BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

HUBUNGAN KECERDASAN SPASIAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISWA KELAS 5 SD NEGERI 5 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Febby Achmad Suryadipura, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak jenis pendidikan yang dibagi menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal itu, sekolah-sekolah tidak akan bisa menghindari diri dari berbagai

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. aktif serta dari berbagai pihak yang terkait, sehingga bidang pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau

BAB I PENDAHULUAN. oleh mahasiswa. Prestasi adalah hasil dari usaha mengembangkan bakat secara

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan lain Hariwijaya (2009). Sehingga matematika mejadi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kritis, berkualitas dan mampu bersaing dalam era teknologi. Dewasa ini. membantu proses pembangunan disemua aspek kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa dijadikan salah satu

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam matematika itu sendiri maupun dalam bidang-bidang yang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arcat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pendidikan menjadi sarana penting dalam upaya menciptakan

I. PENDAHULUAN. proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. media pembelajaran yang sesuai, walaupun tentu masih ada aspek-aspek lain yang

BAB I PENDAHULAN. bangsa dan negara. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu dasar pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. kiri, dan kurang merangsang fungsi dan peran otak bagian kanan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

Menurut Hamalik (1994) belajar merupakan suatu pertumbuhan atau perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 64. 2

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Study Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DUKUNGAN MINAT BELAJAR, FASILITAS BELAJAR DAN KEGIATAN ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN (HMJ) TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN

PENERAPAN METODE EDUTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN RESPON SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK pada Siswa Kelas V SD Negeri Malangjiwan 01 Colomadu)

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidik, tujuan pendidikan, sarana dan prasarana pembelajaran. Pembelajaran tidak. pembangunan untuk masa depan bangsa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari anak-anak sampai dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. trigonometri, kalkulus, statistika, dan peluang. dengan yang lain (Bariyah, 2010). Jarak pada bangun ruang adalah salah satu

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi

BAB I PENDAHULUAN. menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru di sekolah. Dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Profil kesulitan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal fisika materi cahaya ditinjau dari gaya belajar di SMPN 2 Wungu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan karena pelaksanaannya yang diberikan pada semua jenjang

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sudah menjadi suatu kebutuhan pokok semua manusia di zaman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diungkapkan oleh Wahyu Setiawan (1996 :4-5) bahwa daya serap siswa kelas IV Sekolah Dasar terhadap konsep-konsep volume rendah. Selain itu Soedjadi (1995) juga mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi, misalnya siswa menyebut rusuk pada bangun ruang merupakan rangka yang menopang tubuh. Hal ini bisa terjadi karena sebagian besar guru-guru mereka sekarang sebenarnya tidak menguasai konsep Geometri dengan baik. Dugaan ini muncul dari rendahnya prestasi belajar mata kuliah Geometri ketika mereka studi di bangku perguruan tinggi. Rendahnya prestasi belajar geometri dapat dilihat dari prosentai kelulusan yang terlalu rendah. Prosentasi kelulusan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Matematika Universitas Sebelas Maret (UNS) dalam mengikuti perkuliahan geometri hanya mencapai ± 55 % - 65 %, dan sebagian besar yang lulus mendapat C. Prosentasi ini relatif rendah dibandingkan mata kuliah yang lain. Rendahnya prestasi belajar geometri mahasiswa ini tentu berkorelasi dengan berbagai faktor. Diantara faktor yang dimungkinkan turut berkorelasi kuat dengan prestasi belajar geometri adalah adanya perbedaan persepsi yang dimiliki mahasiswa terhadap model pembelajaran geometri yang selama ini diterapkan oleh Dosen Geometri, aktivitas belajar dan kemampuan spasial mahasiswa. Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses inilah yang disebut persepsi (Bimo Walgito, 2002: 69). Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi yang terjadi dapat diperoleh dari perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-pengalaman individu yang tidak sama. Sehingga dalam mempersepsi 1

2 suatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain (Bimo Walgito, 2002: 70). Persepsi yang berbeda dari mahasiswa tentang model pembelajaran yang diterapkan oleh dosen di kelas memungkinkan adanya perbedaan prestasi hasil belajar geometri. Mahasiswa yang memiliki prestasi belajar tinggi dimungkinkan karena selama ini mereka menganggap bahwa model pembelajaran yang selama ini diterapkan di kelas relatif telah efektif sehingga ia termotivasi untuk rajin belajar dan memudahkannya pula dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen. Berbeda dengan mahasiswa yang memiliki prestasi rendah, mereka mungkin beranggapan bahwa model pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh dosen relatif tidak efektif, sehingga mereka sama sekali kurang bisa memahami materi yang disampaikan oleh dosen dan kurang termotivasi untuk rajin belajar, akibatnya prestasi belajar mereka rendah. Oleh karena itu, penulis menduga bahwa salah satu faktor yang berkorelasi kuat dengan prestasi belajar geometri adalah adanya persepsi yang dimiliki mahasiswa tentang model pembelajaran geometri yang selama ini diterapkan oleh Dosen Geometri. Salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi adalah mahasiswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam belajar, yaitu faktor ekstern yang berasal dari luar mahasiswa seperti lingkungan, teman, orang tua dan sebagainya. Sedangkan faktor lainnya adalah faktor intern yang berasal dari mahasiswa sendiri diantaranya motivasi, rasa percaya diri, aktivitas belajar, intelegensi atau kecerdasan dan lain-lain. Faktor intern inilah yang lebih berpengaruh terhadap keberhasilan mahasiswa dalam meraih prestasi yang maksimal. Dalam proses belajar, salah satu faktor intern yang penting diperhatikan adalah aktivitas belajar. Tidak jarang dijumpai mahasiswa malas belajar, malas mengerjakan latihan soal-soal dan lain-lain, padahal dalam belajar mata kuliah seperti Geometri dituntut untuk rajin dalam mengerjakan soal-soal latihan. Akibatnya, otak mahasiswa menjadi kurang terasah, sehingga sulit menyerap materi lebih lanjut. Selain itu juga, mahasiswa tidak bisa mengingat materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

