PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA (ANAK)

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

DHAHANA PUTRA DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN, KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 48/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

-2- Anak secara terintegrasi, terpadu, dan holistik, perlu dilakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan yang dilakukan oleh Menteri dan Komisi. Oleh

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENINGKATAN KEDAULATAN PANGAN

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA KEDAULATAN ENERGI

PENGHARMONISASIAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

BAB III POLITIK HUKUM PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

Muchamad Ali Safa at

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PROSEDUR REVISI UNDANG-UNDANG. Revisi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

BAB 10 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Reformasi Regulasi Dalam Rangka Mendukung Upaya Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional dan Daerah

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

PROVINSI JAWA TENGAH

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

PERAN STRATEGIS LEMBAGA LITBANG SEBAGAI REFERENSI KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG HUKUM. Jakarta, 2 November 2017

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

2017, No masyarakat terhadap pelaksanaan penegakan hukum oleh Kejaksaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

POLICY BRIEF ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA ANAK

GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

AYO KERJA, KAMI PASTI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, 1 tidak berdasarkan kekuasaan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB V KESIMPULAN. hanya dapat dilakukan satu kali saja. 1 Hal itu berarti putusan yang

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

KLARIFIKASI PERDA DISKRIMINATIF GENDER

BAB III KEDUDUKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU- XII/2014

1. Hubungan Sistem Pemasyarakatan dengan Lembaga-Lembaga Penegak Hukum Lainnya dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi


PUSANEV_BPHN. Overview ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK. Oleh:

POLICY BRIEF ANALISIS EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai



PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DISKUSI PUBLIK MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA (ANAK) Denpasar Bali, 10 Agustus 2016 Pocut Eliza, S.Sos.,S.H., M.H. Kepala Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

Objek pembangunan hukum Kelembagan Aparatur Budaya Hukum Substansi/ Materi PUU 2 masalah: -Kualitas -Kuantitas TUJUAN NKRI: - Melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, - Memajukan kesejahteraan umum, - Mencerdaskan kehidupan bangsa - Ikut melaksanakan ketertiban dunia

Masalah peraturan perundang-undangan saat ini: SUBSTANSI HUKUM 1. Masalah kualitas Multi tafsir Disharmoni /tumpang tindih Konflik Inkonsisten Tidak memenuhi asas pembentukan dan asas materi muatan Tidak operasional Tidak efektif dan/atau tidak efisien Menimbulkan biaya tinggi yang tidak perlu 2. Masalah kuantitas: Jumlah peraturan perundang-undangan semakin banjir (hiper regulasi) STRUKTUR HUKUM Penegakan hukum BUDAYA HUKUM BELUM ADA MEKANISME EVALUASI TERHADAP DAMPAK KEBERHASILAN DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG ADA (EXISTING REGULATION).

Analisis dan Evaluasi Hukum Kontrol terhadap 2 masalah Materi Hukum: -Kualitas -Kuantitas

Lingkup anev pedoman meliputi analisis dan evaluasi terhadap PUU sebagai substansi hukum (hukum positif), yang dikaitkan dengan kondisi struktur hukum, serta budaya hukumnya bersifat pemantauan (ex-post) yaitu evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan (existing regulation) yang telah diundangkan dan diberlakukan, untuk menemukan permasalahan dalam implementasinya.

5 (lima) Dimensi pengujian 1. pengujian terhadap asas kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan; 2. pengujian terhadap asas kejelasan rumusan; 3. pengujian terhadap asas materiil (umum dan khusus); 4. pengujian terhadap potensi disharmoni antara suatu PUU dengan PUU lainnya, baik brsifat horizontal maupun vertikal; dan 5. pengujian terhadap efektivitas implementasinya

Objek anev hukum UU PP Perpres Perda Jenis PUU lainnya sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU No 12/2011 (yang sudah diundangkan dan diberlakukan minimal 2 tahun) Data dukung: Hasil Penelitian, Hasil Kajian, Kebijakan Pemerintah, Putusan Mahkamah Agung, Putusan Mahkamah Konstitusi, dan Masukan dari Masyarakat

