FENOMENA APLIKASI PENGOLAH FOTO DIGITAL PADA PONSEL PINTAR DI MASYARAKAT KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
GARIS DAN TITIK BERDASARKAN RISET VISUAL

SUMBER DAN CARA MENGATASI RASA BERSALAH PADA WANITA PEROKOK YANG MEMILIKI ANAK BALITA

GAMBARAN CELEBRITY WORSHIP PADA DEWASA AWAL DI JAKARTA

ETIKA DAN FUNGSI MEDIA DALAM TAYANGAN TELEVISI: STUDI PADA PROGRAM ACARA YUK KEEP SMILE DI TRANS TV

ANALISIS DAN STRATEGI KOMUNIKASI PERANCANGAN PROGRAM EDUTAINMENT SERI AKTIVITAS ALAM: GUNUNG MELETUS

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

Rahmat Edi Irawan Representasi Perempuan dalam Industri Sinema Amia Luthfia Pentingnya Kesadaran Antarbudaya dan Kompetensi Komunikasi Antarbud

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU DALAM MENINGKATAN PARTISIPASI PEMILIH PADA PEMILU 2014

Angela Oscario Simulasi Citra Nasionalis melalui Fashion: Studi Kasus Batik Printing dalam Gaya Hidup Post Modern Masyarakat Kota Nick Soed

MEMILIH DAN MEMANFAATKAN TIPOGRAFI

UPAYA MENGATASI GOLPUT PADA PEMILU 2014

PERAN MASYARAKAT DALAM PENCAPAIAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015 DAN TANTANGAN PASCA 2015: STUDI 8 KABUPATEN INDONESIA

AROMA SEBAGAI KOMUNIKASI ARTIFAKTUAL PENCETUS EMOSI CINTA: STUDI OLFACTICS PADA MEMORY RECALL PERISTIWA ROMANTIS

MISTISISME BARU: TEILHARD DE CHARDIN

KONSEP PELAYANAN GARUDA INDONESIA EXPERIENCE DAN KONSTRUKSI MAKNA DALAM NETWORK SOCIETY

Elda Franzia. Program Studi Desain Komunikasi Visual, FSRD, Universitas Trisakti Jln. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta

MEMAHAMI ESTETIKA DARI SUDUT PANDANG DESAIN INTERIOR

ILUSTRASI KRITIK SOSIAL DALAM BAHASA VISUAL METAPHORE PADA KARYA MAHASISWA MATA KULIAH ILUSTRASI DESAIN SEBAGAI STUDI KASUS

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Fotografi Semarang. Ilham Abi Pradiptha Andreas Feininger, Photographer,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NASIONALISME DI ERA INTERNET

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dapat terekam dan terus terkenang. Di era kemajuan

MEMAKSIMALKAN FOTOGRAFI UNTUK DESAIN WEB

STRUKTURALISME GENETIK LUCIEN GOLDMANN DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI

I. PENDAHULUAN. menengah keatas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk. bentuk teknologi dan kecangihannya (Putri dalam, Zikri 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. manusia membutuhkan orang lain untuk berbagi dan berkomunikasi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman yang cepat, dan modern serta diiringi dengan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN IKONOGRAFI PADA LUKISAN HIDUP INI INDAH APAPUN KEADAANNYA

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BARANG BERBASIS ANDROID TUGAS AKHIR MAULANA DEDY FAUZI

BAB I PENDAHULUAN. jaringan digital, jangkauan global, interaktivitas, may to many communications,

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang. Seiring berkembangnya zaman, handphone tidak hanya digunakan

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

BAB I PENDAHULUAN. masyarakarat Indonesia. Terlebih kamera aksi ini banyak dimiliki oleh kalangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ISSN humaniora Language, People, Art, and Communication Studies Vol. 5 No. 2 Oktober 2014 Pelindung Penanggung Jawab Ketua Penyunting Rector

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sebuah hobi yang mahal. Hal ini disebabkan karena untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMBUTAN ENSIKLOPEDIA BINATANG PURBA NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh I Gede Bayu Rangsang Satria Jaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

ABSTRAK. Kata Kunci: fotografi, contest crowdsourcing, hak cipta, komunitas. Universitas Kristen Maranatha

APLIKASI E-DOCUMENT PADA BURSA PENGETAHUAN KAWASAN TIMUR INDONESIA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTAGRAM

RABIAN SYAHBANA SELFIE. Penerbit Nida Dwi Karya Publishing

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman ini, perkembangan teknologi khususnya smartphone memang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal

