BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL PUBLIKASI. Disusun Oleh : A. ROHMAT SURYO D B

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daerah dan menserasikan laju pertumbuhan antar daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan di daerah. Dalam

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat berkembang dengan baik hal terburuk yang akan muncul salah. satunya adalah masalah pengangguran.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perdagangan dunia, ketidakmampuan dalam meningkatkan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA

BAB I. Kebijakan tentang otonomi daerah di Indonesia, yang dikukuhkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis pertumbuhan..., Edi Tamtomo, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Akan tetapi masih banyak ditemui penduduk yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan (atau pendapatan) dimasa yang akan datang. Umumnya

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA SURAKARTA TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS ALOKASI BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Reformasi yang telah terjadi membuat perubahan politik dan administrasi, salah satu bentuk reformasi tersebut adalah perubahan bentuk pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan diberlakukan Undang-undang No. 22 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah. Tujuan ekonomi yang hendak dicapai melalui desentralisasi adalah mewujudkan kesejahteraan melalui penyediaan pelayanan publik yang lebih merata dan memperpendek jaraj antara penyedia layanan publik dan masyarakat lokal (Harianto dan Adi,2007). Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan pengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah berlaku efektif mulai 1 Januari 2001 mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada daerah kabupaten dan kota ditandai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari Pemerintah pusat ke Pemerintah daerah yang bersangkutan. Hal tersebut menegaskan bahwa Pemda memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumberdaya yang dimiliki untuk belanja-belanja daerah dengan menganut 1

2 asas kepatuhan, kebutuhan, dan kemampuan daerah yang tercantum dalam anggaran daerah (Harianto dan Adi,2007). Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan rencana keuangan tahunan Pemda yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah yang merupakan pedoman bagi Pemda dalam memberikan pelayanan kepada publik dalam masa satu tahun anggaran. APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (Harianto dan Adi,2007). Sejak diberlakukan otonomi daerah pembangunan dan perekonomian daerah menjadi tanggung jawab daerah dalam mangaturnya. Sebagaimana dalam UU Nomor 22 tahun 1999 Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan paraturan perundang-undangan. Dengan demikian,pemerintah daerah dianggap lebih mengetahui kebutuhan dan kondisi daerah serta keinginan masyarakat didaerah masing-masing dibandingkan dengan pemerintah pusat. Dalam rangka otonomi daerah yang lebih luas kepada daerah terutama di bidang keuangan daerah diberi kewenangan untuk dapat mengisi sumber dana yang ada sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-masing sehingga nantinya dapat meningkatkan pendapatan daerahnya untuk

3 kepentingan pembiayaan rumah tangganya sendiri. Kemampuan administrasi pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap realisasi penerimaan pendapatan, alokasi tanggung jawab untuk melaksanakan pengenaan pajak dan pungutan pajak tergantung pendapatan asli daerah, tingkat kemampuan yang dibutuhkan dan tersedianya tenaga ditingkatkan daerah. Tenaga terampil mungkin terbatas dan sulit bagi pemerintah daerah mempekerjakannya, meskipun ada alternatif seperti menyewa konsultan atau bantuan tenaga dari suatu instansi lain.(arsyad, 2000:10) Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta Tahun 2013 diproyeksi sebesar 6,11%, kontribusi terbesar masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel & restoran, industri pengolahan dan jasa. Sektor keuangan,persewaan dan Jasa Perusahaan,dan sektor sekunder dan tersier tersebut menjadi penggerak pertumbuhan PDB Kota Surakarta. Pertumbuhan kedua sektor tersebut meningkat seiring dengan berhasilnya pencitraan brand image Kota Surakarta sebagai Kota yang skala regional, nasional dan internasional yang memberi akselerasi pada pertumbuhan dan kontribusi sektor basis. Kondisi perekonomian Kota Surakarta pada tahun 2012 dan 2013 optimis tumbuh, seiring dengan kuatnya pasar domestik dalam memicu pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,07% tahun 2012 dan 6,11% pada tahun 2013. Sedangkan proyeksi pertumbuhan nilai PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan harga konstan tahun 2012-2013, masing-masing tumbuh sebesar 9,25% dan 6,06% untuk tahun 2011-2012 dan 11,06% dan 6,11% untuk tahun 2012-2013.

