BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima di bangku perkuliahan. Oleh sebab itu praktek kerja lapangan mandiri secara langsung dapat memperkenalkan dunia kerja yang akan dihadapi setelah meninggalkan bangku perkuliahan. Melalui Praktek Kerja Lapangan Mandiri inilah diharapkan akan terbentuk orang orang yang memiliki keahlian dan pemahaman yang baik atas bidang yang di gelutinya, sehingga dapat memberikan prestasi maksimal dalam pembangunan. Dalam upaya penyelenggaraan pembangunan nasional yang berkesinambungan dan merata di seluruh Indonesia pemerintah memerlukan berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi. Untuk mencapai stabilitas tersebut, pemerintah harus berusaha memaksimalkan penerimaan negara, salah satunya adalah penerimaan dari sektor pajak. Sebagaimana tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, penerimaan dari sektor pajak memberikan kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara dan selalu meningkat setiap tahunnya. Dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2007 disebutkan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pajak sebagai sumber penerimaan negara terdiri atas pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan, terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang mewah (PPN dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas sektor perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah (Mardiasmo, 2006 : 98). Untuk jenis-jenis pajak yang dipungut sebagai pajak daerah disesuaikan dengan keadaan daerah tersebut yang diatur berdasarkan Peraturan Daerah tersebut. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai salah satu dari jenis pajak, dan untuk memaksimalkan penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) aparatur pajak harus melayani dan memberikan pengetahuan yang cukup untuk wajib pajak, dengan itu wajib pajak diharapkan dapat memenuhi kewajibannya sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) atau jika belum terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), mau mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai
pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. Pada dasarnya semua barang dan jasa merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak sehingga dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), kecuali jenis barang dan jenis jasa yang diatur dalam Pasal 4A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Misalnya barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya dan uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. Sedangkan Jasa Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) meliputi, jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan social, jasa pengiriman surat dengan perangko, jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keagamaan, jasa pendidikan, jasa kesenian dan hiburan, jas penyiaran yang tidak bersifat iklan, jasa angkutan umum, jasa tenaga kerja, jasa tenaga kerja, jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran, jasa telepon umum, jasa pengiriman uang dengan wesel pos serta jasa boga atau katering.
Ada juga barang yang merupakan Barang Kena Pajak tetapi PPN-nya dibebaskan, misalnya buku pelajaran umum dan buku pelajaran agama dan barang-barang tertentunya. Karena menyadari pentingnya memahami makanisme pemungutan, pemotongan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), maka untuk memaksimalkan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai salah satu sumber penerimaan negara, Penulis tertarik untuk membahas dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul Pemotongan, Pemungutan, Dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Atas Pembelian Barang Di Biro Pusat Administrasi. B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah: 1.1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) khususnya mekanisme pemotongan, pemungutan, serta pelaporannya. 1.2. Untuk mengetahui apakah Peraturan Pemerintah khususnya mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) telah dilaksanakan sesuai prosedur oleh Biro Pusat Administrasi. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:
2.1. Bagi Mahasiswa a. Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya tentang mekanisme penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). b. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri pada Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara. c. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi d. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 2.2. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan a. Mempromosikan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan khususnya mahasiswa-mahasiswa yang potensial. b. Memberikan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di perkuliahan. c. Untuk mengevaluasi penerapan kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. d. Mendapatkan masukan berupa ide, saran dan gagasan untuk penyempurnaan kurikulum Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan yang lebih baik. 2.3. Bagi Biro Pusat Administrasi Universitas Seumatera Utara a. Mendapat masukan dan saran terhadap pelaksanaan administrasi serta sistem dan prosedur pemotongan, pemungutan serta pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). b. Sebagai bahan acuan implementasi peraturan perpajakan. c. Mempererat hubungan antara Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. d. Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di lingkungan Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak 1.1. Prof.Dr.Rochmat Soemitro, S.H Pajak adalah iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2006 : 1). 1.2. Mr. Dr. N. J. Feldmann
Dalam bukunya De Overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden, 1949, mengatakan: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaranpengeluaran umum (Suandy Erly, 2008:9). 1.3. Prof. Dr. P. J. A. Adriani Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2003 : 4). 2. Pengertian Wajib Pajak Wajib Pajak orang adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 angka 2 UU KUP). 3. Fungsi Pajak 3.1. Fungsi Budgetair Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
3.2. Fungsi Regulerend Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. 4. Jenis Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungutannya 4.1. Pajak Pusat Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. 4.2. Pajak Daerah Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. 5. Pajak Pertambahan Nilai Dasar hukum Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang-Undang Republik Indonesia No.8 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang No.42 tahun 2009 yang mengatur pengenaan pajak atas Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Di dalam Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tersebut memiliki pokok pikiran yaitu: 5.1. Simplicity Secara umum, sistem yang ada tidak diubah, yang dilakukan adalah penyempurnaan prosedur. Meskipun arah kebijakan adalah penyederhanaan, namun tidak mengabaikan pengawasan dan penerimaan negara.