BAB I PENDAHULUAN. banyak situs di dalamnya termasuk situs jejaring social. Mendengar kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PENGEMBANGAN SCHOOL MOBILE LEARNING PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DI SMK NEGERI 1 SUKASADA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan. Komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi

PUBLIC RELATIONS DAN MASYARAKAT DALAM MEMACU PERTUMBUHAN PARIWISATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era digital ini, teknologi semakin berkembang. Banyak teknologi baru

MEMBANGUN APLIKASI MOBILE DENGAN QT SDK DENGAN STUDI KASUS MONITORING RUANGAN MENGGUNAKAN KAMERA. Disusun oleh : NRP :

BAB I PENDAHULUAN. Produk elektronik sendiri dikategorikan menjadi consumer product. elektronik ini menjadi potensi dalam pengembangan teknologi.

Ika Lestari & 2 Gusti Yarmi PGSD Universitas Negeri Jakarta UTILIZATION OF MOBILE PHONE IN COLLEGE STUDENTS

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI KATALOG BERBASIS ANDROID DI PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH SURABAYA SKRIPSI. Oleh :

Lelo Yosep Laurentius

adalah sebesar 1,628 milyar US dollar (naik 15% dari tahun sebelumnya), untuk beriklan di koran sebesar 501 juta US dollar (naik 8,5%), di internet 14

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai jaringan komunitas menjadi kian mudah tanpa harus terhalang tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. smartphone Android. Variabel-variabel yang diuji di antaranya harga, nama

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang ini sudah memasuki era sosial media, yang telah

PRAKTIK DEMOKRASI PASCA-PEMILU DI TINGKAT LOKAL: PREFERENSI PARA AKTOR ELITE DALAM PERSPEKTIF TEORI PILIHAN RASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai aspek kehidupannya. Kemajuan teknologi seperti televisi, ponsel,

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia usaha semakin ketat dan kompleks. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas, seperti mencari informasi, berkomunikasi, serta sarana berbelanja.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipastikan terisolasi dari lingkungan sekitarnya.harold D. Lasswell dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perangkat mobile telah tumbuh dengan sangat pesat.

ABSTRAK KAMPANYE MENGELOLA TONTONAN GADGET

BAB I PENDAHULUAN. sandang ini merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari

MEMBANGUN WEBSITE UNTUK PEMBELAJARAN TEKNIK FOTOGRAFI MAKRO DENGAN OBJEK SERANGGA NASKAH PUBLIKASI. diajukan oleh Apik Bhekti Nofanda

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pasar penjualan handphone berkembang dengan cepat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna. Biasanya dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kebesaran, dan berbagai hal yang indah disekitarnya (Bachtiar, 2008 : 38). perkembangan teknologi yang semakin modern.

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet.

ALTERNATIF PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERDASARKAN NILAI KEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. mulai terlihat dampaknya. Dilihat dari segi peningkatan jumlah pemakai internet yang

Kata Kunci : Sistem Informasi, Android, Barcode, Desktop, Database

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perkembangan informasi yang sangat cepat serta mempermudah. individu dalam berkomunikasi satu dengan lainnya.

Aplikasi Game Edukasi Pengenalan Alphabet Untuk Anak Usia 3 Hingga 5 Tahun Berbasis Android

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan berbagai aktivitas baik pada saat bekerja maupun pada saat bersosialisasi di

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS DI BIDANG FOTOGRAFI OLEH : ARTHA GILANG SAPUTRA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PERANCANGAN KARYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat terlihat jelas dan pesat ke arah yang

ABSTRAK. Kata kunci : android, short message service, autofoward,autoreply,scheduler. v Universitas Kristen Marantaha

Transkripsi:

ISSN: 2087-1236 Volume 6 No. 1 Januari 2015 humaniora Language, People, Art, and Communication Studies humaniora Vol. 6 No. 1 Hlm. 1-146 Jakarta Januari 2015 ISSN: 2087-1236

