1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) sebagian besar masih menggunakan metode ceramah dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti. Metode ceramah memang dapat digunakan untuk setiap pembelajaran, karena metode ini sebagai sarana untuk menjelaskan materi pada proses pembelajaran, namun jika dalam pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah maka membuat siswa menjadi bosan dan tidak bersemangat. Kebosanan dan tidak semangat ini dapat menyebabkan penurunan hasil belajar siswa. Tentu hal ini tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Pembelajaran di Sekolah Dasar mempunyai lima pokok mata pelajaran yang harus dikuasai siswa. Lima mata pelajaran tersebut mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Hal tersebut tentu tidak mudah dikuasai secara cepat oleh siswa, mengingat karakteristik siswa masih berpikir secara konkrit di Sekolah Dasar. Salah satu mata pelajaran pokok tersebut yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai ruang lingkup yang cukup luas. Mata pelajaran ini terdiri dari sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Trianto, 2010: 171). Dari berbagai ilmu tersebut, harus dikuasai oleh siswa dalam satu mata pelajaran dengan alokasi waktu yang sama dengan mata pelajaran lain. Guru tentu mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. 1
2 Dengan cakupan materi yang cukup luas jika dibandingkan dengan alokasi waktu pembelajarannya maka dituntut guru yang inovatif dan kreatif. Inovasi- inovasi tersebut dapat berupa penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, dan juga media pembelajarannya. Hal ini bertujuan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Sebuah model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. VCT ini merupakan sebuah model yang berasal dari pengembangan Value Education yang dapat dijadikan alternative model pembelajaran oleh guru terutama untuk mengajar IPS. Pendekatan ini sangat baik dalam pelaksanaan Cognitive Moral Development (Pembinaan Moral secara kognitif) sebab segala sesuatu hanya masuk dalam sistem nilai kita apabila rasio mengatakan baik/ benar/ adil/ tepat (Djahiri, 1985 : 41 ). Jadi, model ini diharapkan mampu menggali emosi dan nilai-nilai yang ada di dalam diri siswa untuk ikut serta merasakan yang terjadi sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan ikut serta merasakan yang terjadi, siswa diharapkan lebih banyak memahami materi yang akan disampaikan oleh guru. Dapat diharapkan banyak materi yang dapat diserap dengan baik. Model pembelajaran VCT mempunyai banyak macamnya antara lain tipe Percontohan. Tipe ini merupakan model VCT yang menggunakan sebuah contoh peristiwa atau kejadian yang didramatisir, sehingga mampu
3 menyentuh hati siswa. Peneliti ingin mengetahui pengaruh dari model VCT tipe Percontohan ini terhadap hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa pada mata pelajaran IPS. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah model pembelajaran VCT Percontohan berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Klapasawit? 2. Apakah model pembelajaran VCT Percontohan berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar aspek afektif siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Klapasawit? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ada dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sedangkan tujuan khusus adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran VCT Percontohan terhadap hasil belajar siswa aspek kognitif pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Klapasawit.
4 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran VCT Percontohan terhadap hasil belajar siswa aspek afektif pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri 2 Klapasawit. D. Manfaat Manfaat penelitian ada dua yaitu secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat dengan memberikan pertimbangan pemikiran terhadap model VCT percontohan. Sedangkan secara praktis antara lain : Bagi guru 1. Guru dapat mengetahui model pembelajaran VCT. 2. Guru dapat menerapkan model pembelajaran VCT Percontohan pada pembelajaran di kelas. Bagi siswa 1. Memudahkan siswa memahami materi dengan baik. 2. Mempengaruhi sikap semangat kebangsaan siswa. Bagi sekolah 1. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di Sekolah. 2. Dapat memberikan pertimbangan pemikiran mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di sekolah
5 Bagi peneliti 1. Menambah pengalaman peneliti untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitkan dengan pembelajaran IPS. 2. Meningkatkan pengetahuan peneliti terhadap model pembelajaran VCT.