BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada wanita, menstruasi terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

GAMBARAN ANEMIA DAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM SYUHODO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa pertumbuhan yang pesat. Namun, masa ini tidak luput dari munculnya masalah kesehatan. Salah satunya anemia. Anemia remaja merupakan salah satu dari masalah kesehatan global yang banyak ditemukan terutama di negara sedang berkembang. WHO mencatat prevalensi pada wanita usia 15 tahun sebesar 30,2% (WHO, 2011). Prevalensi anemia remaja di Indonesia sebesar 35,1% dan ditemukan pada kelompok remaja usia 13-18 tahun lebih banyak terjadi pada yaitu sebesar 22,7% dibandingkan remaja putra sebesar 12,4% (Riskesdas, 2013). Kejadian anemia di Jawa Timur menunjukkan 80,2% dan 91,5% calon pengantin (Depkes RI, 2008). Kejadian anemia remaja banyak terjadi di pondok pesantren. Intami (2013) menyebutkan 59% kelas 2 di SMP Pondok Pesantren Binbaz Piyungan Bantul Yogjakarta mengalami anemia ringan. Astuti dan Rosidi (2015) menemukan 74,6% kelas 1 dan 2 madrasah tsanawiyah yang tinggal di pondok pesantren putri di Desa Brumbung dan Desa Ngemplak Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Di Jawa timur, survei kejadian anemia remaja yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di Pondok Pesantren Darussalam Kepung Kabupaten Kediri menunjukkan kejadian anemia sebesar 80% (Dinkes Kediri, 2008). Anemia dapat dilihat melalui hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kadar hemoglobin dimana kadar hemoglobin kurang dari batasan normal (Arisman, 2014). Anemia menyebabkan ketidakmampuan sintesis hemoglobin sehingga menghasilkan sel darah merah yang abnormal kecil (mikrositik) dan menurunnya jumlah hemoglobin. Akibatnya terjadi penurunan kapasitas darah dalam memberikan oksigen ke sel-sel tubuh dan jaringan (Evans, 2008). Anemia pada merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Anemia commit dapat to user mengakibatkan terjadinya gangguan proses pertumbuhan. Padahal pertumbuhan fisik yang pesat merupakan 1

2 bagian penting dalam masa remaja. Dampak lain terjadi pada kondisi kekebalan tubuh mengalami penurunan sehingga mudah terinfeksi (Evans,2014). Kondisi tubuh melemah sehingga aktivitas fisik berkurang serta mengurangi kemampuan kerja otak sehingga kemampuan dalam belajar pun menurun. Apalagi jika kondisi anemia ini dibiarkan tanpa ada penanganan dapat membahayakan bagi kesehatan reproduksinya. Remaja putri adalah calon ibu yang akan melahirkan generasi harapan bangsa sehingga status kesehatan pada masa ini memberikan pengaruh kelak saat menjalani tugas reproduksinya (Aguayo et al, 2013). Anemia yang sering terjadi pada remaja adalah anemia defisiensi besi. Hal ini disebabkan besi diperlukan dalam menunjang fase pertumbuhan pesat yang harus dilalui. Adanya menstruasi yang dialami setiap bulan juga merupakan penyebab utama kehilangan zat besi. Selain itu, kekurangan zat besi disebabkan adanya gangguan penyerapan zat besi sebagai akibat infeksi parasit seperti cacing dan malaria (Evans, 2008). Menstruasi menunjukkan sistem reproduksi sudah berfungsi. Menstruasi mengakibatkan terjadinya pengurangan volume darah. Banyaknya darah menstruasi yang dikeluarkan setiap bulan dapat digambarkan dengan pola menstruasi. Lamanya menstruasi ataupun siklus yang pendek menyebabkan darah yang keluar semakin banyak. Perdarahan banyak yang diakibatkan menstruasi mengakibatkan hilangnya zat besi yang banyak pula sehingga memiliki hubungan erat dengan terjadinya anemia (Nelson et al, 2015). Kejadian anemia pada remaja memiliki keterkaitan langsung dengan asupan gizi. Kecukupan asupan zat gizi dapat dilihat dari pola makan. Pola makan menunjukkan kebiasaan individu dalam mengkonsumsi makanan. Pola makan dapat dilihat dari jenis makanan yang mengandung zat gizi dan frekuensinya (Leech et al, 2015). Pola makan yang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi adalah pola makan yang tidak baik seperti adanya kebiasaan memilih-milih makanan maupun membatasi porsi dan frekuensi makan harian sehingga berakibat berkurangnya asupan zat gizi yang termasuk didalamnya zat-zat commit gizi to user yang berperan dalam pembentukan darah seperti zat besi, asam folat dan vitamin C.