ISSN 2087-1236 humaniora Language, People, Art, and Communication Studies Vol. 6 No. 1 Januari 2015 Pelindung Penanggung Jawab Ketua Penyunting Rector of BINUS University Vice Rector of Research and Technology Transfer Endang Ernawati Penyunting Pelaksana Internal Akun Dahana Trisnawati Sunarti N Retnowati Sofi Dila Hendrassukma Agnes Herawati Sri Haryanti Dominikus Tulasi Ienneke Indra Dewi Sugiato Lim Ulani Yunus Menik Winiharti Xuc Lin Lidya Wati Evelina Almodad Biduk Asmani Shidarta Aa Bambang Nalti Novianti Besar Nursamsiah Asharini Rosita Ningrum Bambang Pratama Rahmat Edi Irawan Elisa Carolina Marion Mita Purbasari Wahidiyat Muhammad Aras Ratna Handayani Lintang Widyokusumo Frederikus Fios Linda Unsriana Satrya Mahardhika Yustinus Suhardi Ruman Dewi Andriani Danendro Adi Tirta N. Mursitama Rudi Hartono Manurung Tunjung Riyadi Johanes Herlijanto Roberto Masami Budi Sriherlambang Pingkan C. B. Rumondor Andyni Khosasih Yunida Sofiana Juneman Penyunting Pelaksana Eksternal Ganal Rudiyanto Editor/Setter Sekretariat Alamat Redaksi Terbit & ISSN Universitas Trisakti I. Didimus Manulang Haryo Sutanto Holil Atmawati Nandya Ayu Dina Nurfitria Research and Technology Transfer Office Universitas Bina Nusantara Kampus Anggrek, Jl.Kebon Jeruk Raya 27 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 Telp. 021-5350660 ext. 1705/1708 Fax 021-5300244 Email: ernaw@binus.edu, nayu@binus.edu Terbit 4 (empat) kali dalam setahun (Januari, April, Juli dan Oktober) ISSN: 2087-1236

ISSN 2087-1236 humaniora Language, People, Art, and Communication Studies Vol. 6 No. 1 Januari 2015 DAFTAR ISI Erni Herawati Etika dan Fungsi Media dalam Tayangan Televisi Studi pada Program Acara Yuk Keep Smile di Trans TV... 1-10 Rani Agias Fitri Sumber dan Cara Mengatasi Rasa Bersalah pada Wanita Perokok yang Memiliki Anak Balita 11-20 Annisa Kusuma Widjaja; Moondore Madalina Ali Gambaran Celebrity Worship pada Dewasa Awal di Jakarta... 21-28 Wira Respati Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Meningkatan Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014... 29-38 Don K. Marut; Geradi Yudhistira Peran Masyarakat dalam Pencapaian Millenium Development Goals 2015 dan Tantangan Pasca 2015: Studi 8 Kabupaten Indonesia... 39-50 Timur Sri Astami Strategi Permintaan dalam Bahasa Jepang... 51-58 Hendri Hartono; D. Nunnun Bonafix Fenomena Aplikasi Pengolah Foto Digital pada Ponsel Pintar di Masyarakat Kota... 59-66 Andreas James Darmawan; Dyah Gayatri Putri Analisis dan Strategi Komunikasi Perancangan Program Edutainment Seri Aktivitas Alam: Gunung Meletus... 67-76 Bhernadetta Pravita Wahyuningtyas Aroma sebagai Komunikasi Artifaktual Pencetus Emosi Cinta: Studi Olfactics pada Memory Recall Perisiwa Romantis... 77-85 Silverius CJM Lake Alternatif Pengembangan Pendidikan Berdasarkan Nilai Kebutuhan Khusus... 86-96 Lidya Wati Evelina; Mia Angeline Upaya Mengatasi GOLPUT pada Pemilu 2014... 97-105 Devi Kurniawati Homan Garis dan Titik Berdasarkan Riset Visual... 106-112 Puspita Putri Nugroho; Vera Jenny Basiroen Alternative Design for Visual Identity of Yayasan Batik Indonesia... 113-122 Andy Gunardi Mistisisme Baru: Teilhard De Chardin... 123-134 Dewi Nurhasanah Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann dalam Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari 135-146