5.2. Kepastian Hukum Penyempurnaan prosedur dilakukan untuk lebih memberikan kepastian hukum, agar tidak timbul kerancuan dalam pelaksanaannya. 6. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Menurut UU No.42 Tahun 2009 tentang PPN & PPnBM, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung karena mempunyai tiga unsur terpisah atau terdapat lebih dari satu orang/badan dalam proses pengenaan PPN, yaitu meliputi : 6.1. Penanggungjawab Pajak (Wajib Pajak/Pengusaha Kena Pajak), yaitu orang/badan yang secara hukum (yuridis formil) harus membayar pajak. Produsen harus melaporkan diri sebagai wajib pajak PPN/Pengusaha Kena Pajak. 6.2. Penanggung Pajak, yaitu orang/badan yang membayar pajak (dalam arti ekonomis). Penanggung pajak (pedagang besar) pada setiap melakukan pembelian membayar sejumlah harga beli ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 6.3. Pemikul Pajak (destinataris), yaitu orang/badan yang dimaksud oleh ketentuan harus memikul beban pajak. Konsumen sebagai yang dituju
undang-undang untuk memikul beban pajak, pajak dibebankan oleh pedagang besar lewat harga jual yang lebih tinggi. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada akhirnya akan menjadi beban konsumen, oleh karena itu beban pajak akan dibebankan kepada semua konsumen, tanpa memandang siapa konsumen yang akan menanggung pajak. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga tergolong sebagai pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya didasarkan pada objek pajak, baik berupa barang ataupun jasa. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak pusat karena merupakan sumber penerimaan bagi APBN (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara). D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Ruang lingkup Praktik kerja Lapangan Mandiri yang akan penulis bahas adalah mengenai Mekanisme Pemotongan, Pemungutan, serta Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai khususnya terhadap pembelian barang di Biro Pusat Administrasi serta mngetahui langsung apakah Peraturan Pemerintah khususnya tentang Pajak Pertambahan Nilai sudah di implementasikan dengan benar oleh Biro Pusat Administrasi Universitas Sumatera Utara. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi adalah:
1. Tahap Persiapan Dalam tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), kemudian mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing. 2. Studi Literatur Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 3. Observasi Lapangan Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan dan pengamatan langsung di Biro Pusat Administrasi. 4. Pengumpulan Data Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data yang diperlukan untuk penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 5. Analisis dan Evaluasi Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis. F. Metode Pengumpulan Data Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:
1. Daftar Wawancara (Interview Guide) Yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pegawai di Biro Pusat Administrasi yang menangani hal-hal yang berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai khususnya pada pembelian barang. 2. Data Observasi (Observation Guide) Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas. 3. Daftar Dokumentasi (Optional) Yaitu dengan mengumpulkan berbagai dokumen administrasi, peraturan atau dasar hukum yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab seperti terlihat di bawah ini: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat,uraian teoritis, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok di Biro Pusat Administrasi. BAB III GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran tentang data pajak seperti defenisi pajak, fungsi pajak, pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. BAB IV ANALISA DAN EVALUASI Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan mengevaluasi data yang telah diterima selama proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini. BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada babbab sebelumnya. Kemudian penulis juga akan memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan.