BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB II METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

Potensi Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara Linn) Sebagai Sumber Bahan Farmasi Potensial ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas sampel daun yang digunakan apakah benar merupakan daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L), sehingga kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan diteliti dapat dihindari. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret dengan menggunakan buku Flora of Java karangan C.A. Backer dan R.C. Bakhuizen den Brink tahun 1963. Hasil determinasi menunjukkan bahwa ke tiga jenis daun ini merupakan daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L). Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran1-3. B. Ekstraksi Sampel Bahan yang digunakan meliputi daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L). Sebelum dilakukan ekstraksi, terlebih dahulu dilakukan pembuatan simplisia. Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Tujuan bahan dibuat simplisia agar lebih awet dalam penyimpanan dan tahan lama. Dilakukan sortasi basah dengan tujuan untuk memisahkan daun dari kotoran-kotoran seperti tanah, batang, tangkai yang telah rusak. Kemudian 32

33 bahan dicuci bersih agar bebas dari kotoran yang mungkin terikut dan membuat penampakan fisik simplisia menjadi lebih menarik. Pencucian dilakukan dengan air mengalir sehingga kotoran yang terlepas tidak menempel kembali. Setelah dicuci bahan ditiriskan untuk mengurangi dan menghilangkan kandungan air. Penirisan dilakukan ditempat yang teduh, karena bila langsung dikeringkan dibawah sinar matahari akan mengalami pembusukan (Siswanto, 1997). Daun dibersihkan kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena cahaya matahari langsung (Depkes, 1995). Proses pengeringan dilakukan pada suhu ruang untuk mencegah kemungkinan rusaknya senyawa antioksidan karena pada umumnya senyawa antioksidan rusak pada temperatur >70 (Pramono dkk, 1993). Proses pengeringan untuk mengurangi kadar air pada bahan agar dapat disimpan lebih lama serta mencegah terjadinya proses penjamuran (Nicoli dkk,1999). Setelah diperoleh simplisia kering, berwarna hijau tua, mudah diremas, dilakukan sortasi kering untuk memisahkan simplisia dengan zat pengotor seperti debu, kerikil, tanah. Kemudian dilakukan perubahan bentuk simplisia menjadi serbuk simplisia dengan blender supaya ukuran partikelnya lebih kecil. Dilakukan pengecilan ukuran dengan tujuan untuk memperluas kontak antara padatan dan pelarut pada proses ekstraksi sehingga jumlah ekstrak yang diperoleh optimum. Semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif efisien, penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Namun perlu

34 diperhatikan ukuran partikel jangan terlalu kecil karena ekstrak yang didapat banyak mengandung zat ballast (pengotor) (Depkes RI, 1995). Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi, ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai didasarkan pada kelarutan komponen. Ekstraksi yang digunakan menggunakan metode perkolasi yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari etanol 70% yang dilakukan pada temperatur ruang karena pada umumnya senyawa antioksidan rusak pada temperatur tinggi. Proses ekstraksi menggunakan perkolasi dapat dilihat pada lampiran 4. Metode ini dipilih karena memiliki keuntungan karena dialiri dengan cairan penyari secara kontinyu sehingga zat menjadi seperti terdorong untuk keluar sel, tidak melibatkan pemanasan sehingga perubahan-perubahan senyawa dapat dihindari. Kerugian dari metode perkolasi yaitu cairan penyari yang digunakan relatif lebih banyak dan mahal (Depkes RI, 1986). Pelarut yang digunakan adalah etanol karena etanol adalah pelarut yang aman dan tidak toksik (Markham, 1988). Pelarut ini dapat melarutkan senyawa fitokimia lebih maksimal karena etanol 70% masih mengandung air yang cukup banyak (30%) yang membantu proses ekstraksi sehingga sebagian senyawa tersebut ada yang dapat tertarik dalam etanol dan ada pula yang tertarik dalam air (Melodita,2011). Pelarut etanol dipilih karena etanol merupakan pelarut yang sifatnya semi polar dalam penggunaannya, artinya pelarut bisa menyari atau mengekstrak senyawa-senyawa baik yang bersifat polar ataupun semipolar, tidak beracun, dapat bercampur dengan air, serta

