BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT LITERASI MEDIA PADA MAHASISWA

Review Buku : Rozaqul Arif

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V BENTUK RUANG DISKURSUS DAN PERAN AKTOR DALAM JARINGAN LITERASI MEDIA MELALUI RAPOTIVI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

Komunikasi dan Media Massa. Sesi 13 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sesuai, dimana didalamnya membahas tentang bagaimana seni menyampaikan pesan

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya teknologi informasi sekarang ini membuat

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

Sosiologi Komunikasi. Sosiologi komunikasi dan komunikasi massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari penelitian yang dilakukan dengan judul Komunikasi Sosial

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan pengguna (user) dapat berinteraksi dan berbagi data

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB II KAJIAN TEORITIS

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 4 - Join : Follow

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Asih Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisis: penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI

VARIASI BAHASA, ISI PESAN DAN KODE BAHASA CHATTING UNTUK KOMUNIKASI PERGAULAN DI INTERNET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin cepat di era globalisasi ini

KOMUNIKASI INTERAKTIF PADA PEMERINTAH DAERAH

Sosiologi Komunikasi Eko Hartanto

BAB I PENDAHULUAN. produsen (komunikator) kepada khalayak sasaran (komunikan). Beriklan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB II URAIAN TEORITIS. Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Setidaknya kondisi ini bisa dilihat dari konvergensi media yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. peran televisi sebagai alat yang digunakan untuk menyampaikan informasiinformasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang

Materi Bahan Ajar Mata Diklat Etika Publik (Diklat PraJabatan) KOMUNIKASI: ANTARA ETIKA DAN ESTETIKA Oleh: Wardjito Soeharso

Modul ke: Komunikasi Massa. Model Model Komunikasi. Radityo Muhammad, SH.,M.A. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Umatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Digital Marcomm. Karakteristik Media & Pemasaran Digital. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication.

BAB V. STRATEGI PENGIKLAN BARANG BEKAS DI OLX.co.id DALAM MEMBANGUN KEPERCAYAAN PEMBELI

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sosial, peran ideal komunikasi sebagai media penyiaran publik

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

Komunikator menyampaikan pesan. jalur komunikasi. kepada komunikan menggunakan. dan media. tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

KOMUNIKASI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Dalam berkomunikasi manusia tidak hanya. menggunakan bahasa verbal, akan tetapi juga non-verbal seperti menggunakan

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

PERJALANAN PROGRAM TELEVISI KITA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kotak kecil yang dapat memunculkan gambar dan suara ini kerap disebut

(Studi Kasus Tayangan Talk Show Indonesia Lawyers Club di TvOne)

PELATIHAN TEKNIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL BAGI PETUGAS KEPOLISIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik New Media (Interaktivitas New Media) Seperti yang telah disinggung dalam bab sebelumnya, New media memiliki beberapa karakteristik lain yang tak dimiliki oleh media massa konvensional lainnya. Nasrullah (2014:14) mengangkat pendapat dari Holmes (2005) tentang kelebihan media baru. Dalam pendapatnya media dibedakan menajdi 2 yakni media lama yang disebut brodcast dan media baru yang disebut interactivity. Pada media baru khalayak tidak sekedar ditempatkan sebagai obyek yang menerima pesan, akan tetapi peran khalayak bergeser menjadi lebih interaktif pada sebuah pesan. Konsep interaktif ini pada akhirnya juga mengaburkan batasan- batasan fisik dan sosial. Pada buku yang sama Nasrullah (2014:75) juga mengangkat pendapat Nicolas Gane dan David Beer (2008) tentang karakteristik media baru. Karakter pertama yakni network dimana media baru memungkinkan jariangan yang menghubungkan tidak hanya antar perangkat komputer namun juga antar individu. Karakteristik kedua interactivity dimana media baru membangun struktur dari perangkat keras dan lunak yang melibatkan manusia sehingga manusia pengguna ini dapat berkomunikasi secara interpersonal dengan orang lain dengan cara yang baru. Hal inilah yang juga pada akhirnya menghapuskan sekat sekat sosial dan ekonomi diantara komunikasi interpersonal tersebut. Bahkan dimungkinkan juga komunikasi terjalin antara pihak pihak yang berbeda latar belakang. Karakter yang ketiga interface dimana media baru bukan hanya mempertemukan manusia dengan perangkat komputer saja, namun media baru menghubungkan manusia dengan orang lain, jaringan informasi, serta beragam data di internet. Interaksi antara sender dan receiver dilakukan dengan memproduksi text (kode). Text disini beberapa diantaranya telah menjadi universal dan dipakai oleh pengguna dari seluruh dunia. Karakteristik interativity media baru tersebut membawa media baru memiliki keunggulan keunggulan tersendiri. Diantaranya adalah

