13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa serta keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut pendidikan memiliki peran sangat penting (Porters, 1976), oleh karena itu setiap warga negara harus dan wajib mendapatkan pendidikan (Haryanto, 2012). Di Indonesia sendiri sistem pendidikan diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang tersebut mengatakan bahwa pendidikan terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik. Artinya pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), karena PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumberdaya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah : Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantui pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
14 Menurut Sujiono (2013) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. PAUD jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD pada jalur nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluaga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Direktorat PAUD, 2004). Periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pada periode berikutnya. Oleh karena itu, sebagai dasar jenjang pendidikan, PAUD diharapkan dapat mengoptimalkan perkembagan selama masa usia dini dan memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk belajar pada jenjang selanjutnya (Sujiono, 2013).
15 Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran yang penting dalam pemberian rangsangan yang tepat pada anak. Pemberian rangsangan yang tepat pada pendidikan anak usia dini sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak (Sujiono, 2013). Guru merupakan pusat dari sistem pendidikan, Guru merupakan figur yang sangat penting dalam berlangsungnya pendidikan (Kumar, 2007). sedangkan menurut Utami (2003) walaupun fasilitas pendidikan lengkap dan canggih, namun bila tidak didukung dengan adanya guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar seorang guru bertugas untuk menuangkan bahan pelajaran kepada anak didiknya, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina murid agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Djamarah, 2002). Berdasarkan Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD tercantum standar bagi pendidik dan tenaga kepedidikan bagi Anak Usia Dini (AUD). Peran guru dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khusunya taman kanak-kanak (TK) lebih kepada menjadi sebagai mentor atau fasilitator, penting bagi guru untuk dapat mengerti cara berpikir anak, mengembangkan dan menghargai pengalaman anak, memahami bagaimana anak mengatasi masalah, menyediakan dan memberikan materi sesuai dengan taraf perkembangan kognitif anak agar lebih dalam membantu anak berpikir dan membetuk pengetahuan (Sujiono, 2013).
16 Menurut Hymes, Read dan Patterson, Yardley (Sujiono, 2013) guru yang baik untuk anak-anak adalah yang memiliki kehangatan hati, kepekaan, mudah beradaptasi, jujur, ketulusan hati, sifat bersahaja, sifat yang menghibur, menerima perbedaan individu, mampu mendukung pertumbuhan tanpa terlalu melindungi, badan yang sehat dan kuat, ketegaran hidup, perasaan kasihan/keharuan, menerima diri, emosi yang stabil, percaya diri, mampu untuk terus menerus berprestasi dan dapat belajar dari pengalaman. Seorang guru TK juga dituntut untuk dapat mengelola emosi dengan baik, karena seorang guru TK tidak dibenarkan untuk memperlihatkan sikap negatif di depan anak didiknya (Aisyah, 2008). Secara emosional profesi guru memiliki tugas yang lebih berat jika dibandingkan dengan profesi yang lain (2009). Menurut Aisyah (2008) guru TK memiliki tantangan tersendiri didalam pekerjaanya. Seorang guru TK memiliki tiga peran pokok di dalam pekerjaannya, yaitu peran sebagai perencana, peran sebagai pelaksana, dan peran sebagai evaluator. Peran guru TK sebagai perancana adalah untuk merencanakan suatu kegiatan pembelajaran apa yang akan dilakukan bersama anak didik, mulai dari kegiatan tahunan, semester, mingguan, sampai harian harus dibuat oleh guru TK. Peranan guru yang selanjutnya adalah peran guru sebagai pelaksana, Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Peran yang terakhir adalah peran sebagai evaluator, Peran guru TK sebagai evaluator adalah melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian
17 dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara belajar anak baik individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh anak. Hasil karya anak dapat kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda hasil kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dapat membangun rasa kebanggaan pada diri anak dan dapat memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Evaluasi harus mampu memperdayakan guru, anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman anak didik serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun belajar anak didik. Beberapa kompetensi dan peran seorang guru TK yang telah disampaikan diatas, mutlak harus dimiliki oleh seorang guru TK agar seorang guru TK memiliki kualitas mengajar yang baik dan dapat mengoptimalkan kemampuan anak (Sujiono, 2013). Guru merupakan pusat dari suatu sistem pendidikan (Kumar, 2007). Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu pendidikan yang berkualitas tinggi perlu untuk memperhatikan kepuasan kerja dari pengajar (Perie, 1997). Menurut Robbins dan Judges (2013) kepuasan kerja adalah perasaan positif terhadap pekerjaan berdasarkan hasil evaluasi dari karakteristik pekerjaan tersebut. Sedangkan Menurut Cranny, Smith, and Stone (1992) Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional terhadap pekerjaan sebagai suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan yang didapatkan.