35 panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit, sehingga ketika proses pemekatan ekstrak cair menjadi ekstrak kental waktu yang diperlukan relatif lebih sedikit (Gandjar dan Rohman, 2007). Etanol merupakan pelarut yang mampu mengekstrak senyawa flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, terpenoid, dan alkaloid (Harborne, 1987). Selain itu, menurut Arista (2013), dengan membandingkan aktivitas antioksidan antara ekstrak etanol 80% daun katuk dengan ekstrak etanol 96% daun katuk, diperoleh hasil bahwa efek antioksidan ekstrak etanol 80% daun katuk lebih besar dibandingkan ekstrak etanol 96% daun katuk. Hal ini menunjukan bahwa ada kemungkinan senyawa yang berperan sebagai antioksidan lebih bersifat polar sehingga lebih banyak terekstrak pada pelarut etanol 80%. Serbuk simplisia direndam terlebih dahulu untuk mengembangkan simplisia agar memudahkan dalam proses penyarian, kemudian simplisia dimasukkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori/kapas, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui dinding bejana untuk menghindari gelembung yang terjadi karena terbentuknya gelembung didalam bejana menyebabkan penyarian simplisia tidak maksimal. Selama proses penyarian bagian atas bejana ditutup dengan aluminium foil agar pelarut tidak menguap. Jumlah cairan penyari yang ditambah disesuaikan dengan jumlah serbuk yaitu sampai seluruh serbuk terendam, diberikan 3x tinggi serbuk untuk mengantisipasi kekeringan. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke

36 dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo dkk, 2001). Gerakan ke bawah disebabkan oleh gravitasi. Ekstraksi ini dilakukan 3 hari dengan pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna. Ekstrak cair yang didapat diuapkan dengan waterbatch pada suhu 60 karena titik didih etanol 78,3 (Hambali dkk,2008) hingga diperoleh ekstrak kental. Pemekatan Ekstrak menggunakan Waterbatch dapat dilihat pada lampiran 5. Suhu perlu diperhatikan sehingga etanol dapat menguap pada suhu jauh dibawah titik didihnya, dengan harapan kandungan senyawa yang ada pada ekstrak tidak rusak. Penguapan dilakukan dengan pengadukan untuk mempercepat perolehan ekstrak kental dan agar suhu penguapan merata. Proses penguapan tidak boleh dilakukan di atas api ataupun penangas, karena pelarut yang mudah terbakar dan juga dikhawatirkan senyawa aktif yang ada dalam ekstrak akan rusak oleh adanya pemanasan. C. Hasil Ekstraksi Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000). Perhitungan rendemen dilakukan dengan membagi ekstrak kental dengan bobot simplisia awal (gram) yang hasilnya

37 dinyatakan dalam persen. Hasil ekstraksi ditunjukan seperti pada tabel I dan gambar 5. Perhitungan %rendemen ekstrak dapat dilihat pada lampiran 6. Tabel I. Hasil ekstraksi dan rendemen ekstrak yang dihasilkan serta gambaran organoleptis No Nama Ekstrak Berat %Rendemen Aroma Warna 1 Ekstrak daun 6,1 gram 25,41% Beraroma Hijau ciplukan khas kehitaman 2 Ekstrak daun 6,58 gram 28,6% Beraroma Hijau takokak khas kehitaman 3 Ekstrak daun 3,6 gram 15,65 % Beraroma Hijau tomat khas kecoklatan Diperoleh hasil ekstraksi dengan pelarut etanol berupa ekstrak kental pada gambar berikut ini : A B C Gambar 5. Hasil ekstraksi dengan metode perkolasi pada sampel A. daun ciplukan (Physalis angulata L), sampel B. daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan sampel C. daun tomat (Solanum lycopersicum L) D. Identifikasi Kandungan Kimia Uji identifikasi kandungan kimia dilakukan untuk mengetahui senyawa golongan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang memiliki fungsi tertentu bagi manusia. Untuk mengetahui senyawa fitokimia tersebut, pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap empat jenis senyawa fitokimia yang diperkirakan terdapat pada ekstrak daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L).