FENOMENA APLIKASI PENGOLAH FOTO DIGITAL PADA PONSEL PINTAR DI MASYARAKAT KOTA Hendri Hartono; D. Nunnun Bonafix Visual Communication Design Department, School of Design, BINUS University Jln. KH. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 rocknroll_swindle@yahoo.com; dnbonafix@gmail.com ABSTRACT Digital photography has recently developed rapidly. Apart from the development of film media to digital, digital itself develops significantly, especially in media aspect which a camera nowadays is not only used for taking pictures, but also can be implanted in other media, for instance smartphones or tablets. It is very common that mobiles have built-in cameras. The quality of image offered is getting better. The development of smartphone technology has reached to a certain capability to run an operational system as it is in computer media so that there are a lot of softwares or applications created. One of them is an application for photo editing. Photo editing applications in smartphones are created because of the development of applications in social media which is rapidly developed in mobile media. Social media has recently been a need for city people, in the fast and modern society. Social media is a media for interaction. One form of the interactions is photography which many applications in social media offering sharing photos fast and easily so that city people can update any or all activities or through photos which are uploaded in social media. Photo editing applications in smartphones eventually become the most downloaded applications. Therefore, people have more options to try or use various photo editing applications offering instant photo editing to suit their wish. Keywords: digital photography, smartphone, application, digital editing, social media, city people ABSTRAK Dunia digital fotografi dewasa ini mengalami perkembangan yang begitu pesat. Selain berkembang dari film ke digital, digital sendiri mengalami perkembangan yang cukup signifikan, terutama dari segi medianya. Saat ini kamera tidak hanya menjadi satu alat yang hanya bisa memotret saja, tetapi media lain pun bisa ditanamkan kamera di dalamnya. Contohnya adalah ponsel pintar atau tablet, yang saat ini sudah umum dengan ponsel berkamera, bahkan kualitas gambar yang ditawarkan pun berkembang menjadi makin baik. Perkembangan teknologi ponsel pintar sampai pada tahap mampu menjalankan sistem operasional layaknya media komputer, sehingga banyak peranti lunak atau aplikasi bermunculan, salah satunya adalah aplikasi olah foto. Aplikasi pengolah foto pada ponsel pintar ini muncul karena perkembangan berbagai aplikasi media sosial yang dikembangkan dalam media mobile. Media sosial dewasa ini sudah menjadi kebutuhan wajib bagi masyarakat perkotaan. Dalam kehidupan masyarakat kota yang serba cepat dan modern, media sosial menjadi sebuah wadah untuk berinteraksi. Salah satu wujud interaksinya adalah fotografi menggunakan beragam aplikasi media sosial yang menawarkan sharing foto dengan mudah dan cepat. Hal ini membuat masyarakat kota dapat meng-update segala kegiatan dan apa pun itu melalui foto yang diunggah ke media sosial. Aplikasi pengeditan foto pada ponsel pintar akhirnya menjadi sebuah aplikasi yang banyak diunduh oleh masyarakat untuk mempercantik foto mereka secara instan sebelum diunggah ke media sosial. Banyak aplikasi pengeditan foto yang bermunculan, sehingga masyarakat pun memiliki berbagai macam pilihan untuk memakai dan mencoba pengeditan secara instan sesuai dengan yang diinginkan. Kata kunci: digital fotografi, aplikasi ponsel pintar, olah digital, media sosial, masyarakat kota Fenomena Aplikasi Pengolah.. (Hendri Hartono; D. Nunnun Bonafix) 59