18 Menurut Kumar (2007) kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan karena merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif dengan prestasi kerja guru. Semakin tinggi kepuasan kerja guru akan meningkatkan prestasi kerja guru (Siregar, 2012). Sementara itu, Perie & Barker (1997) mengatakan bahwa kepuasan kerja guru berhubungan dengan keefektifan guru dalam mengajar di kelas dan berpengaruh terhadap prestasi siswa. Anhaneyulu (dalam Kumar, 2007) mengatakan bahwa guru yang puas terhadap pekerjaanya, memiliki murid yang memiliki perilaku dan kualitas yang unggul dan baik. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kedisipilinan, kualitas kerja, dan prestasi kerja guru (Perie & Baker, 1997). Kepuasan kerja juga dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas kerja guru (Latham, dalam Hughes 2006). Kepuasan kerja guru juga dapat meningkatkan retensi pada guru (Houchins, Shippen & Cattret, 2004). Kepuasan kerja guru dapat dilihat dari sikap seorang guru dalam bekerja atau mengajar. Jika guru merasa puas terhadap pekerjaanya, maka dia akan bekerja dengan baik (Suwar, 2008). Menurut Carr (2004) individu yang bahagia dengan pekerjaan maka individu tersebut akan merasa puas dengan pekerjaannya. Sementara menurut Beer & Beer (1992) ketidakpuasan kerja menyebabkan emosi negatif terhadap pekerjaan. ketidakpuasan kerja guru merupakan faktor utama seorang guru meninggalkan profesinya sebagai guru (Huberman, 1993). Menurut Lester (dalam Knox, 2011) terdapat Sembilan aspek dari kepuasan kerja guru, yaitu pengawasan (supervision), rekan kerja
19 (colleagues), kondisi pekerjaan (job condition), imbalan/gaji (pay), tanggung jawab (responsibility), pekerjaan itu sendiri (work it self), kenaikan jabatan (advancement), keamanan (security), penghargaan (recognition). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada 60 guru TK di Kota Medan didapatkan beberapa masalah yang dialami oleh guru TK. Hasil survei tersebut antara lain adalah sebagai berikut ; sebanyak 38 (63%) guru mengatakan bahwa atasan mereka jarang memberikan arahan dan feedback. Sementara 22 guru mengatakan bahwa atasan mereka selalu memberikan arahan dan feedback. Bentuk dan frekuensi dalam memberikan arahan dan feedback dapat memberikan pengaruh yang luar biasa pada level kepuasan kerja seorang pekerja (Knox, 2011). Hasil survei lainnya juga mengatakan bahwa 24 (60%) guru mengatakan bahwa sekolah di tempat mereka bekerja tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk membantu mereka dalam mengajar dan membantu anak dalam belajar. Herzberg (1959) menemukan bahwa terdapat efek langsung dari fasilitas pendidikan terhadap kualitas mengajar seorang guru. Hal ini dipertegas dengan banyaknya TK di Kota Medan yang tidak memiliki bangunan yang representatif sebagai TK. Kondisi pekerjaan tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja pada guru. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan, karena guru membandingkan kondisi pekerjaanya dengan guru lain yang dibayar dengan jumlah yang sama, tetapi mendapatkan fasilitas yang lebih baik untuk bekerja (Knox, 2011). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pendidikan Kota Medan (2015) terdapat 354 TK, dengan jumlah siswa sebanyak 41.144, dan guru TK
20 sebanyak 1.666. Jika dirasiokan maka hasilnya 25 : 1, sedangkan perbandingan jumlah murid dengan guru yang ideal adala 15 : 1 (Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 Tentang Guru). Sedangkan menurut Sujiono (2013) perbandingan yang ideal adalah 10 : 1. Menurut Taleb (2013) bahwa kondisi kerja, perilaku sosial anak-anak, orang tua murid mempengaruhi kepuasan kerja guru TK. Kepuasan kerja guru juga berhubungan dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan motivasi. Hal ini tidak hanya penting bagi guru, namun juga berpengaruh pada siswa dan sekolah (Sargent & Hannum, 2005). Hasil survei