38 Senyawa fitokimia tersebut adalah senyawa golongan flavonoid, tanin, polifenol dan saponin. Pada penelitian ini, skrining fitokimia dilakukan secara kualitatif dengan Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel F. Dalam kromatografi lapis tipis pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas prinsip like dissolves like. Dibuat tanda pada lempeng dengan menggunakan pensil kira-kira pada jarak bagian atas dan bawah 1,0 cm. Sebelum dilakukan penotolan, lempeng silika diaktifkan dalam oven pada suhu 105-110 C, selama 30 menit (setelah diaktifkan lempeng dikeluarkan dan siap digunakan) (Harborne, 1987). Lempeng silika diaktifkan bertujuan untuk meningkatkan daya absorbsi dari fase diam.sebelum dilakukan KLT, fase gerak dijenuhkan agar pemisahan sampel dapat optimal dan untuk mempercepat elusi. Sampel ditotolkan pada garis bagian bawah lempeng dengan menggunakan pipa kapiler secara tegak lurus sehingga diperoleh penotolan yang sempurna. Lempeng tersebut kemudian diangin-anginkan lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan eluen menggunakan pinset. Posisi lempeng berdiri dengan kemiringan ± 5 0 dan dinding chamber. Chamber ditutup dan lempeng dibiarkan terelusi sampai batas tanda pada bagian atas lempeng (Sudjadi, 1988).Hasil yang didapat yaitu bercak atau noda pada plat yang dapat diamati secara visual, untuk memperjelas spot noda dilakukan menggunakan UV dan.

39 Hasil identifikasi kromatografi lapis tipis (KLT) yang ada dalam ekstrak etanol pada daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L) dapat dilihat pada gambar 6, 7, 8 dan keterangan hasil terdapat pada tabel II. A B C D Gambar 6. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) daun ciplukan (Physalis angulatal) untuk identifikasi A. Flavonoid, B. Tanin, C. Saponin, D. Polifenol di bawah UV dan sinar

40 A B C D Gambar 7. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) daun takokak (Solanum torvum Swartz) untuk identifikasi A. Flavonoid, B. Tanin, C. Saponin, D. Polifenol di bawah UV dan sinar

41 A B C D Gambar 8. Hasil uji kromatografi lapis tipis (KLT) daun tomat (Solanum lycopersicum L) untuk identifikasi A. Flavonoid, B. Tanin, C. Saponin, D. Polifenol di bawah UV dan sinar

42 Tabel II. Hasil Rf kromatografi lapis tipis (KLT) Nama Daun Senyawa Hasil Literatur Keterangan Kesimpulan Daun Flavonoid 0,33 & 0,86 0,8 Fajar dkk, 2011 ( + ) Ciplukan Tanin 0,93 0,45 Widyowati& Abdul, 2010 ( - ) Saponin 0,30 & 0,95 0,32 Cut dkk,2009 ( + ) Polifenol 0,23 & 0,42 0,21 Sulistyani& Kusuma, 2012 ( + ) Daun Flavonoid 0,33 & 0,88 0,8 Fajar dkk, 2011 ( + ) Takokak Tanin 0,92 & 0,98 0,45 Widyowati& Abdul, 2010 ( - ) Saponin 0,26 & 0,93 0,32 Cut dkk,2009 ( + ) Polifenol 0,28 & 0,53 0,21 Sulistyani& Kusuma, 2012 ( + ) Daun Flavonoid 0,33 0,88 0,8 Fajar dkk, 2011 Daun Flavonoid 0,37 & 0,85 0,8 Fajar dkk, 2011 ( + ) Tomat Tanin 0,92 0,98 0,45 Widyowati& Abdul, 2010 Tomat Tanin 0,96 0,45 Widyowati & Abdel, 2010 ( - ) Saponin 0,26 & 0,93 0,32 Cut dkk,2009 Saponin 0,28 0,32 Cut dkk, 2009 ( + ) Polifenol 0,28 & 0,53 0,21 Sulistyani& Kusuma, 2012 Polifenol 0,27 0,21 Sulistyani & Kusuma, 2010 ( + ) E. Metode Uji Antioksidan Pengujian antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan metode DPPH. Metode pengujian dilakukan dengan metode uji DPPH menggunakan 2,2 difenil-1-pikrilhidrazil yang merupakan sumber radikal bebas. Metode uji DPPH adalah metode yang paling cocok digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan, hal itu disebabkan karena kristal DPPH hanya dapat larut dan memberikan absorbansi maksimum pada pelarut metanol. Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, cepat, dan mudah untuk skrining aktivitas penangkap radikal beberapa senyawa, selain itu metode ini terbukti akurat dan praktis (Prakash, 2001). F. Pengukuran Absorbansi dan Penetapan Pengukuran absorbansi dilakukan dengan cara menimbang serbuk DPPH sesuai konsentrasi yang diinginkan. Penimbangan dijaga agar tidak terpapar cahaya matahari. Larutan DPPH dibuat dengan konsentrasi 40 ppm atau 0,004%, lalu dibungkus dengan aluminium foil agar DPPH tidak terpapar