PENDAHULUAN Saat ini perkembangan media digital melaju dengan sangat pesat dan teknologi menjadi makin terjangkau bagi masyarakat. Media fotografi yang awalnya memakai media film seluloid, saat ini berganti menjadi media digital yang membuat pengoperasian dan produksinya menjadi lebih mudah dan terjangkau. Ditambah lagi, saat ini fotografi menjadi sesuatu yang mudah untuk disukai karena tidak lagi merepotkan seperti ketika menggunakan media film. Dalam dekade ini, berbagai macam varian kamera digital pun bermunculan dan menyasar ke berbagai segmen masyarakat dan tipe penggunanya. Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) yang tadinya menyasar kaum profesional, pada akhirnya pun menyasar ke berbagai tipe sampai kepada tipe consumer dan amatir hingga kamera saku digital (pocket) yang memang ditujukan untuk masyarakat umum yang ingin mengambil foto dengan praktis, ringkas, dan tanpa disulitkan berbagai pengoperasian seperti kamera profesional. Berkembangnya kamera digital pun akhirnya membuat media media lain berhasil ditanamkan fasilitas kamera, contohnya webcam dan media ponsel. Dengan makin berkembangnya teknologi ponsel yang saat ini disebut menjadi smartphone atau ponsel pintar, berimbas juga dengan perkembangan fasilitas kamera pada ponsel menjadi makin canggih dan dibekali dengan berbagai aplikasi aplikasi pendukung untuk fotografi. Seperti halnya semua teknologi, ponsel di kamera pun mengalami evolusi. Dahulu, resolusinya masih sangat rendah meski sudah dianggap canggih pada zamannya. Smartphone makin lama makin populer sebagai alat fotografi, terutama dalam 1 2 tahun terakhir. Hampir semua ponsel pintar memiliki kamera, mulai dari 2 MP sampai 12 MP. Makin lama, kualitas foto makin tinggi dan sudah ada yang melampaui kamera saku. Selain kualitas foto yang makin meningkat, ponsel pintar juga jauh lebih praktis daripada kamera saku yang dibawa secara terpisah. Ponsel pintar saat ini juga dibekali dengan berbagai aplikasi pengolah foto instan yang dapat diunduh dari market atau store masing-masing operating sistem. Selain itu, aplikasi tersebut bisa digunakan untuk mempercantik foto dan juga langsung diunggah ke jejaring sosial seperti Facebook untuk dibagikan kepada orang lain. Aplikasi pengolah foto pada ponsel pintar saat ini menjadi menu wajib yang harus diunduh oleh pengguna ponsel pintar, terutama mereka yang memang suka melakukan aktivitas fotografi dengan ponselnya. Ditambah lagi, pada masyarakat kota saat ini ponsel pintar dengan banyak fitur pengolah foto sudah menjadi hal yang wajib. Jumlah pengolah foto yang bisa diunduh saat ini mencapai ratusan, dari berbagai macam pengembang dengan berbagai macam fitur untuk gaya dan efek yang beragam. Hal ini memudahkan bagi pengguna yang memang kurang menguasai software pengolah foto yang pengoperasiannya ditujukan untuk keperluan yang lebih serius. Sementara, aplikasi pada ponsel pintar memiliki kecenderungan untuk membuat atau mengolah secara instan dan cepat. Dalam masyarakat perkotaan, fitur pengolah foto instan menjadi sangat digemari karena faktor kecepatan pengeditan dan masyarakat tidak perlu membuang banyak waktu untuk belajar cara mengolah foto. Dalam waktu yang cukup singkat, kepopuleran aplikasi pengolah foto instan menjadi cukup besar, terutama di masyarakat perkotaan yang mayoritas menjadi penggunanya. Hal ini menjadi sebuah fenomena tersendiri dalam industri digital, terutama berpengaruh terhadap indsutri fotografi digital, baik di tingkat profesional maupun di tingkat amatir. Kepopuleran aplikasi pengolah foto instan ini dalam penggunaannya di masyarakat luas menjadi sebuah tren yang dapat dipertanyakan keberadaannya: apakah tren ini hanya menjadi produk budaya populer yang mungkin tidak akan bertahan lama karena tergerus tren baru lainnya, atau dunia profesional pada akhirnya dapat membedakan kualitas yang dihasilkan dari aplikasi pengolah foto instan dan konvensional pada media komputer. Penulisan ini menganalisis fenomena penggunaan aplikasi pengolah foto pada masyarakat perkotaan untuk mengetahui apakah dugaan tren ini sebagai produk budaya populer atau hal ini menjadi sebuah sistem baru dalam mengolah sebuah foto. 60 HUMANIORA Vol.6 No.1 Januari 2015: 59-66