Tata cara melakukan anev hukum 1. Inventarisasi PUU Tujuannya: Mengetahui PUU apa saja yang terkait dengan substansi yang akan dianalisis; Mengetahui status keberlakukan suatu PUU, termasuk perubahannya; Mengetahui konvensi/perjanjian internasional yang terkait dengan substansi yang akan dianalisis; Mengetahui putusan MA dan putusan MK mengenai judicial review terhadap suatu PUU 2. Melakukan pengujian-pengujian ketentuan dalam PUU pengujian terhadap asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; pengujian terhadap asas kejelasan rumusan pengujian terhadap asas materiil (asas umum dan asas khusus); pengujian terhadap potensi disharmoni pengaturan antar PUU, baik bersifat horizontal maupun vertikal; pengujian efektivitas implementasi PUU.

Asas materi muatan UU bersumber dari PANCASILA Tata Nilai Bentuk Negara (NKRI) Cara Mencapai Tujuan KETUHANAN & KEMANUSIAAN PERSATUAN DEMOKRASI (1) Kekeluargaan, (2) Kesamaan Kedudukan dalam hukum dan Pemerintahan, (3) ketertiban dan kepastian hukum, serta (4) keseimbangan, keserasian dan keselarasan (1)Kebangsaan, (2) kenusantaraan, (3) Bhineka Tunggal Ika KEADILAN SOSIAL Kemanusiaan Tujuan (1) Pengayoman, (2) Keadilan (dan kesejahteraan)

pengujian asas formil (Pasal 5 UU No. 12 Tahun 2011 ) pada hakekatnya asas formil merupakan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam rangka membuat suatu peraturan perundang-undangan untuk keperluan ex-post analysis, pengujian dua asas formil tersebut dipandang perlu untuk mengevaluasi peraturan perundang-undangan, untuk menilai apakah materi muatan suatu PUU sesuai atau tidak dengan jenis PUU tersebut, serta dalam ralam rangka menilai suatu ketentuan dalam PUU tersebut dalam pedoman ini ada pengujian terhadap:1) kesesuaian antara jenis dan hierarki (asas); 2) kejelasan rumusan (asas).

Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Meliputi:

Pengujian asas materiil (Pasal 6 ayat (1) UU no. 12 tahun 201) Analisis pengujian asas ini dilakukan dengan pendekatan normatif, dengan metode analisis dilakukan secara kualitatif. Untuk mempermudah pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk tabel (contoh format tabel lihat table 2). Agar terukur, analisis terhadap asas ini menggunakan indikatorindikator pemenuhan asas (lihat table 3).

Pengujian asas materiil khusus (Pasal 6 ayat (2) UU no. 12 tahun 201) Selain asas umum materi muatan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 6 ayat (1), ada pula asas materiil khusus sesuai dengan konteks PUU yang dianalisis, sebagaimana disebutkan Pasal 6 ayat (2). Asas materiil khusus ini dapat ditambahkan berikut indikatornya oleh evaluator, disesuaikan dengan konteks PUU nya.

10% 10% 10% ASAS MATERI MUATAN dalam Pasal 6 UU No.12 tahun 2011 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% pengayoman kemanusiaan kebangsaan kekeluargaan kenusantaraan bhinneka tunggal ika keadilan kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan ketertiban dan kepastian hukum keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Pengujian potensi disharmoni dilakukan dengan pendekatan normatif, terutama untuk mengetahui potensi masalah norma yang tumpang tindih/disharmoni, inkonsisten, atau menimbulkan multitafsir terhadap 4 aspek, yaitu: 1) kewenangan antar sektor, 2) hak dan kewajiban stakeholder, 3) perlindungan, dan 4) penegakan hukum.

Pengujian efektivitas Pengujian efektivitas ini dilakukan dengan pendekatan empirik dan metode analisis kualitatif, untuk memperoleh jawaban: apakah peraturan telah dilaksanakan secara konsisten; apakah outcome dari suatu PUU sudah sesuai dengan tujuan pembentukannya; hambatan apa saja yang terjadi dalam pelaksanaannya; apakah sudah didukung oleh budaya hukum masyarakat dan aparatur; dan apakah sudah didukung dengan pelayanan publik yang memadai.