3 Kejadian anemia pada ditemukan lebih banyak pada mereka yang kurang zat besi, vitamin C dan asam folat (Desalegn et al, 2014). Anemia defisiensi besi ditemukan pada remaja yang jarang mengkonsumsi daging dan sejenisnya (Alaofe, 2008). Hal ini disebabkan zat besi yang terdapat pada bahan makanan tersebut lebih cepat terserap oleh tubuh dibandingkan jenis nabati (Arisman, 2014). Absorbsi zat besi sangat dipengaruhi oleh adanya peran zat yang dapat membantu penyerapan zat besi seperti vitamin C ( Bhakta, 2006) yang banyak terdapat pada buah-buahan. Kurangnya vitamin C memberi kontribusi pada anemia defisiensi besi. Selain itu, anemia juga berkaitan dengan asam folat karena berfungsi dalam pembentukan hemoglobin. Kekurangan asam folat mengakibatkan terjadinya pembesaran ukuran sel darah merah sehingga berdampak pada menurunnya kadar hemoglobin (D Hiru, 2013). Mengkonsumsi berbagai makanan baik dari nabati maupun hewani secara bergantian yang mengandung gizi seimbang untuk mendapatkan kecukupan gizi (Moore et al, 2012). Masalah kekurangan asupan zat gizi sebenarnya dilatarbelakangi karena banyak faktor. Salah satunya berkaitan dengan kehidupan pribadi sebagai seorang remaja yang berhubungan erat dengan lingkungan sosialnya. Pada saat ini penampilan fisik menjadi bagian utama dalam kehidupannya. Munculnya body image yang melekat pada diri remaja memiliki peranan dalam kepercayaan diri (Crespo et al, 2009). Body image sangat penting menjadi perhatian bagi karena adanya gangguan body image dapat memicu melakukan tindakan penurunan berat badan yang ekstrim melalui gangguan makan (Heinicke et al, 2007). Body image bagi sangat penting. Demi meraih impian menjadi perempuan cantik, mereka sering melakukan penilaian berlebihan terhadap penampilan fisik mereka sehingga muncul ketidakpercayaan diri maupun kecemasan yang berlebihan terhadap bentuk tubuh. Hal ini merupakan bentuk gangguan body image karena terdapat kecenderungan pada ketidakpuasan bentuk tubuh sendiri. Over estimate pada bentuk tubuhnya menyebabkan adanya keinginan kuat untuk melakukan tindakan menurunkan berat badannya meskipun commit harus melakukan to user tindakan yang merugikan kesehatan. Salah satu cara yang sering dilakukan dengan membatasi porsi

