L/unit/h 500-1000 0 Asuransi L/unit/h 1100 1 Terminal L/unit/h 000-4500 Supermarket L/unit/h 1500-500 3 Restoran L/kursi/h 40-140 4 Bioskop L/unit/h 1000-3000 5 Gedung Serba Guna L/unit/h 1000-3000 6 Balai Pertemuan L/unit/h 000 7 Kantor Pos L/unit/h 000 8 Kantor Polisi L/unit/h 000 9 Hotel/Penginapan L/tt/h 75-150 30 Gelanggang Olahraga L/unit/h 100-1600 31 Industri L/o/h 0-30 Sumber : PPSAB, Jawa Barat III-16

Tabel 3.13 Pedoman Perencanaan Jumlah Konsumsi Air (dalam L/org/hari) Domestik Non Domestik Kehilangan Air Untuk menentukan jumlah konsumsi air dapat juga digunakan pedoman perencanaan penentuan jumlah konsumsi air yang diberikan oleh Iwaco- Waseco seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.13. Ratarata Populasi Sat. Ratarata SR HU >1000000 L/o/h 10 30 10 7 78 40 500000-1000000 L/o/h 170 30 100 40 35 175 100000-500000 L/o/h 150 30 90 7 9 146 0000-100000 L/o/h 90 30 60 1 18 90 <0000 L/o/h 60 30 45,5 1 60 Sumber : Iwaco-Waseco, 1990 III.6. Kebutuhan Air Domestik Kebutuhan air domestik ialah pemakaian air untuk aktivitas di lingkungan rumah tangga. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan : Jumlah penduduk Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani Cara pelayanan air Konsumsi pemakaian air Berdasarkan cara pelayanan air minum maka kebutuhan air domestik terbagi menjadi dua jenis yaitu Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU). III.6..1 Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah Sambungan rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang menyediakan air langsung ke rumah-rumah dengan menggunakan sambungan pipapipa distribusi air melalui water meter dan instalasi pipa yang dipasang di III-17

dalam rumah. Pelayanan air minum dengan menggunakan sambungan rumah ditujukan bagi warga yang telah menempati rumah permanen. Golongan masyarakat ini akan sanggup membayar air untuk mendapatkan air bersih demi kesehatan. Biasanya yang termasuk golongan ini adalah golongan ekonomi kelas menengah hingga atas. Selama periode perencanaan, diperkirakan jumlah rumah permanen akan meningkat sesuai dengan fungsi kota yaitu sebagai pusat industri dan permukiman. Fungsi kota ini berpengaruh kepada perekonomian masyarakat yang diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu. Proyeksi kebutuhan air untuk sambungan rumah ditunjukkan oleh Tabel 3.14. III.6.. Kebutuhan Air untuk Hidran Umum Hidran umum adalah jenis sambungan yang menyediakan air melalui kran yang dipasang di suatu tempat tertentu agar mudah dipergunakan oleh masyarakat umum untuk mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum. Pelayanan air minum ini ditujukan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi bawah atau menempati rumah non permanen yaitu rumah yang terbuat dari bambu atau kayu. Golongan ini berpenghasilan rendah dan lebih mengutamakan penggunaan air tanah yang bebas biaya sehingga tingkat penggunaan air dengan sumber air permukaan akan menjadi sangat rendah karena memerlukan biaya. Jumlah penduduk yang menempati rumah non permanen di masa mendatang akan mengalami penurunan karena diperkirakan akan terjadi peningkatan kondisi perekonomian masyarakat. Proyeksi kebutuhan air untuk hidran umum ditunjukkan oleh Tabel 3.14. III-18