Landasan Meningkatnya kualitas penegakan hukum dalam rangka penanganan berbagai tindak pidana, Mewujudkan sistem hukum pidana yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel bagi pencari keadilan dan kelompok rentan, dengan didukung oleh aparat penegak hukum yang profesional dan berintegritas; dan Terwujudnya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak atas keadilan bagi warga negara. Permasalahan dalam Pokja AE Bagaimana kesesuaian norma peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Sistem Hukum Pidana Anak terhadap indikator asas-asas sebagaimana diatur dalam UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan? Bagaimana potensi tumpang tindih peraturan perundang-undangan terkait Sistem Hukum Pidana Anak dalam proses pengambilan kebijakan publik jika dilihat dari 4 aspek, yaitu: 1) kewenangan, 2) hak dan kewajiban, 3) perlindungan 4) penegakan hukum? Bagaimana kendala dan/atau efektivitas penerapan di lapangan terkait Sistem Hukum Pidana Anak? Sasaran RPJMN III pembangunan hukum periode 2015-2019, diarahkan pada: (a) menciptakan penegakan hukum yang berkualitas dan berkeadilan; (b) meningkatkan kontribusi hukum untuk peningkatan daya saing ekonomi bangsa; dan (c) meningkatkan kesadaran hukum di segala bidang. Apakah rekomendasi yang akan diberikan pemerintah terkait Sistem Hukum Pidana Anak? Latar Belakang Keterangan Di dalam RPJM 2015 2019 terdapat permasalahanpermasalahan di bidang hukum pidana yang memerlukan penanganan dan perhatian lebih yaitu antara lain: tindak pidana korupsi, pencucian uang, terorisme, narkotika, tindak pidana yang dilakukan oleh anak, kekerasan terhadap perempuan, tindak pidana perdagangan orang.

RPJMN Meningkatkan Kualitas Penegakan Hukum Dalam Rangka Penanganan Berbagai Tindak Pidana penguatan peraturan per-uu-an yang mendukung penegakan hukum berbagai bidang, mendorong adanya koordinasi antara instansi penegak hukum, Reformasi lembaga peradilan harus didasarkan pada peraturan perundangundangan yang ada, penegakan hukum terhadap kasus-kasus yang melibatkan aparat penegak hukum sebagai pelaku perlu mendapatkan perhatian yang serius dan hukuman yang lebih berat. Meningkatnya kualitas penegakan hukum dalam rangka penanganan berbagai tindak pidana, mewujudkan sistem hukum pidana yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel bagi pencari keadilan dan kelompok rentan, dengan didukung oleh aparat penegak hukum yang profesional dan berintegritas; dan Meningkatkan Keterpaduan Dalam Sistem Peradilan Pidana, sinkronisasi kelembagaan antar lembaga yang terlibat dalam sistem peradilan pidana pembangunan sarana dan prasarana yang berbasis teknologi termasuk sistem informasi manajemen penanganan perkara pidana yang terintegrasi, transparan dan akuntabel penguatan kapasitas Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Penyimpanan Barang Sitaan. Melaksanakan Sistem Peradilan Pidana Anak jaminan dan perlindungan atas hak anak yang berhadapan dengan hukum yang menekankan pada prinsip keadilan restorasi (restorative justice). Peningkatan koordinasi antar Kementerian/Lembaga; peningkatan kemampuan aparat penegak hukum dan stakeholders; penyusunan peraturan pelaksanaan; penyediaan sarana dan prasarana; serta pengawasan dan evaluasi

Peraturan perundang-undangan bidang pidana anak UU PP Peraturan lain 1. UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 2. UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 23 TAHUN 2002 tentang Perlindungan Anak 3. PERPU Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 TAHUN 2002 tentang Perlindungan Anak 4. UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT 9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum 1. PP Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak Yang Belum Berumur 12 (dua belas) Tahun 1. Perpres Nomor 175 Tahun 2014 tentang Pendidikan Dan Pelatihan Terpadu Bagi Penegak Hukum Dan Pihak Terkait Mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak 2. Permenkumham Nomor 17 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Penempatan Anak Sementara 3. Permenkumham Nomor 18 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus Anak Catatan: Untuk analisis potensi tumpang tindih, akan dikaitkan juga dengan: 1. KUHP; 2. KUHAP.

TERIMA KASIH