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, apakah fenomena penggunaan aplikasi pengolah foto instan pada ponsel pintar hanya sebagai produk budaya populer dalam masyarakat kota. Kedua, apakah kepopuleran aplikasi pengolah foto instan pada ponsel pintar dapat menjadi sarana pengolah foto yang dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih serius atau tidak. Sedangkan tujuan penelitian adalah pertama untuk mengetahui fenomena penggunaan aplikasi pengolah foto instan pada ponsel pintar hanya sebagai produk budaya populer dalam masyarakat kota, yang menimbulkan efek samping terhadap menurun-nya minat masyarakat kepada penggunaan dan pembelajaran aplikasi olah foto konvensional. Kedua, untuk mengetahui apakah kepopuleran aplikasi pengolah foto instan pada ponsel pintar bisa menjadi sarana pengolah foto yang dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih serius atau tidak, misalnya dalam dunia industri profesional dan menggantikan aplikasi pengolah foto pada media sebelumnya. METODE Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari subjek yang diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini selalu dikaitkan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai topik yang diteliti, pengumpulan data diusahakan sekomprehensif mungkin. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan empiris dan observasi dan studi pustaka. Penulis melakukan pendekatan berdasarkan pengalaman dan menyimpulkan pandangan empiris dari topik ini karena penulis merupakan pelaku industri fotografi dan pengamat perkembangan gadget. Pengamatan dilakukan berdasarkan pengalaman penulis sebagai pelaku industri fotografi. Studi pustaka digunakan berasal dari pemikiran Benjamin (1973), Ben Agger, Raymond Williams (1983). Benjamin (1973) mengatakan bahwa kebudayaan nyaris dapat direproduksi secara tak terbatas disebabkan perkembangan teknik teknik produksi industri yang menimbulkan banyak persoalan dalam hal gagasan gagasan tradisional mengenai peranan budaya dan seni dalam masyarakat. Ben Agger juga berpendapat bahwa budaya dibangun berdasarkan kesenangan namun tidak substansial dan mengentaskan orang dari kejenuhan kerja sepanjang hari. Jika sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan, budaya itu umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utama. Budaya itu akan memperoleh kekuatannya manakala media massa digunakan sebagai penyebaran pengaruh di masyarakat. Sedangkan Raymod Williams (1983) mengatakan bahwa budaya populer sering digunakan untuk menyebut budaya yang menyenangkan atau disukai banyak orang. Meskipun begitu, budaya populer pada pandangan budaya komersial sebagai dampak dari produksi massal dan industrialisasi yang sering kali dianggap sebagai produk atau praktik budaya dengan selera rendah. Budaya populer sendiri menurut Williams terdiri dari kata budaya dan selanjutnya pop dan mengombinasikan dua istilah yaitu budaya dan populer. Budaya sendiri dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis. Budaya juga bisa berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu, yang dalam hal ini, fenomena perubahan kebiasaan masyarakat saat ini. Selain itu Williams juga mengatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Sedangkan kata pop diambil dari kata populer. Terhadap istilah ini, Williams memberikan empat makna, banyak disukai orang, jenis kerja rendahan, karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang, dan budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Setelah data pustaka dan observasi terkumpul, proses selanjutnya adalah analisis data. Analisis data merupakan proses mengolah, memisahkan, mengelompokan, dan memadukan sejumlah data yang Fenomena Aplikasi Pengolah.. (Hendri Hartono; D. Nunnun Bonafix) 61

dikumpulkan di lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi yang ilmiah yang terstruktur dan sistematis, yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan hasil penelitian dengan memakai berbagai teknik analisis data. Setelah proses analisis data dan pembahasan, maka selanjutnya dapat ditarik sebuah simpulan. Penarikan simpulan sebagai dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaranya, kekokohannya, dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam masyarakat perkotaan saat ini, ponsel tidak hanya sebagai alat komunikasi semata. Smartphone atau ponsel cerdas merupakan kombinasi PDA dan ponsel yang lebih berfokus pada bagian ponsel. Smartphone mengintegrasikan kemampuan ponsel dengan fitur komputer PDA. Smartphone mampu menyimpan informasi, e-mail, dan instalasi program, seperti menggunakan mobile phone dalam satu device namun sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota. (Chuzaimah, Mabruroh, & Dihan, 2010) Di samping itu, fenomena penggunaan ponsel pintar saat ini banyak digunakan oleh masyarakat perkotaan untuk kegiatan fotografi. Pengguna ponsel pintar kebanyakan mengambil foto dengan ponsel dan diolah dengan aplikasi pengolah foto instan lalu sharing ke media sosial. Kebutuhan memang kebanyakan seperti itu dan tidak untuk kebutuhan yang lebih serius. Saat ini ponsel pintar memang sudah dilengkapi dengan kualitas foto yang cukup baik jika sekadar untuk sharing di media sosial. Budaya sharing foto di media sosial turut menjadikan pengguna ponsel pintar sebagai media untuk berfoto, sehingga timbul keinginan untuk menjadikan foto mereka lebih baik, lebih cantik, tanpa harus mengeluarkan waktu banyak untuk belajar software aplikasi pengolah foto yang banyak beredar di media desktop. Mengetahui fenomena tersebut, banyak pengembang aplikasi berlomba-lomba untuk membuat aplikasi pengolah foto yang sifatnya lebih cepat dan mudah, sehingga penggunanya tidak perlu bersusah payah dalam menggunakannya. Akibatnya memang bisa ditebak, aplikasi pengolah foto pada ponsel pintar banyak digemari dan saat ini jumlahnya menjadi makin banyak dengan fasilitas yang beragam pula. Gambar 1 merupakan salah satu contoh aplikasi pengolah foto di smartphone dan tablet. Gambar 1 Snapseed, salah satu aplikasi pengolah foto populer di smartphone dan tablet (Sumber: http://www.blogcdn.com/www.engadget.com/media/2012/09/snapseed-ipad.jpg) 62 HUMANIORA Vol.6 No.1 Januari 2015: 59-66