memungkinkan adanya feedback secara langsung. Daryanto, (2010:27) menerangkan Feedback merupakan jawaban tanggapan dari penerima pesan dalam bentuk sebuah pesan verbal maupun non verbal. Nurudin, (2007:32) membedakan Feedback menjadi 2 jenis yakni feedback langsung (immediated feedback) dan juga feedback tidak langsung (delayed feedback). Feedback langsung dapat terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung. Media baru memungkinkan terjadinya feedback langsung meskipun secara fisik komunikator dan komunikan tidak berhadapan langsung. Pada media baru Feedback dapat dilakukan pada waktu yang relatif singkat. Pada perkembangannya media baru juga dimanfaatkan masyarakat guna memberikan feedback berupa kritik dan saran bagi media konvensional lain salah satunya televisi. Sehingga dalam hal ini siapa saja dimungkinkan untuk bisa menjadi aktor yang memproduksi pesan. 2.2 Actor Net Theory (ANT) Dalam ANT, sebuah budaya atau tidak dapat dikatakan lahir dengan sendirinya. Budaya lahir dari berbagai proses sosial yang didalamnya terdapat rekayasa heterogen dimana sosial, teknis, konsep, text disandingkan dan berberan bersama serta dapat berubah bersama pula. Network dalam ANT dipahami sebagai jaringan yang menghubungkan poin poin heterogen baik text, konsep, sosial, dan juga teknis aktor. Crawford dalam A Ritz Enciclopedia menyatakan The ANT network is conceived as a heterogeneous amalgamation of textual, conceptual, social, and technical actors. The volitional actor for ANT, termed actant, is any agent, collective or individual, that can associate or dissaociate with other agents. (2004: 2). Aktor dikenal tak hanya aktor Human namun juga Non Human yang dapat meliputi sistem sosial, sistem organisasi, perangakat, dan sebagainya. Aktor aktor tersebut semuanya terhubung dalam sebuah jaringan. Dalam jaringan ini ANT mengenal pula istilah Aktan. Aktan merupakan agen (dapat berupa agen kolektif / kelompok maupun secara 9

individual) yang dapat mengkaitkan atau memisahkan agen satu dengan yang lainnya. Aktan berperan sebagai pembentuk kehendak dalam bahasa sehari hari kita sering kenal dengan istilah inisiator pembentuk pesan, akan tetapi aktan tak hanya memproduksi pesan dan menjadi inisiator, namun aktan juga berperan dalam menjalankan jaringan tertentu dalam satu lingkup. Crawford (2004:3) juga menerangkan bahwa analitis ANT berpusat pada bagaimana cara jaringan mengatasi hambatan dan memperkuat internal, mendapatkan koherensi dan konsistensi, bagaimana pula cara mereka mengatur jaringan mendekatakn diri dengan elemen tertentu, serta bagaimana cara agar para aktor mau mengikuti apa yang dilakukan aktan dan aktor lain dalam jaringan, bagaimana cara agar aktor merasa perlu untuk terus terikat dalam sebuah jaringan tertentu. 2.3 Konsep Literasi Media Pada bab sebelumnya penulis telah mengungkapkan sedikit tentang pengertian literasi media yang diambil dari pendapat Hobbs, 1990 dalam National Leadership conference on Media Education dimana literasi media diartikan sebagai kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuknya (Yosal 2009:17) Senada dengan Hobbes, Tambaruka mengemukakan bahwa literasi media merujuk kemampuan khalayak yang melek terhadap media dan pesan media massa dalam konteks komunikasi massa (2013: 7). Pada penelitian ini literasi media akan dibatasi pada literasi media televisi. Beberapa penelitian terdahulu tentang literasi media mengungkapkan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia sebagai berikut. Salah satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Cristiany Juditha (2003:47) terhadap literasi media anak-anak timor leste menunjukkan bahwa tingkat literasi media anak untuk kategori mengakses media televisi berada pada level 5 yaitu pengguna telah paham penggunaan dan tujuan mengakses televisi. 10

