Agrivet (2015) 19: 30-35

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

KERAGAAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI TAHAN PECAH POLONG (POD SHATTERING)

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 78/Kpts/SR. 120/2/2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

DEJA 1 DAN DEJA 2 : VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI TOLERAN JENUH AIR

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PERAKITAN KEDELAI UNGGUL BARU BERDAYA HASIL TINGGI, BERUMUR GENJAH, DAN TAHAN HAMA UTAMA KEDELAI (ULAT GRAYAK)

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI ACEH BESAR

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

NARWIYAN AET PEMULIAAN TANAMAN

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

KERAGAAN GALUR HARAPAN KEDELAI UMUR GENJAH DAN BIJI BESAR

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

KERAGAAN DAN SELEKSI GALUR KEDELAI HITAM HOMOSIGOT

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAYA HASIL GALUR HARAPAN KEDELAI TOLERAN HAMA ULAT GRAYAK

Oleh: Damianus Nahak Klau. Nim: SKRIPSI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Sifat Tanaman Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting dkk, 2009)

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN LAHAN KERING MASAM DI LAMPUNG SELATAN

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

LAMPIRAN. Vatietas Kedelai Grobogan

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA LAHAN KERING PODZOLIK MERAH KUNING DI KABUPATEN KONAWE SELATAN

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

ANALISIS LINTAS KOMPONEN UMUR MASAK BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI TAHAN KARAT DAUN GENERASI F5

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016

PENGARUH BERBAGAI MACAM BOBOT UMBI BIBIT BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) YANG BERASAL DARI GENERASI KE SATU TERHADAP PRODUKSI

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAMAN POPULASI M3 GALUR-GALUR MUTAN KEDELAI UMUR GENJAH

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Teknologi Budidaya Kedelai

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

Seleksi Galur Mutan M4 Kedelai Berdaya Hasil Tinggi

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam (Katalog BPS,

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Padi merupakan komoditas yang sangat penting, karena saat ini beras

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Sub-famili : Papilionoidae. Sub-genus : Soja

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

Transkripsi:

Agrivet (2015) 19: 30-35 Keragaan Sifat Agronomi dan Hasil Lima Kedelai Generasi F3 Hasil Persilangan The agronomic performance and yield of F3 generation of five crosses soybean genotypes Lagiman 1), Basuki 2), Bintari Rochim 3), Edy Wantoro 3 ) 1) Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Fax. 0274-486692, Hp. 081328093570 E-mail: lagimanupnyk@yahoo.co.id 2) Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta 3) Divisi Riset dan Pengembangan PT. Indmira Yogyakarta ABSTRACT The purpose of this research is to evaluate agronomic character, yield, and to select the highest yield of F3 generation of soybean. One hundred grains are selected from 20-22 genotype F2 for each of genotype F3 generation and tested at Research Station of Indmira company in Purwodadi village, Jalan Kaliurang km 19, Sleman from Mei to September 2012. The research use randomized block design with three replication. Each genotipes were planted on 4 m x 3 m area with planting distance 40 cm x 30 cm. Soil tillage and cultivation were carried out intensively. Then height, number of pod fully, number of seed, weight of seed in each plant and number of nodia productive are measured. The result showed that the Genotype 11, which is Argomulyo and Wilis crossing on yellow soybean, have superior behaviour on agronomic character and yield meanwhile for the black soybean, the genotype 04 which is Detam and Argomulyo crossing have superior behaviour at agronomic character and yield. Thus genotype 11 and genotype 04 which have the highest potensial character need to be evaluted on next generations. Keywords: genotype, agronomic character, yield, soybean ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menilai keragaan sifat agronomik dan hasil, serta memilih genotip kedelai F3 berdaya hasil tinggi. Lima genotipe kedelai F3 masing-masing 100 biji dipiih dari 20-22 genotip pada F2 diuji di Kebun Riset PT. Indmira di Dusun Purwodadi Jl. Kaliurang km 19 Sleman pada bulan Mei sampai dengan September 2012. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Setiap genotip ditanam pada petak berukuran 4 m x 3 m dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm. Pengolahan tanah dan teknik budidaya dilakukan secara intensif. Sifat agronomik dan hasil yang diamati adalah tinggi, jumlah, jumlah biji per, bobot biji per, dan jumlah ruas. Hasil penelitian menunjukkan genotip 11 hasil persilangan tetua Argomulyo dengan Wilis pada kelompok kedelai kuning menunjukkan sifat superior pada sifat agronomik dan hasil yang diamati. Pada kelompok kedelai hitam, genotip 04 hasil persilangan Detam dengan Argomulyo menunjukkan sifat superior pada sifat sifat agronomik dan hasil yang diamati. Kedua genotip berpotensi unggul tersebut perlu diuji sifat agronomik dan hasil pada generasi lanjut. Kata kunci:, sifat agronomi, hasil, kedelai Pendahuluan Kedelai merupakan salah satu komoditi bahan makanan utama setelah padi dan jagung. Kedelai sebagai sumber protein nabati yang relatif murah dan sangat populer di masyarakat luas. Sejalan dengan terus meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, berkembangnya industri pangan (tahu, 30

