1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan Agama merupakan salah satu badan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman dalam lingkup khusus. 1 Kekhususan Pengadilan Agama terletak pada ketentuan tentang orang-orang tertentu yang dapat menyelesaikan sengketa di Pengadilan Agama dan pada jenis perkara. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur bahwa wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam. Kemudian Undang-Undang Peradilan Agama memberikan definisi tentang siapa yang dimaksud sebagai orang-orang yang beragama Islam. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 mengatur bahwa orang-orang yang beragama Islam adalah orang atau badan hukum yang dengan sendirinya menundukan diri dengan suka rela kepada hukum Islam mengenai hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama. 2 Sementara kekhususan jenis perkara diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang antara 1 Pasal 18, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman 2 Penjelasan pasal 49, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 1
2 lain, yaitu 3 memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang: a. Perkawinan; b. Waris; c. Wasiat; d. Hibah e. Zakat; f. Infaq; g. Wakaf; h. Shadaqah; dan i. Ekonomi syariah. Walaupun Pengadilan Agama berwenang terhadap 9 jenis sengketa tersebut, namun dalam praktik, sengketa yang paling banyak didaftarkan adalah sengketa perceraian. Hal ini ditunjukan dalam data Pengadilan Agama itu sendiri, bahwa pada selama tahun 2016, sebanyak 83,68% sengketa perceraian yang diputus di Pengadilan Agama seluruh Indonesia. 4 Angka tersebut meliputi 2 (dua) bentuk perceraian, yaitu cerai talak 5 dan gugatan perceraian. 6 Sebagai salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman, Pengadilan Agama tunduk pada semua ketentuan beracara, baik yang diatur dalam tingkat Undang-Undang maupun peraturan pelaksana lainnya. Salah satu peraturan yang mengikat bagi Pengadilan Agama adalah Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di 3 Pasal 49, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 4 Dirangkum dari Rekap Jenis Perkara Peradilan Agama Seluruh Indonesia, http://perkaranet.ptasurabaya.go.id/v1/action/fwjenisperkara.php?c_pta=ms.pta.all&debug=1 diakses pada 5 Mei 2017 5 Cerai talak adalah ikrar talak yang diikrarkan oleh seorang suami beragama Islam terhadap istrinya di depan Pengadilan. 6 Gugatan cerai adalah gugatan yang diajukan seorang istri kepada suaminya di Pengadilan. 2
3 Pengadilan Agama (selanjutnya disebut Perma No. 1 / 2016). Perma No. 1/2016 dikeluarkan dengan mempertimbangkan visi dari Mahkamah Agung agar terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang agung, dimana salah satu elemen pendukungnya adalah Mediasi sebagai instrumen untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan sekaligus implementasi asas penyelenggaraan peradilan yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan. 7 Penyelesaian sengketa melalui mediasi merupakan cara yang damai, tepat, efektif dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta berkeadilan. 8 Perma No. 1 / 2016 mengatur mengenai jenis Perkara yang wajib menempuh prosedur mediasi. Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu mengupayakan penyelesaian melalui Mediasi. 9 Disaat yang sama, Perma No. 1 / 2016 juga memberikan pengecualian terhadap perkara-perkara tertentu yang tidak terikat pada ketentuan wajib mediasi, yaitu: 10 1. Sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya meliputi antara lain: a. Sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga; 7 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan 8 Lihat bagian menimbang huruf a, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Mediasi di Pengadilan 9 Pasal 4 ayat 1, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Mediasi di Pengadilan 10 Pasal 4 ayat 2, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Mediasi di Pengadilan 3