43 dengan cahaya karena DPPH sensitif terhadap cahaya. Dilakukan pembacaan panjang gelombang maksimal pada spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet. Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang yang mempunyai serapan maksimum, yaitu saat senyawa berwarna yang terbentuk telah optimum sehingga diperoleh kepekaan yang maksimum. Panjang gelombang maksimal diketahui dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Panjang gelombang optimum dari DPPH berdasarkan penelusuran literarur berkisar antara 515-520 nm. Diperoleh lamda maksimal pada konsentrasi 40 ppm sebesar 515 dengan absorbansi 0,7612 (lampiran 7). Selanjutnya dilakukan preparasi sampel, sampel yang dipakai yaitu ekstrak daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L). Pembanding positif yang digunakan yaitu vitamin C injeksi. Vitamin C dipilih sebagai kontrol positif

44 dalam penelitian ini karena mempunyai sifat antioksidan yang tinggi (Prakash,2001). Tahapan pertama yang harus dilakukan untuk menentukan besarnya aktivitas antioksidan ini adalah memvariasikan konsentrasi sampel ekstrak antioksidan menggunakan pelarut metanol. Dibuat masing-masing 5 konsentrasi ekstrak dan vitamin C yaitu 10 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm dan 120 ppm untuk membandingkan konsentrasi aktivitas antioksidan yang digunakan. Pengenceran ekstrak dilakukan menggunakan metanol karena aktivitas antioksidan daun lebih baik dengan menggunakan pelarut metanol dibandingkan pelarut lainnya (Reddy dkk, 2012). Larutan uji masing-masing dilakukan sebanyak 2 replikasi agar data yang didapat baik. Larutan uji yang digunakan 2 ml dan dicampur 2 mldpph 0,004% (1:1), kemudian divortex untuk membuat semua bahan dan masingmasing perlakuan menjadi homogen. Tabung diinkubasi selama 30 menit untuk memberikan waktu bagi antioksidan dan DPPH untuk bereaksi dan mendeteksi kemampuan antiradikal suatu senyawa sehingga menghasilkan masing-masing perlakuan mengalami perubahan warna. Hasil perubahan warna pencampuran sampel+dpph 0,004% dapat dilihat pada gambar 9. 10 ppm 30 ppm 60 ppm 90 ppm 120 ppm Gambar 9. Hasil Perubahan Warna Pencampuran Sampel+DPPH 0,004%.

45 Sebagai akibatnya, penambahan senyawa yang bereaksi sebagai antiradikal akan menurunkan konsentrasi DPPH ini. Adanya penurunan konsentrasi DPPH akan menyebabkan penurunan absorbansinya. Data absorbansi sampel ekstrak dan vitamin C dapat dilihat pada tabel III.Setiap molekul yang dapat menyumbangkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan akan memudarkan DPPH. Intensitas warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning oleh elektron yang berasal dari senyawa antioksidan (Naik dkk, 2003). Pada metode ini absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi dengan senyawa antioksidan (Josephy,1997). Tabel III. Data absorbansi sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel Konsentrasi Absorbansi Rata-rata (ppm) 1 2 3 1 Daun ciplukan 10 0.670 0,672 0,673 0,671 30 0,522 0,524 0,521 0,522 60 0,340 0,345 0,346 0,343 90 0,215 0,217 0,215 0,215 120 0,204 0,201 0,203 0,202 2 Daun tomat 10 0,699 0,697 0,696 0,696 30 0,564 0,563 0,563 0,563 60 0,437 0,438 0,439 0,438 90 0,318 0,313 0,311 0,314 120 0,260 0,261 0,263 0,261 3 Daun takokak 10 0,694 0,698 0,690 0,694 30 0,621 0,624 0,625 0,623 60 0,472 0,470 0,471 0,471 90 0,419 0,421 0,418 0,419 120 0,371 0,368 0,379 0,372 4 Vitamin C 2 0,384 0,394 0,397 0,391 4 0,365 0,361 0, 0,364 6 0,299 0,296 0,294 0,296 8 0,204 0,202 0,201 0,202 Semakin besar konsentrasi ekstrak, semakin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal. Setelah didapat nilai absorbansi, dilanjutkan dengan perhitungan % aktivitas antioksidan (lampiran 8).