35 Lagiman et al. / Agrivet (2015) 19: 30-35 tempe, susu, pangan olahan lainnya), pertambahan populasi ternak, maka kebutuhan kedelai juga terus meningkat (Dirjen Tanaman Pangan, 2011). Perkembangan luas panen dan produksi, sejak tahun 1992 terus mengalami penurunan mencapai lebih dari 56%. Sementara untuk produktivitas mengalami peningkatan namun tidak terlalu besar. Berdasarkan pertumbuhan penduduk tahun 2010 yang mencapai 234,181 juta jiwa dengan konsumsi per kapita 10,10 kg; maka jumlah kebutuhan kedelai tahun 2010 mencapai 2,37 juta ton kedelai yang berarti meningkat ratarata sebesar 1,38% per tahun, sehingga pada tahun 2014 kebutuhannya diproyeksikan sebanyak 2.499 juta ton (Kusbini, 2011). Kesediaan teknologi yang sesuai dengan agroekosistem merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi kedelai. Paradoks antara konsumsi kedelai dengan kemampuan produksi diusahakan untuk diatasi sejak tahun 1963. Upaya untuk mengatasi defisit produksi kedelai nasional telah berkalikali diprogramkan oleh Kementerian Pertanian. Semua program tersebut belum berhasil mengatasi kekurangan produksi kedelai nasional (Sumarno dan Adie, 2011). Potensi inovasi teknologi terus bertambah dan terus dikembangkan oleh para pemangku kepentingan. Ragam varietas unggul kedelai yang sesuai dengan agroekosistem juga terus bertambah. Dengan demikian petani dapat memilih varietas unggul yang sesuai pilihan dan agrosistem lahan petani (Dirjen Tanaman Pangan, 2011). Peran varietas sebagai komponen teknologi budidaya kedelai dinilai lebih penting dibandingkan dengan komponen teknologi lainnya. Sebagian besar varietas kedelai yang dilepas di Indonesia diperoleh melalui proses persilangan yang diikuti dengan seleksi bertahap hingga dihasilkan sejumlah galur harapan. Galur kedelai F6 yang telah berkomposisi genetik mendekati homosigot perlu dilakukan identifikasi terhadap karakter agronomiknya (Krisnawati, 2011). Untuk mendapatkan kedelai berdaya hasil tinggi perlu membuat program merakit varietas kedelai unggul berdaya hasil tinggi, yang ditempuh melalui program persilangan dua tetua atau lebih yang memiliki latar belakang genetik berbeda. Dengan persilangan dapat menghimpun genetikgenetik superior yang ada dalam tetua ke dalam individu keturunannya (Basuki et al., 2012). Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian PT. Indmira di Dusun Purwodadi, Jl. Kaliurang km 19 Sleman pada bulan Mei sampai dengan September 2012. Benih kedelai hasil seleksi F1 188-192 dipilih untuk generasi F2 sebanyak 20-22 genotip, sedangkan untuk seleksi F3 dipilih 5 genotip. Seleksi untuk F3 terdiri dari 2 macam yaitu kedelai kuning dan kedelai hitam. Kedelai kuning terdiri dari 2 hasil persilangan antara tetua Argomulyo X Wilis ( 11, 19, 20, 21, 22) dan Gepak Kuning X Edamame ( 06, 08, 13, 17, 23). Kedelai hitam terdiri dari 3 hasil persilangan antara tetua Detam X Baluran ( 01, 03, 06, 11, 19), Detam X Argomulyo-1 ( 03, 08, 10, 11, 17), dan Detam X Argomulyo-3 ( 04, 07, 09, 10, 11). Penelitian lapangan disusun menurut rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan sebagai blok, masing-masing nomor genotip ditanam 100 benih pada petak berukuran 4 m x 3 m dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm. Teknik budidaya diupayakan secara optimal mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan sampai panen. Hasil a. Kedelai kuning Kedelai F3 hasil persilangan varietas Argomulyo dan Wilis pada sifat tinggi, jumlah polong isi, jumlah biji per dan bobot biji