4 b. Sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan Industrial; c. Keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha; d. Keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen; e. Permohonan pembatalan putusan arbitrase; f. Keberatan atas putusan Komisi Informasi; g. Penyelesaian perselisihan partai politik; h. Sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan i. Sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan di tentukan tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan; 2. Sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat dan tergugat yang telah dipanggil secara patut; 3. Gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara (intervensi); 4. Sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan perkawinan; 5. Sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar pengadilan melalui Mediasi dengan bantuan Mediator bersertifikat yang terdaftar di Pengadilan setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator bersertifikat. Bagi perkara selain yang dikecualikan tersebut, pada hari sidang yang telah ditentukan, Hakim Pemeriksa Perkara mewajibkan para pihak untuk menempuh jalur Mediasi terlebih dahulu. 11 Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh Mediator. 12 Mediator merupakan hakim atau pihak lain yang memiliki serifikat mediator sebagai pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau 11 Pasal 17 ayat 1, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Mediasi di Pengadilan. 12 Pasal 1 ayat 1, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Mediasi di Pengadilan. 4
5 memaksakan sebuah keputusan. Dalam Perma No. 1 / 2016 dijelaskan terdapat 2 macam mediator, pertama, Mediator Hakim dan Pegawai Pengadilan 13 ; kedua, Mediator nonhakim dan bukan Pegawai Pengadilan. 14 Merujuk pada ketentuan tersebut, maka semua pihak yang memenuhi syarat dapat menjadi mediator dan melaksanakan proses mediasi di Pengadilan. Ketentuan inilah yang kemudian membuka kesempatan bagi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) untuk terlibat dalam proses litigasi di Pengadilan Agama khususnya dalam proses mediasi. Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, yang selanjutnya disebut sebagai BP4, merupakan sebuah badan yang terbentuk karena adanya kekhawatiran atas meningkatnya angka perceraian. 15 Pada mulanya, BP4 merupakan bagian internal dari Departemen Agama, 16 dan fungsinya sebagai lembaga penasihatan dan pembinaan, baik bagi calon pasangan suami istri atau pasangan suami-istri. Keterlibatan BP4 dalam sengketa perceraian hanya sebatas pelaksanaan penasihatan saat pasangan suami-istri sedang mengajukan perceraian. Hal ini berubah setelah Musyawarah Nasional XIV di tahun 2009. BP4 yang awalnya merupakan bagian dari Kementerian Agama kemudian berubah kedudukannya menjadi lembaga independen 13 Lihat pasal 8 ayat 1, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pedoman Mediasi di Pengadilan 14 Lihat pasal 8 ayat 1, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 t entang Pedoman Mediasi di Pengadilan 15 Lihat bagian Mukaddimah Anggaran Dasar Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) 16 Haniah Ilhami, Penelitian Revitalisasi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Melaksanakan Fungsi Mediasi Sengketa Perkawinan pada Pengadilan Agama di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2016, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 5
6 sebagai mitra dari Kementerian Agama dan Instansi terkait dalam tugas meningkatkan mutu perkawinan. Selain kedudukan hukum dari BP4, tugas dan fungsi dari BP4 juga bertambah, sekarang BP4 dapat menjadi mediator dalam mediasi pada sengketa perceraian di Pengadilan Agama. 17 Berdasarkan hal tersebut, maka penulisan hukum ini akan membahas proses dan efektifitas mediasi oleh mediator dari BP4 dalam upaya mendamaikan sengketa perceraian di Pengadilan Agama Wonosari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang Peneliti uraikan sebelumnya, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran mediator dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam upaya mendamaikan sengketa perceraian di Pengadilan Agama Wonosari? 2. Bagaimana efektivitas mediasi oleh mediator dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam upaya mendamaikan sengketa perceraian di Pengadilan Agama Wonosari? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif 17 Pasal 6 angka 3, Anggaran Dasar Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) 6