lainnya yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa 54 (90%) guru mengatakan bayaran yang mereka terima setiap bulannya sangat kecil dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Menurut Anjaneyulu (dalam Kumar, 2007) mengatakan bahwa pendapatan yang terlalu kecil merupakan penyebab utama ketidakpuasan kerja guru. Hal ini diperkuat dengan maraknya aksi Guru TK menuntut kesejahteraan. Ratusan guru TK mendatangi kantor DPRD untuk menuntut kesejahteraan. Melalui aksi yang dilakukan, ratusan guru TK tersebut menuntut segera peningkatan kesejahteraan, melalui penambahan besaran gaji. (Detik, 2010). Menurut McShane dan Glinow (2010) Voice salah satu indikasi dari ketidakpuasan terhadap pekerjaan. Voice merupakan suatu upaya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan dengan cara yang konstruktif, seperti merekomendasikan cara bagi manajemen untuk memperbaiki situasi, atau dapat lebih konfrontatif, seperti mengajukan keluhan resmi atau membentuk
21 koalisi untuk menentang keputusan. bahkan yang paling ekstrimnya pekerja dapat melakukan mogok kerja. Guru TK juga dihadapkan dengan permasalahan kenaikan jabatan, berdasarkan hasil survei bahwa 49 (89%) guru mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk promosi atau naik jabatan. Kepuasan kerja dapat diperoleh ketika pekerja percaya bahwa mereka memiliki kesempatan untuk memperoleh kenaikan jabatan (Cranny, 1992). Seorang guru TK juga dihadapkan dengan permasalahan orangtua siswa yang seperti memberikan tanggungjawab pendidikan anaknya sepenuhnya kepada guru di sekolah dan sering mendapatkan keluhan dari orangtua jika anaknya mengalami masalah dalam belajar. Sebanyak 37 (61%) guru mengatakan bahwa orangtua siswa melakukan keluhan dan menyalahkan guru jika anaknya mengalami masalah belajar. Menyalahkan dan kritikan dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan dan dengan pertimbangan belum ada penelitan yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru TK berdasarkan sudut pandang psikologi, maka penelitian ini akan berfokus untuk melihat bagaimana Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Medan. B. Pertanyaan Penelitian Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: 1. Bagaimanakah gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan secara umum?
22 2. Bagaimanakah gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan ditinjau dari setiap aspeknya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan kerja guru TK di Kota Medan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis Dapat memberi sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan tentang kepuasan kerja guru TK di Kota Medan. 2. Manfaat Praktis a. Kepada pihak guru, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kepuasan kerja yang mereka miliki. Sehingga guru TK dapat mengetahui apa-apa saja yang dapat membuat mereka puas atau tidak puas terhadap pekerjaanya. b. Kepada pihak sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kepuasan kerja para guru TK dan dengan demikian pihak sekolah dapat membuat perencanaan yang tepat terhadap peningksatan kepuasan kerja guru yang dapat berpengaruh terhadap kinerja guru di sekolah.
23 c. Kepada pihak dinas pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang kepuasan kerja guru TK, sehingga pemerintah dapat melakukan intervensi melalui kebijakan yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh guru TK, terutama dalam hal kepuasan kerja guru TK. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Berisikan uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja. Bab III : Metode Penelitian Berisikan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, serta metode analisis data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan dengan teori yang ada.
24 Bab V : Kesimpulan dan Saran Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran metodologis dan saran praktis.