Sementara Gambar 2 adalah aplikasi ponsel pintar atau tablet bernama Vsco Cam. Vsco Cam saat ini sedang sangat populer dan digunakan oleh banyak masyarakat untuk melakukan pengeditan foto mereka, tentu saja lebih kepada kebutuhan media sosial. Vsco Cam adalah salah satu contoh aplikasi pengeditan foto instan yang juga digunakan oleh fotografer professional dalam pekerjaannya. Hal ini memang menjadi tren masa sekarang, semua bisa serba cepat dan langsung sharing melalui media sosial. Gambar 2 Vsco Cam, salah satu aplikasi pengolah foto populer saat ini pada media ponsel pintar maupun tablet (Sumber: http://iamjenxi.com/wp-content/uploads/2014/03/vsco-cam.png) Media sosial dewasa ini sudah menjadi kebutuhan yang wajib bagi masyarakat perkotaan. Dalam kehidupan masyarakat kota yang serba cepat dan modern, media sosial menjadi sebuah wadah untuk berinteraksi. Salah satu wujud interaksinya adalah dengan fotografi. Berbagai aplikasi media sosial yang menawarkan sharing foto dengan mudah dan cepat membuat masyarakat kota dapat mengupdate segala kegiatan dan apapun itu melalui foto yang diunggah ke media sosial. Aplikasi pengeditan foto pada ponsel pintar akhirnya menjadi sebuah aplikasi yang banyak diunggah oleh masyarakat untuk mempercantik foto mereka secara instan sebelum diunggah ke media sosial, banyak aplikasi pengeditan foto yang bermunculan sehingga masyarakat pun memiliki berbagai macam pilihan untuk memakai dan mencoba pengeditan secara instan sesuai dengan apa yang diinginkan Media sosial yang saat ini menjadi populer di dalam masyarakat perkotaan, terutama di Indonesia adalah Instagram, Facebook, dan Path (Gambar 3). Facebook sudah lama digunakan di dalam masyarakat kota maupun saat ini di pedesaan, penggunanya sangat banyak di seluruh dunia maupun di Indonesia. Facebook sangat mampu untuk memberikan fasilitas sharing foto kepada penggunanya. Meskipun saat ini popularitasnya mulai menurun, pengguna Facebook masih sangat banyak melebihi rival-rivalnya. Yang sangat populer saat ini pula dalam masyarakat adalah Instagram dan Path. Kedua media sosial ini hanya bisa dijalankan melalui aplikasi pada ponsel pintar maupun tablet. Rata-rata pengguna ponsel pintar maupun tablet memiliki dua, atau paling tidak salah satu dari Instagram atau Path. Fenomena Aplikasi Pengolah.. (Hendri Hartono; D. Nunnun Bonafix) 63

Gambar 3 Jenis media sosial yang saat ini banyak digunakan di masyarakat perkotaan, terutama di Indonesia (Ki: Instagram, Teng: Facebook, Ka: Path) (Sumber: http://pandodaily.files.wordpress.com/2013/05/facebpath.jpg?w=467&h=351) Raymond Williams berkata bahwa sebuah budaya yang menyenangkan dan banyak disukai oleh banyak orang itu berarti adalah budaya populer (Strinati, 2007). Dalam hal ini, aplikasi pengolah foto instan memang sebagai budaya populer yang disukai masyarakat. Masyarakat menyukai aplikasi pengolah foto instan karena masyarakat mengetahui bahwa dengan menggunakan produk tersebut, mereka dapat melakukan pengolahan foto mereka secara cepat dan mudah meskipun hasilnya mungkin tidak sebaik jika menggunakan software pengolah foto yang lebih serius. Mengutip Raymond Williams (Strinati, 2007) budaya populer adalah budaya yang berselera rendah, pengolah foto instan pada ponsel pintar memang tidak bertujuan untuk membuat foto penggunanya menjadi foto yang bisa digunakan untuk kebutuhan profesional atau kebutuhan yang lebih serius. Budaya berselera rendah menurut Williams memang cukup menggambarkan kondisi masyarakat kota saat ini dalam penggunaan media aplikasi pengolah foto instan yang populer. Akan tetapi, secara konten visual serta kebutuhannya memang masih belum cukup baik untuk kebutuhan tertentu. Gambar 4 dan Gambar 5 di atas adalah contoh dua aplikasi pengolah foto instan yang juga cukup populer selain Vsco Cam. Gambar 4 adalah Otaku Camera; aplikasi pengolah foto ini merupakan aplikasi yang digemari oleh para pecinta manga Jepang atau dalam istilahnya sendiri dinamakan Otaku. Pengguna dapat mengedit foto diri sendiri menggunakan aplikasi Otaku Camera menjadi foto manga yang mirip dengan komik Jepang. Sedangkan Gambar 5 adalah Snapseed; yang merupakan aplikasi edit foto untuk Android yang tergolong baru. Snapseed memilki user interface yang bagus dan tentunya gampang untuk digunakan bagi pemula. Aplikasi pengolah foto instan pada dasarnya memang dibuat hanya sebagai faktor fun dan kesenangan penggunanya saja. Menurut Ben Agger jika sebuah budaya yang akan masuk dunia hiburan, budaya itu umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Budaya pengunaan aplikasi pengolah foto instan di masyarakat kota memang ditujukan sebagai hiburan dan kesenangan penggunanya saja. Penggunaannya yang mudah dan fun membuat aplikasi ini banyak disukai dan populer di kalangan masyarakat kota. 64 HUMANIORA Vol.6 No.1 Januari 2015: 59-66

