BAB IV KESIMPULAN Unsur-unsur kekerasan yang dapat ditemukan dalam sebuah cerita dongeng memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah tidak bisa dilepaskan dari sebuah cerita dongeng yang merupakan salah satu bentuk sastra anak. Cerita dongeng yang menampilkan unsur kekerasan yang sangat kental dalam ceritanya adalah Barbe Bleue, La Belle Au Bois Dormant, Le Petit Poucet dan Le Petit Chaperon Rouge. Keempat dongeng tersebut ditulis oleh Charles Perrault dan diterbitkan ke dalam sebuah buku kumpulan dongeng-dongeng karyanya berjudul Histoires ou contes du temps passé atau Les contes de ma Mère l Oye pada tahun 1697. Perrault merupakan seorang penulis dongeng terkenal yang juga merupakan salah seorang pelopor kesusastraan Prancis modern pada abad ke- 17. Unsur kekerasan tampil dalam keempat dongeng karya Perrault karena belum berkembangannya sastra anak pada abad ke- 17 sehingga pada awalnya cerita-cerita dongeng tersebut ditujukan untuk pembaca dewasa. Sastra anak baru mulai berkembang setelah kemunculan Perrault dan karyanya yang dikenal di seluruh Prancis. Cerita-cerita dongeng yang mudah diterima oleh siapa saja, bahkan anakanak, membuat dongeng menjadi salah satu jenis sastra anak yang paling dikenal di dunia hingga saat ini. 80
Dongeng-dongeng karya Perrault juga dianggap relevan dengan situasi sosial pada masa dongeng tersebut diterbitkan, yakni pada abad ke-xvi. Situasi Prancis pada zaman itu dipenuhi kekerasan, perang, wabah penyakit, kekeringan dan kelaparan. Hal ini sesuai dengan cerita pada dongeng-dongeng Perrault yang menceritakan tentang kekerasan, peperangan, musim kering panjang. Sebagian besar cerita dongeng Perrault juga berlatar kerajaan yang sesuai dengan realita zaman itu. Pada abad ke-xvi, Prancis adalah negara monarki dengan campur tangan agama yang besar terhadap pemerintahan. Unsur-unsur kekerasan dalam keempat dongeng karya Charles Perrault dianalisis berdasarkan delapan pendekatan kekerasan Drs. Eb. Surbakti. Dalam cerita dongeng Barbe Bleue ditemukan sembilan tindak kekerasan yang meliputi dua kekerasan simbol, dua kekerasan psikologis, empat kekerasan rumah tangga dan satu kekerasan fisik. Cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant memiliki dua belas macam tindak kekerasan. Kekerasan-kekerasan tersebut terbagi menjadi satu kekerasan simbol, tiga kekerasan psikologis, satu kekerasan struktural, lima kekerasan fisik, satu kekerasan sistem dan satu kekerasan rumah tangga. Pada cerita dongeng Le Petit Poucet ditemukan tujuh buah tindak kekerasan yang dibagi menjadi empat kekerasan rumah tangga, satu kekerasan fisik dan dua kekerasan psikologis. 81
Cerita dongeng Le Petit Chaperon Rouge hanya memiliki tiga buah unsur tindak kekerasan karena ceritanya yang cenderung singkat. Unsur-unsur kekerasan tersebut terbagi menjadi dua kekerasan fisik dan satu kekerasan psikologis. Total keseluruhan tindak kekerasan yang ditemukan dalam keempat judul cerita dongeng tersebut berjumlah tiga puluh satu tindakan. Kekerasan rumah tangga dan kekerasan fisik mendominasi unsur kekerasan dengan masing-masing Sembilan tindakan. Diikuti oleh delapan kekerasan psikologis, tiga kekerasan simbol, satu kekerasan struktural dan satu kekerasan sistem. Tindak kekerasan rumah tangga yang ditemukan berupa ancaman verbal, ancaman pembunuhan, penderitaan fisik, penelantaraan, pemaksaan dan perampasan kemerdekaan dalam lingkup rumah tangga. Tindak kekerasan fisik yang ditemukan adalah pembunuhan. Tindak kekerasan simbol adalah pada saat terjadi tindakan merendahkan yang dialami oleh Si Janggut Biru dalam cerita dongeng Barbe Bleue dan tindakan menghina yang melukai hati yang dialami oleh seorang peri tua dalam cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant. Kekerasan struktural yaitu perintah yang dikeluarkan oleh sang Raja yang bersifat menekan rakyat-rakyatnya dalam cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant. Sedangkan tindak kekerasan sistem adalah munculnya sistem perang pada cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant. Sedangkan penelitian yang dilakukan berdasarkan teori semiotika Peirce yang difokuskan pada fungsi ikon, indeks dan simbol menemukan tujuh jenis fungsi ikon, lima jenis fungsi indeks dan tiga jenis fungsi simbol. 82
Dalam penelitian ini ditemukan tiga fungsi ikon dalam cerita dongeng Barbe Bleue, dua fungsi ikon dalam Le Petit Poucet dan masing-masing satu fungsi ikon dalam La Belle Au Bois Dormant dan Le Petit Chaperon Rouge. Lima fungsi indeks yang ditemukan terbagi menjadi tiga fungsi indeks dalam cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant dan masing-masing satu fungsi indeks pada Barbe Bleue dan Le Petit Poucet. Sedangkan untuk fungsi simbol, penelitian ini menemukan tiga jenis simbol yang dijelaskan ke dalam sepuluh kutipan pada masing-masing cerita dongeng. Fungsi simbol tindak kekerasan yang pertama adalah janggut biru yang terdapat dalam cerita dongeng Barbe Bleue. Lalu terdapat pula sosok raksasa yang menjadi fungsi simbol tindak kekerasan dalam cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant dan Le Petit Poucet. Fungsi simbol tindak kekerasan yang terakhir adalah sosok serigala dalam cerita dongeng Le Petit Chaperon Rouge. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari empat dongeng yang menjadi objek dalam penelitian seluruhnya memiliki unsur kekerasan. Unsur kekerasan yang paling banyak ditemukan adalah tindak kekerasan rumah tangga dan kekerasan fisik. Cerita dongeng La Belle Au Bois Dormant menjadi cerita dengan unsur kekerasan paling banyak, yakni sebanyak dua belas jenis unsur kekerasan. Sedangkan unsur kekerasan yang paling sedikit ditemukan adalah tindak kekerasan structural dan kekerasan sistem. Cerita dongeng Le Petit Chaperon Rouge adalah cerita dongeng dengan unsur kekerasan yang paling sedikit, yakni sebanyak tiga tindak kekerasan saja. 83
Dari segi pendekatan semiotika, fungsi yang paling banyak ditemukan adalah fungsi ikon yang berjumlah tujuh fungsi. Barbe Bleue menjadi cerita dongeng dengan fungsi ikon terbanyak. Fungsi simbol menjadi fungsi yang paling sedikit karena hanya ditemukan tiga fungsi simbol saja. Jika dirata-rata, La Belle Au Bois Dormant menjadi cerita dongeng dengan fungsi ikon, indeks dan simbol yang paling banyak karena terdapat satu fungsi ikon, tiga fungsi indeks dan empat kutipan yang menjelaskan mengenai fungsi simbol. Secara keseluruhan, terdapat cukup banyak tindak kekerasan yang terdapat dalam empat cerita dongeng karya Charles Perrault. Walaupun dongeng merupakan salah satu jenis sastra anak dan banyak dibaca oleh pembaca berusia anak-anak, tetapi tidak perlu ada sensor yang bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur kekerasan pada dongeng-dongeng tersebut. Menyensor unsur-unsur kekerasan akan menghilangkan esensi cerita dan sebagian besar dongeng memiliki pesan moral yang baik bagi para pembacanya yang berhubungan dengan alasan mengapa terdapat tindak kekerasan dalam cerita tersebut. Pembaca anak-anak hanya membutuhkan pengawasan oleh orang tua pada saat membaca cerita dongeng tersebut karena tindak kekerasan dan tokohnya sebatas pada sastra anak, dalam hal ini dongeng, pada masa itu. 84