BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahap perkembangan terjadi pada setiap manusia terutama pada masa anak-anak. Tahap perkembangan yang terjadi pada anak umumnya sama. Perkembangan pada anak biasanya harus disesuaikan dengan lingkungannya, agar dia dapat menyesuaikan diri dan melaksanakan perilaku yang menjadi tugas perkembangannya dengan baik. Tugas dari perkembangan anak tentu tidak mudah, semakin besar tuntutan dan perubahan anak, semakin besar pula masalah yang dihadapi anak tersebut. Masalah-masalah tersebut akan membuat anak sulit untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sehingga mereka cenderung melakukan tindakan agresivitas seperti menyakiti orang lain baik fisik maupun verbal. Agresivitas merupakan perilaku negatif yang terdapat pada individu, menurut Herbert (Aisyah, 2010) agresivitas merupakan tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial, yang menyebabkan luka fisik, psikis pada orang lain atau yang bersifat merusak benda. Tindakan agresivitas dapat dijumpai dimana saja termasuk di dalam sekolah. Lingkungan sekolah seharusnya dapat membentuk karakter dan perilaku siswa ke siswa arah yang lebih baik. Namun pada kenyataannya dalam berperilaku siswa tidak selalu sesuai dengan harapan, banyak siswa yang melakukan agresivitas seperti memalak, berkelahi, membolos, dan lain-lain. Agresivitas tersebut dapat 1
2 mempengaruhi proses perkembangan dan pertumbuhan siswa. Agresivitas di lingkungan sekolah dapat mengganggu proses pembelajaran dan cenderung dapat membentuk kebiasaan yang merugikan bagi siswa dan lingkungan sekolah. Agresivitas yang dilakukan siswa sering menjadi pemberitaan di media masa baik media cetak maupun media elektronik. Agresivitas yang dilakukan siswa dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok. Dikutip dari Liputan6.com tanggal 25 November 2016 dan 15 Maret 2017 diperoleh informasi bahwa ada beberapa kasus agresivitas seperti tawuran antar siswa sekolah dasar di Semarang yang melibatkan tiga sekolah yaitu SD Al Khotimah, SD Pangudi Luhur Gunung Brintik dan SD Negeri Pekunden. Hal yang memperihatinkan dari aksi tersebut adalah para siswa sudah merencanakan aksinya dan membawa senjata tajam. Kasus lain juga terjadi di daerah Bogor, yaitu guru memergoki beberapa siswanya memasukan rokok elektrik bentuk pena ke dalam tas, setelah melaporkan masalah tersebut ke wali murid, salah satu orang tua mengaku pernah melihat anaknya sedang mengisi ulang baterai rokok elektrik. Latar belakang agresivitas yang terjadi pada siswa dikarenakan beberapa hal diantaranya saat siswa berinteraksi dengan lingkungan, salah satu hal yang mempengaruhi agresivitas siswa adalah teman sebaya. Menurut Mappiare (Mustikaningsih, 2015: 2), kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama di mana seorang anak belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Proses interaksi di lingkungan
3 teman sebaya dapat ikut serta membentuk karakter siswa. Hal ini karena dengan berteman bersama orang yang seumuran akan mempengaruhi minat, pendapat, dan kepribadian. Baik buruknya pengaruh teman sebaya dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan teman sebaya tersebut. Yusuf (2010: 198) menjelaskan bahwa: Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral atau agama dapat dipertanggung jawabkan, seperti kelompok remaja yang taat beribadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar, dan aktif dalam kegiatankegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku malas atau melecehkan nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mustikaningsih (2015) mendapatkan hasil bahwa kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi agresivitas siswa. Hasil analisis data penelitian tersebut menunjukkan bahwa konformitas teman sebaya berada pada kategori sedang dengan persentase 38,70% dengan 74 siswa, sedangkan siswa yang berkategori tinggi yaitu berjumlah 17 siswa dengan persentase 8,90% serta katagori agak tinggi sejumlah 72 siswa dengan persentase 37,70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki kecenderungan berperilaku sama dengan teman sebayanya seperti mengikuti gaya berbicara teman, gaya berpakaian, dan mengikuti pemakain gadget yang sedang populer supaya dapat diterima dalam lingkungan teman sebaya. Lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap agresivitas siswa adalah keluarga, karena keluarga merupakan tempat awal pembentukan watak dan
4 kepribadian siswa. Pembentukan watak dan keperibadian siswa tergantung pada pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya. Baik buruknya perilaku siswa merupakan cerminan pola asuh yang orang tua terapkan, karena tindakan siswa dapat berawaldari menirukan perilaku orang tua yang dia lihat, dengar dan rasakan. Pola asuh orang tua yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari lama kelamaan akan membekas di pikiran siswa sehingga akan menimbulkan persepsi dari sikap, perilaku dan kebiasaan yang orang tua lakukan. Persepsi pola asuh orang tua yang salah dapat menyebabkan agresivitas pada siswa, seperti orang tua sering berkata kasar, berteriak atau memukul maka anaknya akan meniru dan dapat menjadi kebiasan. Penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap agresivitas anak yang dilakukan oleh Suastini (2011, 97-107) dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola asuh otoriter orang tua dengan agresivitas. Korelasi positif antara variabel independen terhadap variabel dependen searah, artinya kenaikan skor pola asuh otoriter orang tua akan diikuti oleh skor agresivitas, dengan kata lain semakin otoriter pola asuh orang tua maka anak cenderung semakin agresif. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap agresivitas anak juga dibahas oleh Aisyah (2010), dalam penelitiannya dijelaskan bahwa keluarga merupakan sumber bagi timbulnya sifat agresi anak. Faktor yang menjadi peenyebab timbulnya tingkah laku agresif adalah kecenderungan pola asuh tertentu dari orang tua. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara orang tua dengan anaknya
5 selama mengadakan pengasuhan, dan setiap pola asuh memberi kontribusi terhadap agresivitas siswa. Menurut observasi awal, beberapa bentuk agresivitas siswa telah terjadi di sekolah dasar Gugus Sugarda Kecamatan Kalimanah. Bentuk agresivitas tersebut diantaranya yaitu berkata kasar, memalak dan berkelahi dengan teman satu kelas. Sampel penelitian yang ditentukan adalah kelas V, dengan pertimbangan bahwa siswa kelas V merupakan siswa yang sedang berada dalam fase peralihan dari masa anak-anak ke remaja awal, sehingga memungkinkan terjadinya agresivitas yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan latar belakang permasalahan, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus Sugarda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Apakah teman sebaya berpengaruh terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda? 2. Apakah persepsi pola asuh orang tua berpengaruh terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda? 3. Apakah teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua berpengaruh terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda?
6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kegiatan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh teman sebaya terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda. D. Manfaat Penelitian 1. Manfat Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi pada bidang pendidikan dan menjadi sumbangan pengetahuan berkenaan dengan pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas yang dilakukan siswa. b. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan saran dan pemikiran dalam kebijakan yang berkaitan dengan siswa.
7 c. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat wawasan bagi peneliti terutama mengenai pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa. d. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan memberikan informasi maupun referensi tambahan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama terkait dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti.