BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Capaian Angka Kematian Bayi (0-1 tahun) di tahun 2011 dari

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini diketahui secara umum bahwa bayi sehat antara minggu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung antara minggu (hamil aterm) dan ini merupakan periode

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pengentasan kemiskinan. Salah satu tujuan MDGs yaitu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan kebidanan komperhensif mencangkup empat kegiatan. pemeriksaan berkesinambungan yaitu Asuhan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. per kelahiran hidup, AKI yang dicapai masih jauh dari target

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung telah menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan. kesehatan dasar. Di negara-negara ASEAN, Indonesia menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

BAB I PENDAHULUAN. infeksi virus selain oleh bakteri, parasit, toksin dan obat- obatan. Penyakit

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut data yang diperoleh dari WHO tahun 2010, sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan jumlah Perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bangsa (Dwienda.dkk, 2014). pada balita 900 per penduduk pada tahun 2012 menurut Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015 Angka. Kematian Ibu (AKI) di dunia khususnya bagian ASEAN yaitu 923 per

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. nifas tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup.

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO tahun 2013, terdapat sekitar kasus kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin.

BAB I PENDAHULUAN. (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan

GAMBARAN CARA PERAWATAN TALI PUSAT DAN LAMA WAKTU PELEPASAN TALI PUSAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN BAKI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan (Jateng, DinKes.2013;h.9). Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi ibu selama kehamilan, melahirkan yang dipengaruhi oleh status gizi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Tingginya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa kehamilan merupakan suatu proses penting yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.

BAB I PENDAHULUAN. PBB termasuk Indonesia sepakat untuk menghadapi Deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. maternal disebabkan oleh perdarahan post partum dan diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada Tahun 2015 (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28) kematian maternal (maternal mortality) (Prawirohardjo, 2014; h.7).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kemenkes (2015) cakupan pelayanan kesehatan K1 dan K4. memperlihatkan peningkatan kecenderungan adanya perbaikan akses

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. jiwa, Afrika Utara jiwa dan Asia Tenggara jiwa. AKI di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan masyarakat sangat diperlukan. seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang. Berdasarkan laporan regional World Health Organzation (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

BAB I PENDAHULUAN. sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai tiga perempat resiko jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan mendapatkan keturunan yang sehat dan cerdas. Setiap ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan bayi merupakan penyebab utama terjadinya kematian bayi di Indonesia. World Health Organization (WHO) Pada tahun 2012 melaporkan bahwa setiap hari lebih dari 7200 bayi lahir mati, sebagian besar diantaranya 98% terjadi di negara negara berpendapatan rendah hingga sedang. Tetapi WHO mencatat negara kaya tidak luput dari kasus ini, dengan catatan satu bayi mati dari 320 kelahiran. Data dari WHO mengatakan dua pertiga kasus atau 1,8 juta/tahun bayi lahir mati ditemukan pada 10 negara, jumlah tertinggi ditemukan dikawasan Sub Sahara afrika dan Asia Tenggara. Antara 25 % dan 40 % kasus angka lahir mati disebabkan karena kelainan kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops non imun dan isoimunisasi anti-d. Kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas 32%, asfiksia 30%, infeksi 22%, kelainan kongenital 7%, lainlain 9%. Meskipun kelainan kongenital hanya ikut menyumbang 7% penyebab angka kematian bayi baru lahir di Indonesia, namun apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka kelainan kongenital akan menjadi cacat 1

2 seumur hidup yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian bayi di Indonesia. (Depkes, 2010). Pada tahun 2011 Angka Kematian bayi (AKB) di Jawa Tengah sebesar 10,34/1000 KH. AKB tahun 2011 mengalami penurunanan bila dibandingkan tahun sebelumnya, dimana AKB tahun 2010 yaitu 10,62/1000 KH. Dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGs) ke- 4 yaitu menurunkan angka kematian anak, tahun 2015 sebesar 17/1.000 kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sudah cukup baik karena telah melampaui target. Sedangkan target AKB yang harus dicapai tahun 2015 di Jawa Tengah sendiri yaitu 8,5/1000 KH. Pencapaian target di Jawa tengah belum terpenuhi sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Upaya yang paling efektif adalah dengan melakukan usaha pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman, serta perawatan yang baik. ( Dinkes Jateng, 2013). AKB di Kabupaten Semarang pada tahun 2011 yaitu 13,40/1000 KH. AKB di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2010 AKB di kabupaten Semarang yitu 10,46/1000 KH. Berbagai faktor yang menyebabkan peningkatan AKB di Kabupaten Semarang yaitu diantaranya kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal ini disebabkan kematian bayi sangat dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan, khususnya bayi baru lahir dengan kelainan kongenital. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan kelainan

3 kongenital harus ditangani secara cepat dan tepat dengan pelayanan kesehatan yang baik dan fasilitas kesehatan yang memadai. Namun, apabila pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan kurang merata akan berdampak pada kegagalan dalam penanganan bayi baru lahir dengan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Dinkes Kabupaten Semarang, 2011) Tahun 2011 berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 314 dari 25.852 KH, sehingga didapatkan AKB sebesar 12 per 1.000 KH. Sedangkan untuk kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 70 anak dari 25.852 KH, sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang sebesar 2,7 per 1.000 KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi penurunan yakni 3,5 per 1.000 KH. Berbagai faktor yang menyebabkan penurunan AKB di Kota Semarang yaitu telah dilakukan peningkatan sistem dan mutu pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi pada fasilitas kesehatan, jejaring rujukan dari pelayanan dasar sampai rumah sakit, serta telah meningkatkan kolaborasi perbaikan pelayanan kegawatdaruratan ibu dan bayi secara efektif dan efisien (Dinkes Semarang, 2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Roemani pada tahun 2012 angka kejadian bayi lahir dengan kelainan kongenital berjumlah 8 kasus. Di antaranya yaitu atresia ani 3 kasus, omfalokel 1 kasus, hirschprung 2 kasus, hidrosefalus 1 kasus dan atresia duodenum 1 kasus. Sedangkan data

4 pada tahun 2013 pada bulan Januari sampai bulan April terdapat1 kasus bayi kelainan kongenital, yaitu hirspchrung. Penyebab kelainan kongenital di kota Semarang yaitu karena faktor keturunan, karena sering ditemukan seorang ibu yang memiliki anak cacat bawaan sebelumnya ibu tersebut telah ada anggota keluarga atau saudara atau anak sebelumnya telah memiliki cacat bawaan. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Beberapa penyebab dari kelainan kongenital diantaranya berasal dari faktor genetik, faktor kromosom, infeksi dan obat. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadangkadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%. Kelainan kongenital dapat menyebabkan terjadinya abotus/keguguran, cacat seumur hidup, lahir mati atau kematian segera setelah lahir (perinatal) (Effendi, 2011). Menurut Greenberg (2007) Sekitar 20% dari kasus dengan keluhan di abdomen di Indonesia merupakan kasus ileus. 80% dari kasus tersebut merupakan ileus yang berada di usus halus. Sedangkan obstruksi kolorektal

5 hanya 16% dari kasus abdomen yang ada. Beberapa kasus obstruksi usus sembuh dengan sendirinya dan 50-70 % kasus memerlukan pembedahan dan mortalitas keseluruhan mencapai 2%. Ileus obstruksi merupakan keadaan dimana lumen usus tersumbat yang biasa terjadi di usus halus terutama ileum. Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (Nugroho, 2011). Peran bidan pada masalah bayi dengan kelainan kongenital disini adalah memberikan informasi yang jelas dan sesuai dengan yang ditemukan, dimana dijelaskan mengenai jenis, etiologi dan penanganan kepada keluarganya, sehingga keluarga dapat menerima dan siap dengan asuhan yang akan diberikan. Seorang bidan juga berperan dalam memberikan dukungan emosional pada kelurga yang memiliki bayi baru lahir dengan kelainan kongenital. Seorang bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan kongenital sesuai kewenangan bidan dengan tujuan meminimalisir angka kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir dengan kongenital sehingga tugas mutlak seorang bidan dapat terpenuhi dengan baik.

6 B. Rumusan masalah Berdasakan latar belakang diatas maka penulis ingin menyusun sebuah Karya Tulis ilmiah dengan rumusan masalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ileus Obstruksi di RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG C. Tujuan penulis 1. Tujuan umum Penulis dapat mempelajari lebih jauh dan melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Ileus Obstruksi menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Hellen Varney. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada bayi baru lahir dengan ileus obstruksi. b. Mahasiswa mampu membuat interpretasi data meliputi pengkajian, diagnosis masalah, potensial diagnosis, identifikasi tindakan segera, rencana, implementasi, evaluasi dari pengkajian data pada bayi baru lahir dengan ileus obstruksi. c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi. d. Menerapkan kebutuhan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain serta memberikan rujukan pada bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi.

7 e. Mahasiswa mampu menetapkan antisipasi yang harus dilakukan pada bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi. f. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi. g. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dengan Ileus Obstruksi. h. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan. i. Mampu memberikan alternatif pemecahan terhadap kesenjangan antara praktek dengan teori. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Sasaran penelitian Karya Tulis ini Bayi Baru Lahir umur 0 7 Hari dengan Ileus Obstruksi. 2. Tempat Lokasi penelitian Karya Tulis Ini yaitu di RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG, ruang BBRT 3. Waktu Waktu penelitian Karya Tulis Ilmiah ini pada Bulan Mei 2013.

8 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Menambah wacana dan kapustakaan dalam penelitian lebih lanjut tentang tentang Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ileus Obstruksi. 2. Manfaat praktis a. Bagi Tenaga kesehatan Memberikan masukan dan informasi tentang bayi baru lahir dengan ileus obstruksi dan penatalaksanaannya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. b. Bagi Institusi pendidikan Memberikan masukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang bayi baru lahir dengan ileus obstruksi dan sebagai sumber referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya. c. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dalam penanganan bayi baru lahir dengan ileus obstruksi dan penatalaksanaannya dilahan. d. Bagi Masyarakat Menambah informasi dan pengetahuan tentang jenis kelainan kongenital pada bayi baru lahir dan perawatan sehari-hari bayi baru lahir dengan ileus obstruksi.

9 F. Metode Pengumpulan Data Menurut Saminem (2009: 34) metode pengumpulan data terdiri dari : 1. Anamnesa Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara menggali riwayat kesehatan ibu, ayah dan keluarga secara langsung, untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan bayi dan keluarga. Anamnesa dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada orang tua dan keluarga bayi dengan kelainan kongenital. 2. Observasi Partisipasi Aktif Tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dengan ikut berperan secara aktif dalam pengelolaan klien. Observasi dilakukan pada saat pengkajian sampai evaluasi. 3. Studi Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari data kesehatan dari status klien. 4. Studi Kepustakaan Yaitu cara mendapatkan informasi dan teori yang relevan menggunakan buku- buku literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan klien sehingga didapat data yang teoritis.