4 Sedangkan inflasi di Kota Surakarta pada Tahun 2010 sebesar 6,65 % dan Tahun 2011 sebesar 2,35 % (Bappeda Surakarta). Penerimaan pendapatan daerah berkaitan erat dengan kondisi ekonomi yang berlaku di Kota Surakarta, seperti pajak daerah, produk domestik regional bruto (PDRB), laju inflasi, dan jumlah penduduk miskin inilah yang akan mempengaruhi peningkatan pembiayaan daerah Kota Surakarta. Maka penulis tertarik untuk membuat skipsi yang berjudul ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) TERHADAP MENINGKATNYA BELANJA DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1990-2011 B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pajak daerah terhadap Belanja daerah di kota Surakarta? 2. Bagaimana pengaruh Dana alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja daerah kota Surakarta? 3. Bagaimana pengaruh PDRB perkapita terhadap Belanja daerah di kota Surakarta? 4. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap Belanja daerah di kota Surakarta?

5 5. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap Belanja daerah di kota Surakarta? 6. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Belanja daerah di kota Surakarta? C. Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap belanja daerah di kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja daerah di kota Surakarta. 3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB perkapita terhadap belanja daerah di kota Surakarta. 4. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terhadap belanja daerah di kota Surakarta. 5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap belanja daerah di kota Surakarta. 6. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap belanja daerah di kota Surakarta. D. Manfaat penelitian adalah: Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain

6 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca, khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang belanja daerah. 2. Sebagai masukan dan informasi bagi Pemerintah Daerah kota Surakarta, sekaligus dapat menjadi acuan dalam pembuatan kebijakan di masa yang akan datang dalam hal pengelolaan belanja daerah. 3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder (time series) dalam kurun waktu 1990-2011 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kota Surakarta serta sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Data yang digunakan yaitu time series selama kurun waktu 1990-2010. Adapun data yang digunakan meliputi data Belanja Daerah (Y), Pajak Daerah (X 1 ), Dana Alokasi Umum (X 2 ), PDRB Perkapita (X 3 ), Penganngguran (X 4 ), Tingkat pendidikan (X 5 )dan Inflasi (X 6 ). 2. Definisi Operasional dan Pengukuran variabel a. Belanja Daerah (Y) Balanja daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemda yang dibahas dan disetujuai bersama oleh Pemda dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan dasar

7 pengelolaan keuangan daerah yang merupakan pedoman bagi Pemda dalam memberikan pelayanan kepada publik dalam masa satu tahun anggaran. b. Pajak Daerah (X 1 ) Pajak daerah erupakan iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau kelompok tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan undangundang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. c. Dana Alokasi Umum (X 2 ) Danan alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dari pengertian yang diambil dari Undangundang nomor 33 tahun 2004 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa DAU merupakan sarana untuk mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah dan di sisi lain juga memberikan sumber pembiayaan daerah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa DAU lebih diprioritaskan untuk daerah yang mempunyai kapasitas fiskal yang rendah. d. PDRB Perkapita (X 3 ) PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB dan dan PDRB per kapita atau persatu orang penduduk dan

8 PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita. e. Pengangguran (X 4 ) Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik yang belum pernah bekerja maupun yang sudah pernah bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan mereka yang putus asa untuk memperoleh pekerjaan. f. Tingkat Pendidikan (X 5 ) Tingkat pendidikan merupakan banyaknya penduduk 5 Tahun ke atas menurut tingkat pendidikan di Kota Surakarta yang mempunyai tingkat pendidikan tamatan akademi atau universitas. g. Inflasi (INF) Menurut Bank Indonesia (2007), inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekakuan struktural (structural rigidities) yang menyebabkan penawaran dalam perekonomian menjadi kurang atau tidak adanya responsif terhadap permintaan yang meningkat.