Gambar 4 Otaku Camera (Sumber: http://vnfa8y5n3zndutm1.zippykid.netdna-cdn.com/wpcontent/uploads/2013/06/mzl.lrrqbjeh.320x480-75-610x358.jpg) Gambar 5 Snapseed (Sumber: http://www.mprove.de/script/12/apps/_media/snapseed.png) Aplikasi Vsco Cam saat ini kian menjamur dan sangat disukai oleh masyarakat sebagai aplikasi pengolah foto di media mobile application. Vsco Cam juga banyak digunakan oleh fotografer profesional dalam melakukan pengolahan foto, terutama yang akan dimasukkan ke media digital. Makin populernya media pengolah foto di smartphone, makin tertinggal pula media pengolah foto konvensional di media perangkat komputer maupun laptop. Meskipun pengolah foto konvensional secara fungsi dan teknologi masih lebih canggih daripada media aplikasi di smartphone, kencenderungan masyarakat saat ini untuk mecari segala sesuatu yang bersifat serba instan dan praktis turut menjadi faktor terbentuknya tren pengolah foto di smartphone itu sendiri. Ditambah lagi meskipun cenderung melek Internet dan melek teknologi, ketertarikan terhadap smartphone cenderung sebagai lifesytle dan mengabaikan peran dan fungsi kebutuhan dan keinginan terkait kepemilikan smartphone. (Chuzaimah, Mabruroh, & Dihan, 2010). Fenomena Aplikasi Pengolah.. (Hendri Hartono; D. Nunnun Bonafix) 65

SIMPULAN Aplikasi pengolah foto instan memang bukan untuk kebutuhan menghasilkan sebuah karya seni yang memiliki nilai budaya yang tinggi karena merupakan dampak dari produksi massal. Fenomena pengguna yang menggunakan aplikasi ini memang cukup banyak dan digunakan oleh berbagai kalangan, tetapi memang hanya mengejar kesenangan dari sebuah budaya media sosial berupa sharing foto dan kemudahan melakukan pengolahan foto. Aplikasi olah foto instan ini memiliki fitur-fitur menarik yang mampu menarik minat masyarakat. Aplikasi pengolah foto instan hadir di tengah masyarakat kota dengan segala kemudahan dan fasilitasnya dan terutama dapat secara live melakukan sharing kepada masyarakat di seluruh dunia yang terkoneksi dalam media sosial. Hal ini membuat aplikasi pengolah menjadi produk budaya populer, yang pada konteks tertentu, disebut sebagai budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi massa untuk dikomsumsi massa. Budaya massa merupakan budaya populer yang dihasilkan industri produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan dari khalayak konsumen. Budaya massa terstandardisasi dalam sistem pasar yang anonim, praktis, heterogen, dan lebih mengabdi pada kepentingan pemuasan selera rendah. DAFTAR PUSTAKA Chuzaimah, Mabruroh, & Dihan, F. N. (2010). Smartphone: antara kebutuhan dan e-lifestyle. Seminar Nasional Informatika. Jurusan Manajemen, Universitas Muhammadiyah Solo. Piliang, Yasraf. (2004). Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Jakarta: Jalasutra. Storey, J. (2007). Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Jakarta: Jalasutra. Strinati, D. (2007). Popular Culture: Pengantar teori budaya populer. Yogyakarta: Jejak. 66 HUMANIORA Vol.6 No.1 Januari 2015: 59-66