3 Aktivitas belajar bukan hanya di kelas, tetapi juga aktivitas belajar di rumah, di perpustakaan maupun di tempat lain. Aktivitas belajar mahasiswa bervariasi, ada mahasiswa yang aktivitas belajarnya tinggi, sedang dan ada juga yang aktivitas belajarnya rendah. Pada umumnya, mahasiswa yang aktivitas belajarnya tinggi maka prestasi belajarnya tinggi, sedang mahasiswa yang aktivitas belajarnya rendah prestasi belajarnya juga rendah. Sehingga penulis juga menduga bahwa tinggi rendahnya aktivitas belajar geometri mahasiswa berkorelasi kuat dengan prestasi belajar geometri mahasiswa. Faktor intern lain yang juga relatif berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mata kuliah Geometri adalah kemampuan spasial atau kecerdasan spasial. Kecerdasan spasial adalah jenis kecerdasan pengamatan terhadap suatu obyek. Persepsi langsung atas dunia visual merupakan ciri sentral kecerdasan spasial. Orang dengan kecerdasan spasial yang tinggi akan mampu memberi gambaran visual yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu, mudah membaca diagram, peta dan grafik, menggambar sosok orang atau benda persis dengan aslinya, senang melihat film, slide dan foto atau kegiatan visual lainnya, membangun konstruksi tiga dimensi yang menarik, mencoret-coret suatu skema di atas kertas atau buku sekolahnya, maupun lebih memahami lewat gambar daripada kata-kata ketika membaca (www.balipost.co.id). Selain itu juga, orang yang mempunyai kecerdasan visual ruang tinggi akan mempunyai kemampuan menangkap kesan dan menggambarkan bentuk, ruang, warna, dan garis termasuk kemampuan mempersembahkan ide visual dan ruang secara grafis. Seseorang yang mempunyai kecerdasan ini dapat menggambar di dalam pikirannya serta menuangkannya secara visual di atas kertas (beta.tnial.mil.id). Mahasiswa yang memiliki kecerdasan spasial tinggi tentu akan sangat terbantu dalam mempelajari materi geometri yang memuat tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang beseta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya, dan hubungannya antara yang satu dengan yang lain, yang memang sangat membutuhkan ketajaman visualisasi dan kemampuan keruangan atau kemampuan spasial sehingga hasil belajarnya bisa optimal. Sedangkan mahasiswa yang memiliki kemampuan spasial yang rendah cenderung kurang mahir dalam

4 memvisualisasikan soal cerita dalam bentuk gambar atau grafik dan sebagainya, sehingga prestasi belajarnya pun cenderung rendah. Sehingga penulis menduga bahwa tinggi rendahnya kemampuan spasial mahasiswa berkorelasi kuat dengan prestasi belajar geometri. Dari uraian tersebut di atas, peneliti berkeinginan untuk melihat apakah ada korelasi antara persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri, aktivitas belajar dan kemampuan spasial mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa. Hal yang menjadi Pertanyaan adalah apakah semakin baik persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri akan semakin baik pula prestasi belajar geometrinya. Ingin pula dilihat apakah semakin tinggi aktivitas belajar geometri mahasiswa akan semakin tinggi prestasi belajar geometri mahasiswa. Juga akan dilihat apakah semakin tinggi kemampuan spasial mahasiswa akan semakin tinggi pula prestasi belajar geometri mahasiswa. Penelitian mengenai hal tersebut di atas penting dilaksanakan karena Geometri merupakan mata kuliah penunjang untuk beberapa mata kuliah seperti Geometri Analitik Datar dan Geometri Analitik Ruang. Agar dapat mengikuti mata kuliah Geometri Analitik Datar dan Geometri Analitik Ruang dengan baik, maka diperlukan pemahaman yang baik terhadap mata kuliah Geometri. Pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah Geometri juga sangat membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah Trigonometri, Kalkulus dan lain-lain. Jika prestasi belajar geometri rendah, maka dimungkinkan mahasiswa akan relatif kesulitan dalam memahami mata kuliah-mata kuliah tersebut. Selain itu, Geometri diajarkan di jenjang pendidikan dasar dan menengah, sehingga jika mahasiswa tidak menguasai Geometri dengan baik, yang diindikasikan dengan rendahnya prestasi belajar geometri, maka ketika ia menjadi seorang pendidik kelak, ia kurang bisa membantu anak didiknya memahami Geometri dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul KORELASI ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MODEL PEMBELAJARAN DOSEN GEOMETRI, AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN SPASIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI MAHASISWA