7 Tujuan objektif dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis mengenai: a. Peran mediator dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam upaya untuk mendamaikan sengketa perceraian di Pengadilan Agama Wonosari. b. Efektivitas mediasi oleh mediator dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam upaya mendamaikan untuk sengketa perceraian di Pengadilan Agama Wonosari. 2. Tujuan Subjektif Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat yang berhubungan dengan objek yang diteliti untuk penyusunan Penulisan Hukum sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran Peneliti, sebelumnya telah ada penelitianpenelitian mengenai tema yang Peneliti akan teliti. Adapun penelitianpenelitian yang ada sebelumnya itu dan perbedaannya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ishak Tri Nugroho, S.H.I., 2016, Peranan BP4 dalam Membantu Proses Mediasi Penyelesaian Sengketa Perdata di Lembaga Peradilan di Indonesia (Studi Optimalisasi Mediasi di Pengadilan Agama Yogyakarta), Tesis, Pascasarjana Universitas Negeri Sunan Kalijaga, D.I.Yogyakarta. 7
8 2. Haniah Ilhami, S.H., L.LM., 2016, Revitalisasi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam Melaksanakan Fungsi Mediasi Sengketa Perkawinan pada Pengadilan Agama di Daerah Istimewa Yogyakarta, Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, D.I.Yogyakarta. Penelitian yang pertama membahas mengenai peran dan upaya dalam mengoptimalisasi mediasi yang dilakukan oleh mediator BP4 dalam menangani sengketa perceraian di Pengadilan Agama Yogyakarta. Rumusan masalah pada penelitian yang pertama yaitu: 1. Bagaimana BP4 berperan dalam melakukan mediasi di Pengadilan Agama Yogyakarta, ditinjau dari legal formal maupun tinjauan normatif mediasi? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam menjalankan tugasnya sebagai mediator untuk menyelesaikan sengketa perkara perdata yang masuk di Pengadilan Agama Yogyakarta? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan belum optimalnya peran BP4 dalam melakukan mediasi di Pengadilan Agama Yogyakarta? 4. Bagaimana upaya optimalisasi yang bisa dilakukan BP4 dalam melakukan mediasi di Pengadilan Agama Yogyakarta untuk mewujudkan mediasi yang lebih baik di masa depan? Kemudian penelitian kedua membahas mengenai proses serta hasil pembaharuan dalam tugas, fungsi dan bentuk kelembagaan dari BP4 serta pelaksanaan tugas BP4 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumusan masalah pada penelitian yang kedua, yaitu: 8
9 5. Bagaimana posisi kelembagaan BP4 etelah Musyawarah Nasional BP4 ke XIV tahun 2009? 6. Bagaimana implementasi fungsi mediasi yang dilakuan oleh BP4 dalam membantu menyelesaikan sengketa perkawinan di luar dan di dalam Pengadilan Agama, khususnya pada Pengadilan Agama di Daerah Istimewa Yogyakarta? Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang pertama adalah mengenai tema penelitian, dasar hukum dan lokasi penelitian. Penelitian ini akan membahas mengenai efektivitas mediasi yang dilakukan oleh mediator dari BP4 di Pengadilan Agama Wonosari. Penelitian yang pertama masih mengggunakan dasar hukum PERMA Nomor 1 Tahun 2008, namun peneliti sudah menggunakan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yang merupakan pengganti PERMA Nomor 1 Tahun 2008. Kemudian perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang kedua adalah penelitian ini dapat dikatakan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian kedua, kerena penelitian ini akan membahas seberapa efektif mediasi yang dilakukan oleh Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan setelah adanya pembaharuan. Penelitian ini juga lebih spesifik membahas mengenai efektivitas mediasi yang dilakukan oleh BP4 di Pengadilan Negeri Wonosari. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah ada sebelumnya. Apabila tanpa sepengetahuan peneliti pernah ada penelitian yang sama dengan penelitian ini maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian yang pernah ada. 9
10 E. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara ilmu pengetahuan dan secara praktis, yang diuraikan sebagai berikut: a. Dilihat dari Segi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas wawasan berfikir khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan Hukum Islam, terkhusus lagi dalam hal kajian mengenai efektivitas mediasi oleh mediator dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Wonosari. b. Dilihat dari Segi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam konteks mengenai peran mediator dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam perkara Perceraian di Pengadilan Agama Wonosari. Selain itu Peneliti harap dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana proses mediasi perkara perceraian yang dilakukan oleh Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) di Pengadilan Agama Wonosari. 10
11 11