4 maupun jenis makanan yang dikonsumsi bahkan sampai timbul gangguan pola makan seperti anoreksia (Slater et al, 2010). Kondisi inilah yang menyebabkan kekurangan gizi. Apabila salah satu zat gizi yang kurang tersebut adalah zat besi akan berdampak terjadi anemia defisiensi besi. Lingkungan sosial memiliki peran penting dalam kejadian anemia. Hal ini disebabkan karena kehidupan remaja tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya (Dieny, 2014). Anemia dapat disebabkan oleh pembiasaan makan yang kurang baik ketika masa anak-anak oleh orang tua (Roustit et al, 2011 dan Woodruff et al, 2008) yang berakibat kurang gizi. Disinilah pendidikan ibu dan penghasilan keluarga memiliki arti penting. Pendidikan ibu yang tinggi mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi sehingga akan mempengaruhi kemampuan ibu menyajikan makanan bergizi untuk keluarga. Pendapatan keluarga penting dalam pembiasaan makan karena mempengaruhi kemampuan belanja makanan bergizi. Demikian pula ketika harus lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan baru bahkan terkadang harus berpisah dari keluarga untuk alasan menempuh pendidikan dapat mengalami perubahan pada kebiasaan makan. Tidak heran jika akhirnya terjadi perubahan kebiasaan pola makan yang menyesuaikan dengan tempat baru yang ditinggali. Disisi lain, teman dan media juga memberikan pengaruh besar pada terjadinya anemia. Banyaknya waktu yang dihabiskan untuk beraktifitas bersama dengan teman terkadang menyebabkan lupa waktu makan. Selain itu, idealisme bersama untuk menjadi perempuan yang sempurna secara fisik menjadi motivasi yang saling menguatkan yang tidak jarang berujung pada pola makan yang tidak benar (Pearson, 2012). Belum lagi ditambah media yang semakin gencar menonjolkan sisi fisik perempuan sehingga semakin menguatkan keinginan untuk memiliki penampilan yang ideal. Menurut Al Faris et al (2015) media pun memiliki peran penting mengingat kondisi di era digital sekarang begitu mudahnya akses terhadap media baik massa, elektronik maupun sosial. Oleh karena itu bisa dikatakan media mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap kebiasaan remaja putri termasuk kebiasaan makan. commit to user

5 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang anemia pada ditinjau dari pendidikan ibu, penghasilan keluarga, lingkungan diluar keluarga, lama menstruasi, siklus menstruasi, body image maupun pola makan zat besi, pola makan asam folat dan pola makan vitamin c karena hal tersebut tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas masalah penelitian yang dapat dijabarkan adalah sebagai berikut: 1. Apakah pendidikan ibu berhubungan dengan kadar hemoglobin remaja putri? 2. Apakah pendapatan keluarga berhubungan dengan kadar hemoglobin? 3. Apakah lingkungan diluar keluarga berhubungan dengan kadar hemoglobin? 4. Apakah lama menstruasi berhubungan dengan kadar hemoglobin remaja putri? 5. Apakah siklus menstruasi berhubungan dengan kadar hemoglobin remaja putri? 6. Apakah body image berhubungan dengan kadar hemoglobin? 7. Apakah pola makan zat besi berhubungan dengan kadar hemoglobin? 8. Apakah pola makan asam folat berhubungan dengan kadar hemoglobin? 9. Apakah pola makan vitamin C berhubungan dengan kadar hemoglobin? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji bagaimana hubungan lingkungan sosial, pola menstruasi, body image dan pola makan commit dengan to user kadar hemoglobin

6 2. Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan kadar hemoglobin 2. Menganalisis hubungan pendapatan keluarga dengan kadar hemoglobin kadar hemoglobin 3. Menganalisis hubungan lingkungan diluar keluarga dengan kadar hemoglobin 4. Menganalisis hubungan lama menstruasi dengan kadar hemoglobin 5. Menganalisis hubungan siklus menstruasi dengan kadar hemoglobin 6. Menganalisis hubungan body image dengan kadar hemoglobin 7. Menganalisis hubungan pola makan zat besi dengan kadar hemoglobin 8. Menganalisis hubungan pola makan asam folat dengan kadar hemoglobin 9. Menganalisis hubungan pola makan vitamin C dengan kadar hemoglobin D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi Dinas Kesehatan Memberikan masukan dalam upaya pelaksanaan program pecegahan dan penanganan anemia b. Bagi Institusi pendidikan Memberikan gambaran pada institusi pendidikan tentang kejadian anemia pada remaja dan dapat mengambil peran dan kontribusi dalam pencegahannya c. Bagi remaja Memberikan gambaran kejadian anemia pada remaja agar dapat dilakukan upaya pencegahan commit to user dan penanganan.

7 2. Manfaat teoritis Memberikan data empiris tentang bagaimana hubungan lingkungan sosial, pola menstruasi, body image dan pola makan dengan kejadian anemia pada. commit to user