5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka muncul masalah-masalah sebagai berikut: 1. Pada umumnya prestasi belajar geometri mahasiswa masih rendah, sehingga diperlukan upaya dari mahasiswa untuk meningkatkan prestasi belajar geometri. 2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar geometri mahasiswa disebabkan oleh persepsi yang kurang baik dari mahasiswa tentang model pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh Dosen Geometri. Terkait dengan kemungkinan ini dapat diteliti apakah benar jika semakin baik persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran yang diterapkan oleh Dosen Geometri maka semakin baik pula prestasi belajar geometri. Jika benar bahwa persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri yang diterapkan tersebut berkorelasi kuat dengan prestasi belajar, maka para pendidik bisa merubah model pembelajarannya sedemikian sehingga mahasiswa merasa mudah memahami materi dan mahasiswa dapat mencapai hasil yang optimal dalam belajar geometri. 3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar mahasiswa disebabkan oleh aktivitas belajar mahasiswa masih rendah. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah benar jika aktivitas belajar mahasiswa tinggi, maka prestasi belajar geometri mahasiswa juga tinggi. 4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar geometri mahasiswa karena kemampuan/kecerdasan spasial yang dimiliki oleh mahasiswa rendah. Sehingga dapat diteliti lebih lanjut, apakah benar bahwa jika kemampuan/kecerdasan spasial yang dimiliki oleh mahasiswa tinggi, maka prestasi belajar geometri mahasiswa juga tinggi.

6 C. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran yang akan diteliti korelasinya terhadap prestasi belajar geometri adalah persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri. Model pembelajaran yang diterapkan saat perkuliahan geometri apakah sudah efektif, kurang efektif atau tidak efektif. 2. Aktivitas belajar mahasiswa yang dimaksud adalah aktivitas belajar geometri mahasiswa yang diartikan sebagai suatu kegiatan atau kesibukan mahasiswa dalam belajar yang melibatkan fisik dan mental yang saling terkait baik di luar kampus maupun di kampus. 3. Kemampuan/kecerdasan spasial diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memahami ruang, memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang atau menciptakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi, meliputi kemampuan membayangkan dan mempresentasikan ide secara visual atau spasial. 4. Penelitian dilaksanakan di program studi Pendidikan Matematika FKIP UNS pada mahasiswa yang pernah menempuh mata kuliah Geometri. D. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap model pembelajaran Dosen Geometri yang selama ini diterapkan di kelas? 2. Adakah korelasi yang positif antara persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri yang diterapkan di kelas dan aktivitas belajar mahasiswa serta kemampuan spasial mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa?

7 3. Adakah korelasi yang positif antara persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri yang diterapkan di kelas dengan prestasi belajar geometri mahasiswa? 4. Adakah korelasi yang positif antara aktivitas belajar mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa? 5. Adakah korelasi yang positif antara kemampuan spasial mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa? E. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui persepsi mahasiswa terhadap model pembelajaran Dosen Geometri yang selama ini diterapkan di kelas. 2. Mengetahui adanya korelasi yang positif antara persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri yang diterapkan di kelas dan aktivitas belajar mahasiswa serta kemampuan spasial mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa. 3. Mengetahui adanya korelasi yang positif antara persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran Dosen Geometri yang diterapkan di kelas dengan prestasi belajar geometri mahasiswa. 4. Mengetahui adanya korelasi yang positif antara aktivitas belajar mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa. 5. Mengetahui adanya korelasi yang positif antara kemampuan spasial mahasiswa dengan prestasi belajar geometri mahasiswa. F. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berkorelasi kuat dengan tinggi rendahnya prestasi belajar geometri, seperti persepsi mahasiswa tentang model pembelajaran yang diterapkan, aktivitas belajar mahasiswa dan kemampuan spasial mahasiswa.

8 b. Sebagai pedoman untuk bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti lain. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar geometri pada khususnya dan mata kuliah lain pada umumnya serta untuk lebih mengasah kemampuan spasial pada khususnya dan kemampuan-kemampuan lain pada umumnya, sehingga mahasiswa dapat meraih prestasi yang tinggi. b. Sebagai bahan introspeksi bagi dosen bahwa apakah model pembelajaran yang selama ini diterapkan di kelas telah efektif dan sebagai bahan masukan bagi dosen juga untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, sehingga prestasi belajar mahasiswa tinggi.