Agrivet (2015) 19: 30-35 Tabel 1. Rata-rata sifat agronomi dan hasil kedelai hasil persilangan varietas Argomulyo dan Wilis per 11 60,0a 92a 205a 35,0a 33a 19 52,4b 85ab 189ab 32,0a 28a 20 42,0c 70b 142c 23,8c 27a 21 48,7b 73b 162b 26,0bc 28a 22 51,2b 77ab 186ab 30,4ab 28a Tabel 2. Rata-rata sifat agronomi dan hasil kedelai hasil persilangan varietas Gepak Kuning dan Edamame per 06 49,1a 149,4ab 271,5ab 26,4a 38,0b 08 48,6a 133,9b 236,9b 25,4ab 40,9b 13 46,1ab 168,1a 328,6a 21,2b 55,8a 17 41,4b 126,5b 243,5b 28,6a 40,1b 23 46,6ab 131,1b 262,8ab 23,8ab 39,11b per : sedangkan pada sifat jumlah ruas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada masingmasing genotip. 11 superior dibandingkan genotip lainnya. Kedelai F3 hasil persilangan varietas Gepak Kuning dan Edamame pada semua sifat yang diamati (tinggi, jumlah, jumlah biji per, dan bobot biji per dan jumlah ruas ). 06 superior pada tinggi, genotip 13 superior pada jumlah per, jumlah biji per dan jumlah ruas, genotip 17 pada sifat bobot biji per. b. Kedelai hitam Kedelai hitam F3 hasil persilangan varietas Detam dengan Baluran menunjukkan perbedaan yang nyata pada sifat tinggi, jumlah biji per, dan bobot biji per ; sedangkan pada sifat jumlah dan jumlah ruas tidak pada masing-masing genotip. 01 superior pada jumlah biji per dan bobot biji per dibandingkan genotip lainnya. 10 kedelai hitam F3 hasil persilangan varietas Detam dengan Argomulyo menunjukkan kecenderungan sifat superior pada jumlah, genotip 11 pada sifat jumlah biji per, genotip 17 pada bobot biji per dan jumlah buku. Kedelai hitam F3 hasil persilangan varietas Detam dengan Baluran menunjukkan perbedaan yang nyata pada sifat tinggi, jumlah biji per, dan bobot biji per ; sedangkan pada sifat jumlah dan jumlah ruas tidak 30

Agrivet (2015) 19: 30-35 Tabel 3. Rata-rata sifat agronomi dan hasil kedelai hasil persilangan varietas Detam dengan Baluran per 01 51,5ab 85,8a 230,0a 41,7a 35,3a 03 54,3a 86,8a 223,5ab 39,1ab 35,3a 06 53,1a 95,4a 197,7ab 34,3bc 31,0a 11 45,4b 98,7a 189,3b 31,3c 29,9a 19 51,0ab 99,8a 228,3b 39,71b 32,3a Tabel 4. Rata-rata sifat agronomi dan hasil kedelai hasil persilangan varietas Detam dengan Argomulyo-1 per 03 34,4a 57,0b 118,9b 14,7a 16,6a 08 34,6a 69,4ab 145,1ab 16,3a 19,1a 10 42,5a 84,0a 146,0ab 16,3a 6,7b 11 39,6a 80,1a 161,0a 18,6a 3,0c 17 34,2a 71,1ab 147,6ab 19,1a 21,7a Tabel 5. Rata-rata sifat agronomi dan hasil kedelai hasil persilangan varietas Detam dengan Argomulyo-3 per 03 60,0a 92,1a 204,8a 35,0a 32,7a 08 52,4b 85,4ab 189,3bc 32,0b 28,0a 10 42,0c 70,1b 142,5c 22,8c 26,7a 11 48,7b 72,8b 162,3bc 26,0bc 27,5a 17 51,3b 76,6b 186,1ab 30,4ab 28,2a tidak ada perbedaaan yang nyata pada pada masing-masing genotip. 03 superior pada semua parameter yang diamati dibandingkan genotip lainnya. Pembahasan Pengujian kedelai F3 dilakukan untuk mengetahui kestabilan sifat yang muncul dari setiap genotip hasil persilangan. Sifat-sifat unggul yang muncul pada generasi F3 akan digunakan sebagai pertimbangan seleksi terhadap fenotip-fenotip unggul untuk diteruskan pada generasi selanjutnya. Pada generasi F3 diharapkan diperoleh fenotip unggul dominan sehingga nantinya dapat diteruskan untuk dilepas sebagai varietas unggul baru. Pada kelompok kedelai kuning, genotip 11 hasil persilangan varietas Argomulyo dengan Wilis menunjukkan sifat superior 30