Penelitian lain dilakukan oleh Latifah tentang analisis literasi media televisi dalam keluarga memperoleh kesimpulan bahwa literasi media televisi keluarga masih pada tingkat awal, dimana pengetahuan dan keterampilan orang tua media masih pada pengetahuan jenis, kategori, fungsi dan pengaruh media televisi. Keluarga (ayah-ibu) cenderung pasif menanggapi terpaan media. Demikian pula dalam hal pendampingan anak menonton televisi, pendampingan dilakukan dengan dua cara, yaitu: pembatasan jam menonton dan pemilihan isi tayangan serta melalui diskusi dan bertukar pikiran sebelum, saat, ataupun setelah menonton televisi (2014:267). Penelitian ketiga dilakukan terhadap mahasiswa sebagai bahan kajian. Dilakukan oleh Rebekka Purba tahun 2012 penelitian ini memberikan 3 kesimpulan mengenai literasi media sebagai beriktut 1. Literasi media sebagai sebuah langkah awal untuk cerdas menggunakan media sangat penting untuk dimiliki oleh khalayak sekarang ini mengingat banyaknya ragam media serta informasi yang bermunculan. 2. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dituntut untuk memiliki literasi media yang baik yang artinya cerdas dalam menggunakan media dan menganalisis informasi yang didapat dari media. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi media mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU program reguler S-1 berada di tingkat medium, yang berarti kemampuan untuk mengoperasikan dan menggunakan media, mengevaluasi serta berpasrtisipasi didalam media sudah cukup baik namun masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan kembali. 11

2.3 Kerangka Pikir Gerakan Sosial Media Diprakarsai Aktor sebagai produsen pesan New media : mengaspirasi pemikiran produsen VS Media massa Produsen adalah instansi Instansi Media masa punya kepentingan Menghasilkan program kurang berkualitas Perlu dikembangkan media Literasi Sebagai syarat tayangan berkualitas Realita :Belum banyak masyarakat melek media dan masih kurangnya akses Rapotivi : wadah Bagaimana menurut ANT Dimana aktor berperan dalam jaringan Bagaimana peran Rapotivi dalam Membentuk ruang diskursus masyarakat dalam pemahaman melek media 12

Penjelasan : Gerakan gerakan sosial diprakarsai oleh peran seorang / sekelompok aktor. Aktor (human) disini bisa siapa saja yang memproduksi pesan dan memiliki akses untuk menyampaikan pesannya. New media menjadi alat penghubung aktor untuk dapat menyampaikan pesan yang diproduksi. Berbeda halnya dengan media massa (televisi) dimana produsen pesan adalah instansi pertelevisian yang sudah tentu punya kepentingan. Kepentingan media ini membuat media tak jarang menghasilkan tayangan kurang berkualitas. Salah satu syarat untuk dapat menyehatkan pertelevisian Indonesia adalah dengan melahirkan orang orang / masyarakat yang memiliki pemahaman literasi media. Akan tetapi realitasnya, belum banyak masyarakat Indonesia yang memiliki pemahaman literasi media. selain itu, realitasnya, masih belum banyak pula akses untuk dapat mengaspirasi pemikiran literasi media. Rapotivi lahir sebagai bagian dari new media yang mengasipirasi pemikiran pemikiran aktor aktor (human) yang memiliki pemahaman tentang melek media. Rapotivi menjadi wadah diskursus bagi para aktor aktor penggerak melek media. Akan tetapi, teori ANT melihat bahwa aktor tak hanya human tapi juga ada aktor non human. Oleh karena itu penelitian ini hendak melihat bagaimana peran Rapotivi dalam membentuk ruang diskursus masyarakat dalam pemahaman melek media. 13