9 3. Metode dan Alat Analisis a. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable) dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1999). Metode regresi linier berganda dapat digunakan untuk melihat pengaruh beberapa peubah penjelas atau peubah bebas terhadap satu peubah tak bebas. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel pajak daerah,dana alokasi umum dan PDRB perkapita,jumlah penduduk miskin,inflasi, terhadap meningkatnya belanja daerah. Metode ini digunakan karena terdapat data yang memiliki variabel yang banyak (multivariate) untuk mengetahui pengaruh peningkatan belanja daerah. Untuk mengatakan kuat tidaknya hubungan linier antara peubah penjelas dan peubah tak bebas dapat diukur dari koefisien korelasi (coefficient correlation) atau R, dan untuk melihat besarnya sumbangan (pengaruh) dari peubah bebas terhadap perubahan peubah tak bebas dapat dilihat dari koefisien determinasi (coefficient of determination) atau R2.

10 Variabel dummy adalah variabel yang menjelaskan ada atau tidak adanya kualitas dengan membentuk variabel buatan yang menganbil nilai 1 atau 0 (Gujarati,1999). Pengaruh peubah bebas terhadap total penerimaan belanja daerah dapat diketahui dari persamaan regresi berikut ini : Y = β 0 +β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5 + β 6 X 6 +µ Keterangan : Y : Belanja Daerah X 1 : Pajak Daerah X 2 : Dana Alokasi Umum X 3 : PDRB Perkapita X4 : Pengangguran X5 : Tingkat Pendidikan X6 : Inflasi β 0 β 1 : Konstanta Intersep : Koefisien regresi pajak daerah β 2 : Koefisien regresi Dana Alokasi Umum β 3 : Koefisien regresi PDRB β 4 : Koefisiensi Pengangguran β 4 : Koefisiensi Tingkat Pendidikan β 5 : Koefisiensi Inflasi Ut : Variabel penganggu

11 Parameter yang digunakan dalam model diatas dapat ditaksir dengan metode ordinary least squares (OLS), dengan syarat asumsiasumsi model regresi linier berganda ini terpenuhi (Gujarati, 1999) b. Penyusunan Persamaan Regresi Adapun langkah-langkah pokok dalam prosedur ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung persamaan regresi yang mengandung semua peubah bebas. 2. Menghitung nilai-f parsial untuk setiap peubah bebas, seolah-olah nilai tersebut merupakan peubah terakhir yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi. 3. Membandingkan nilai-f parsial terendah, misalnya FL, dengan nilai-f bertaraf nyata tertentu dari tabel, misalnya F0. a. jika FL < F0, buang peubah ZL, yang menghasilkan FL, dari persamaan regresi dan kemudian hitung kembali persamaan regresi tanpa menyertakan peubah tersebut, kembali kelangkah (2) b. jika FL > F0, ambillah persamaan regresi itu.(gujarati, 1999) c. Asumsi-Asumsi Regresi Linier Berganda Penggunaan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) dapat dilakukan apabila asumsi regresi linier klasik terpenuhi. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh persamaan regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut:

12 1. Normalitas, regresi linier klasik mengansumsikan bahwa tiap i ɛ mengikuti distribusi normal ɛ i ~ N (0,σ²). 2. Non autokorelasi antar sisaan,berarti cov ((e i e j) = 0, dimana i ¹ j 3. Homokedastisitas var (e i ) = s² untuk setiap i, i = 1,2...,n yang artinya varians dari semua sisaan adalah konstan atau homokedastik. 4. Tidak terjadi multikolineritas yang artinya tidak terdapat hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. F. Sistimatika penulisan Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam pemahaman skripsi, maka disusunlah sistematika penulisan dalam penelitian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Perumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Manfaaat penelitian E. Metode penelitian F. Sistematika penulisan BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pengeluaran Pemerintah B. Teori Belanja Daerah

13 C. Teori Pajak D. Dana Alokasi Umum (DAU) E. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) F. Penduduk Miskin G. Penelitian Terdahulu H. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Panelitian B. Jenis dan Sumber Data C. Definisi Operasional Variabel D. Metode Analisis Data E. Asumsi-Asumsi Regnesi Linear Berganda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Surakarta B. Hasil dan Pembahasan C. Interpretasi Ekonomi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Daftar Pustaka Lampiran