Tabel 3.14 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah dan Hidran Umum Jenis Samb. Standar Keb. Air Minum (L/o/hr) (Jiwa) 007 018 08 Keb. Air (L/hr) (Jiwa) Keb. Air (L/hr) (Jiwa) Keb. Air (L/hr) SR 139 3777 33050308 305870 4515930 36557 50814508 HU 30 59443 178390 7647 94010 91393 741790 (L/hari) 34833598 44809940 5355698 Total (L/det) 403,17 518,63 619,86 Sumber : Lampiran B III.6.3 Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan oleh berbagai fasilitas penunjang kegiatan masyarakat. Jumlah kebutuhan air non domestik selama periode perencanaan ditunjukkan oleh Tabel 3.15. Tabel 3.15 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik Jenis Fas 007 018 08 Keb. Air Minum Fas Keb. Air Minum Fas Keb. Air Minum Pendidikan 354 15650 64 1784993 717 1854557 Peribadatan 178 759900 166 854051 1894 911017 Kesehatan 80 53300 343 4864 408 95 Perdag. &Jasa 6856 796430 6868 7993681 6870 7999900 Umum, Rekreasi, dan Olahraga 136 81500 170 861000 186 895744 Kegiatan Industri 1117 1756150 1437 59109 1717 700063 Total Sumber : Lampiran B L/hari 187150 14001476 14656503 L/dtk 148,98 16,05 169,64 III-19

III.6.4 Kebutuhan Air untuk Keperluan Kota Kebutuhan air untuk keperluan perkotaan terbagi menjadi dua bagian yaitu untuk : Hidran Kebakaran Hidran kebakaran adalah hidran yang digunakan untuk mengambil air jika terjadi kebakaran. Menurut Al-Layla (1977), kebutuhan air untuk hidran kebakaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Q = 3860 P(1 0.01 P) dimana : Q = debit kebutuhan (L/menit) P = populasi dalam ribuan Pada perencanaan ini ditentukan bahwa kebutuhan air untuk hidran kebakaran adalah 5 % dari total kebutuhan air. Tata Kota Kebutuhan air untuk tata kota meliputi kebutuhan air bagi pemeliharaan taman-taman di wilayah perencanaan. Jumlah air yang disediakan adalah 5% dari total kebutuhan air. III.6.5 Rekapitulasi Kebutuhan Air di Wilayah Perencanaan Total kebutuhan air berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, serta kebutuhan untuk keperluan perkotaan di wilayah perencanaan ditunjukkan oleh Tabel 3.16. III-0

Tabel 3.16 Rekapitulasi Kebutuhan Air Jenis 007 008 08 Kebutuhan Domestik 1. Sambungan Rumah 33050308 4515930 50814508. Hidran Umum 178390 94010 741790 Total Kebutuhan Air (L/hari) 34833598 44809940 5355698 Total Kebutuhan Air (L/det) 403,17 518,63 619,86 Kebutuhan Non Domestik 1. Pendidikan 15650 1784993 1854557. Peribadatan 759900 854051 911017 3. Kesehatan 53300 4864 95 4. Perdagangan dan Jasa 796430 7993681 7999900 5. Umum, Rekreasi, dan 81500 861000 895744 Olahraga 6. Kegiatan Industri 1756150 59109 700063 Total Kebutuhan Air (L/hari) 187150 14001476 14656503 Total Kebutuhan Air (L/det) 148,98 16,05 169,64 Kebutuhan Perkotaan Hidran Kebakaran dan Tata Kota (L/det) 55, 68,07 78,95 TOTAL (L/det) 607,37 748,75 868,45 III.6.6 Tingkat Pelayanan Periode perencanaan selama 0 tahun terbagi menjadi dua tahap dan setiap tahap berlangsung selama 10 tahun. Tingkat pelayanan air minum di setiap tahap berbeda-beda dan di setiap tahap terjadi peningkatan pelayanan. Kondisi topografi dan tingkat kepadatan penduduk yang berada di wilayah perencanaan menyebabkan keterbatasan dalam pelayanan penyediaan air minum. Berdasarkan faktor-faktor yang menentukan daerah pelayanan maka tingkat pelayanan tiap tahap perencanaan adalah sebagai berikut : Tahap I (007-018) : 40 % Tahap II (018-08) : 50 % III-1