46 Data % aktivitas antioksidan sampel ekstrak dan vitamin C dapat dilihat pada tabel IV. Tabel IV. Data (%) aktivitas antioksidan sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel Konsentrasi (ppm) %Aktivitas antioksidan 1 Daun ciplukan 10 11,76 30 31,38 60 54,85 90 71,66 120 73,37 2 Daun tomat 10 8,39 30 25,99 60 42,45 90 58,74 120 65,66 3 Daun takokak 10 8,28 30 18,11 60 38,12 90 44,91 120 51,04 4 Vitamin C 2 48,54 4 52,18 6 61,07 8 73,41 Untuk menganalisis apakah semua ekstrak mempunyai aktivitas antioksidan, digunakan persamaan regresi linier untuk mencari nilai (Inhibitory Concentration 50%). Besarnya aktivitas penangkap radikal bebas dinyatakan dengan yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH. Prinsip kerja dari pengukuran ini adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam. Sampel dinyatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai <50 ppm, kuat jika nilai 50-100ppm, sedang jika nilai 100-150ppm, lemah jika

47 nilai 151-200ppm, dan dinyatakan tidak aktif jika mempunyai nilai >200ppm (Nicoli dkk,1999). Perhitungan dengan persamaan regresi linier (y = bx + a), memerlukan persamaan kurva standar dari % inhibisi dengan sumbu y dan konsentrasi fraksi antioksidan sebagai sumbu x. dihitung dengan cara memasukkan nilai 50% ke dalam persamaan kurva standar sebagai sumbu y kemudian dihitung dengan nilai x sebagai sehingga diperoleh persamaan regresi linier daun ciplukan y = 0,684x + 9,138 dengan R= 0,992, daun takokak y = 0,390x + 8,105 dengan R = 0,971, daun tomat y = 0,520x + 7,987 dengan R = 0,982 dan vitamin C y = 4,175x + 37,92 dengan R = 0,973. Grafik aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun ciplukan, daun tomat, daun takokak dan vitamin C dapat dilihat pada gambar 10, 11, 12 dan13 dapat dibandingkan dengan analisis menggunakan SPSS probit (lampiran 9, 10, 11 dan 12). % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 10. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun ciplukan

48 % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 11. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun tomat % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 12. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun takokak % Aktivitas Antioksidan Konsentrasi (ppm) Gambar 13. Aktivitas antioksidan vitamin c

49 Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar pula aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Dari hasil analisis, didapatkan hasil nilai dari masingmasing sampel dengan perhitungan menggunakan excel yang dapat dilihat pada tabel V. Tabel V. Data nilai perhitungan Excel sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel Excel (ppm) 1 Ekstrak daun ciplukan 59,73 2 Ekstrak daun tomat 80,79 3 Ekstrak daun takokak 107,42 4 Vitamin C 2,89 Semakin kecil nilai menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Molyneux,2004). Berdasarkan hasil analisis, ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulatal), daun takokak (Solanum torvum Swartz) dan daun tomat (Solanum lycopersicum L) memiliki aktivitas antioksidan. Daun ciplukan dan daun tomat merupakan antioksidan kuat (50-100 ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai masing-masing 59,73 ppm dan 80,79 ppm, sedangkan daun takokak merupakan antioksidan sedang (100-150 ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai 107,42 ppm, sehingga diantara ketiga sampel daun yang memiliki antioksidan paling baik adalah daun ciplukan dengan nilai 59,73 ppm.vitamin C yang digunakan sebagai pembanding, merupakan antioksidan yang sangat kuat (<50 ppm) (Nicoli dkk, 1999) dengan nilai 2,89ppm. Penentuan cara kedua, yaitu dengan melakukan penentuan menggunakan analisis SPSS uji probit. Pada analisis probit, % aktivitas antioksidan sebagai response frequency, total observed adalah nilai % total DPPH

50 yaitu 100, factor adalah replikasi dengan range 1-3 dan konsentrasi sebagai covariate(s) pada Transform digunakan none. Hasil analisis menggunakan SPSS uji probit diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI. Data nilai perhitungan SPSS Probit sampel ekstrak dan vitamin C No Sampel SPSS Rentang Probit (ppm) (ppm) 1 Ekstrak daun 64,78 49,36-80,31 ciplukan 2 Ekstrak daun 81,75 73,57-90,52 Tomat 3 Ekstrak daun 105,80 94,68-118,63 Takokak 4 Vitamin C 3,22 1,60-4,5 Hasil yang diperoleh dari SPSS uji probit untuk ekstrak ciplukan diperoleh 64,78 ppm memenuhi rentang antara 49,36-80,31 ppm, ekstrak tomat diperoleh 81,75 ppm memenuhi rentang 73,57-90,52 ppm, ekstrak takokak 105,8 ppm memenuhi rentang 94,68-118,63 ppm dan vitamin C sebagai kontrol positif diperoleh 3,22 ppm memenuhi rentang 1,60-4,50 ppm