Lagiman et al. / Agrivet (2015) 19: 30-35 34 dibandingkan genotip lainnya. Dimungkinkan karena genotip 11 sifatsifat baik dari kedua tetua terhimpun pada keturunan hasil persilangan tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan pada tinggi yang mencapai 60 cm, sedangkan tetua Argomulyo rata-rata 40 cm dan tetua Wilis rata-rata 50 cm. Hasil persilangan Gepak Kuning dengan Edamame pada generasi F3, genotip 13 menunjukan sifat superior pada jumlah, jumlah biji per dan jumlah ruas. Semakin banyak jumlah ruas, semakin banyak pula polong yang terbentuk sehingga jumlah biji juga semakin banyak. Hal ini disebabkan tetua Gepak Kuning memiliki adaptasi yang baik di musim kemarau dan penghujan dengan potensi hasil yang tinggi. Selain itu varietas Gepak Kuning termasuk varietas yang baru (dilepas tahun 2008) sehingga potensi keunggulannya masih bisa dipertahan kan. Pada kelompok kedelai hitam, hanya genotipe 04 hasil persilangan kedelai varietas Detam dengan Argomulyo yang menunjukkan sifat superior untuk semua sifat yang diamati, sedangkan genotip yang lain sifat superior hanya pada satu sampai dua sifat yang diamati. 04 sebagai keturunan dari hasil persilangan tetua Detam dengan Argomulyo. Tetua Detam merupakan varietas baru yang memiliki potensi tinggi (2,51 ton/ha) tetapi rentan terhadap ulat grayak dan kekeringan, dan agak tahan terhadap hama pengisap polong, sedangkan tetua Argomulyo merupakan varietas yang memiliki ketahanan terhadap lingkungan yang baik dan toleran terhadap penyakit karat daun. Dimungkinkan genotip 04 merupakan keturunan yang terhimpun genetik-genetik unggul dari kedua tetuanya yaitu varietas Detam dan varietas Argomulyo. Hingga kini, perakitan varietas kedelai untuk mendapatkan varietas yang berumur pendek, berbiji besar, dan sekaligus berdaya hasil tinggi masih belum berhasil. Krisnawati dan Adie (2008) mendapatkan gambaran bahwa pola umur masak mengikuti hasil biji. Artinya peningkatan hasil biji searah dengan peningkatan umur masak. Meskipun demikian, peluang untuk menghasilkan varietas kedelai berumur genjah, berbiji besar dan sekaligus berdaya hasil tinggi masih terbuka lebar, dengan tersedianya sumber gen untuk umur genjah, biji besar dan hasil tinggi. Kesimpulan 11 hasil persilangan tetua Argomulyo dengan Wilis pada kelompok kedelai kuning menunjukkan superior pada sifat agronomik dan hasil, sedangkan 04 hasil persilangan Detam dengan Argomulyo pada kedelai hitam menunjukkan superior pada sifat sifat agronomik dan hasil. Saran 11 pada kedelai kuning dan 04 pada kedelai hitam perlu diuji lanjut untuk sifat daya hasil pada generasi selanjutnya. Ucapan Terimakasih Disampaikan kepada Direktur PT. Indmira atas biaya, personalia dan fasilitas dalam penelitian kerjasama yang terjalin. Daftar Pustaka Basuki, Lagiman, B. Rochim. 2012. Heterosis Hasil dan Komponen Hasil 14 Kedelai F1 untuk Menunjang Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional: Peran Pertanian dalam Menunjang Ketahanan Pangan dan Energi untuk Memperkuat Ekonomi Nasional Berbasis Sumberdaya Lokal. Purwokerto, 19 September 2012. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. 2011. Kebijakan dan Program Pengembangan Kedelai Mendukung Swasembada Kedelai Tahun 2014. Prosiding

35 Lagiman et al. / Agrivet (2015) 19: 30-35 Seminar Nasional: Inovasi Teknologi untuk Pengembangan Kedelai Menuju Swasembada. Malang, 29 Juni 2010. Krisnawati, A. dan M. Adie. 2008. Ragam Umur Masak Kedelai dan Kontribusinya terhadap Hasil Kedelai. Agritek 17 (11): 1-7. Krisnawati, A. 2011. Karakteristik Hasil dan Komponen Hasil Galur Kedelai F6 Berukuran Biji Besar. Prosiding Seminar Nasional: Inovasi Teknologi untuk Pengembangan Kedelai Menuju Swasembada. Malang, 29 Juni 2010. Kusbini, B.A. 2011. Permasalahan, Tantangan dan Peluang Pencapaian Swasembada Kedelai. Prosiding Seminar Nasional: Inovasi Teknologi untuk Pengembangan Kedelai Menuju Swasembada. Malang, 29 Juni 2010. Sumarno dan M. Adie. 2011. Strategi Pengembangan Produksi Menuju Swasembada Kedelai Berkelanjut an. Prosiding Seminar Nasional: Inovasi Teknologi untuk Pengembangan Kedelai Menuju Swasembada. Malang, 29 Juni 2010.