III.6.7 Tingkat Kehilangan Air Kehilangan air adalah besarnya selisih air yang diproduksi dengan air yang didistribusikan. Nilai ini perlu diperhitungkan dalam pengolahan air karena dijadikan pedoman untuk melihat performance dari suatu instalasi pengolahan air minum. Semakin besar tingkat kehilangan air maka semakin buruk pula performance dari instalasi pengolahan. Penyediaan air minum dengan jaringan besar biasanya memiliki tingkat kehilangan air yang besar dan sebaliknya. Penyebab kehilangan air terbagi menjadi dua macam yaitu : Fisik Kehilangan air disebabkan oleh jaringan pipa yang sudah rusak, tua dan bocor, kerusakan meter air dan pengaliran air tidak tercatat oleh meter air. Administrasi Kehilangan air disebabkan oleh keberadaan sambungan ilegal dan ketidak akuratan dalam pencatatan administrasif. Tingkat kehilangan air pada perencanaan ini untuk setiap tahap diperkirakan sebagai berikut : Tahap I : 0 % Tahap II : 0 % III.6.8 Fluktuasi Kebutuhan Air Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubah-ubah untuk setiap waktu menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami perubahan naik dan turun atau dapat disebut juga berfluktuasi. Fluktuasi pemakaian air terbagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Pemakaian hari maksimum III-

Pemakaian hari maksimum merupakan jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu hari selama satu tahun. Debit pemakaian hari maksimum digunakan sebagai acuan dalam membuat sistem transmisi air baku air minum. Perbandingan antara debit pemakaian hari maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor maksimum, f m.. Pemakaian jam puncak Pemakaian jam maksimum menunjukkan besarnya pengaliran maksimum pada saat jam puncak. Dengan mengetahui nilai pemakaian jam maksimum maka pengoperasian sistem distribusi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini. Perbandingan antara debit pemakaian jam maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor puncak, f p. Nilai f m dan f p telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 3.17. Tabel 3.17 Nilai Faktor Maksimum dan Faktor Puncak untuk Beberapa Kategori Kota Kategori Kota Metro Besar Sedang Kecil Desa Jumlah Penduduk >1000000 500000-1000000 100000-500000 0000-100000 <0000 Faktor Maksimum (f m ) 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1 Faktor Puncak (f p ) 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 Sumber : DPU Cipta Karya, 1998 Berdasarkan Tabel 3.17 maka nilai f m dan f p pada perencanaan ini adalah 1.1 dan 1.5. III.6.9 Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani Dalam usaha penyediaan air minum, kebutuhan air minum di wilayah perencanaan tidak dapat dilayani secara keseluruhan. Berdasarkan tingkat pelayanan, kebocoran dan nilai fluktuasi yang direncanakan maka dapat diketahui jumlah kebutuhan air terlayani. Nilai ini ditunjukkan oleh Tabel 3.18. III-3

Tabel 3.18 Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani Jenis Kebutuhan Air 007 (L/detik) 018 (L/detik) 08 (L/detik) Kebutuhan Air Domestik 403,17 518,63 619,86 Kebutuhan Air Non Domestik 148,98 16,05 169,64 Sub Total I 55,15 680,68 789,50 Kebutuhan Air u/ Kep. Kota (10%) 55, 68,07 78,95 Sub Total II 607,37 748,75 868,45 Tingkat Pelayanan (%) 3,49 40 50 Jumlah Air Terlayani 197,33 99,50 434,3 Persentase Kehilangan Air (%) 6,07 0 0 Jumlah Air Diproduksi 48,78 359,40 51,07 Debit Jam Puncak (f hmax=1.5) 373,17 539,10 781,61 Debit Hari Maks (f dmax=1.1) 73,66 395,34 573,18 Sumber : Lampiran B III-4