BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB II KAJIAN TEORI. kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju, dan crastinus yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jika

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS SEKOLAH (SCHOOL TASK S VALUE) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA. Siti Ma rifah Setiawati. Guru BK MTs Negeri III Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. 3. kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. diri menjadi multi kompetensi manusia harus melewati proses pendidikan yang

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan industri saat ini mendapat tantangan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (1987). Test Prestasi. Yogyakarta: Liberty. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. segala usia baik melalui pendidikan formal, non formal maupun informal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian. tahap -tahap lain yang akan harus dilakukan yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BABI PENDAHULUAN. Dalam sebuah perguruan tinggi, perkuliahan merupakan kegiatan yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak maupun masyarakat. Anak didik menganggap sekolah sebagai tempat mencari sumber ilmu pengetahuan yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang sekolah sebagai tempat dimana anaknya akan mengembangkan kemampuannya. Pemerintah berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga negara yang cakap. 1 Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan besar juga terjadi pada konsepsi pendidikan dan pengajaran. Perkembangan tersebut membawa perubahan pula dalam cara mengajar dan belajar di sekolah. Hal tersebut menuntut tenaga pengajar agar semakin memperbaiki strategi pembelajarannya. Begitu juga dengan siswa dituntut agar selalu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Sebagai proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan hal yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak 1 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), Hal. 175. 1

2 didik. 2 Seorang siswa harus senantiasa mengisi waktunya dengan belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Ketika menjalankan tugas sehari-harinya, seorang pengajar mengharapkan agar anak didiknya memperoleh hasil yang baik sebagai manifestasi dari usaha mereka dalam belajar. Bila hal ini bertolak belakang dengan harapan, pengajar cenderung mengatakan bahwa siswa tidak termotivasi. 3 Banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya baik yang berasal dari dalam dirinya (internal) seperti kondisi psikologis dan kesehatan, juga faktor dari luar dirinya (eksternal) seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Cole mengutarakan bahwa masa remaja berada sekitar usia 13-21 tahun. Pada masa ini selain terjadi perubahan fisik juga terjadi perkembangan kapasitas intelektual dan sikap, adanya hubungan dengan orang tua, perkembangan emosi, minat, bakat, kepercayaan serta moral pada diri individu. 4 Pada masa ini remaja mengalami masa periode perubahan dalam segala aspek hidupnya, menurut Hurlock masa ini disebut juga sebagai masa bermasalah manakala mereka tidak dapat menemukan penyelesaian yang tepat dari masalahnya sesuai dengan harapannya, baik yang menyangkut pribadinya, keluarga, teman sebaya ataupun tugas-tugas di sekolah. Di 2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), Hal. 1. 3 Slameto, Belajar...Hal. 9 4 Cole L, Psychology Of Adolescence, (New York : Holt-Rinehart and Winston, 1963), Hal. 4

3 samping itu pada masa ini merupakan periode pencarian identitas, yang sering kali terjadi krisis identitas yaitu usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat. 5 Pada perkembangan sosialnya, remaja cenderung memisahkan diri dengan orang tuanya dan menuju ke arah teman sebayanya, dunia diluar lingkungan keluarganya mempunyai daya tarik tersendiri bagi mereka. Apabila tidak mendapatkan pengawasan yang baik, keberadaan remaja yang semacam ini dapat menyebabkan mereka rentan terpengaruh pada hal-hal negatif yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini siswa SMA tengah mengalami masa perkembangan remaja akhir (usia 15-18 tahun) 6 dimana mereka juga mengalami banyak perubahan serupa dengan teman sebayanya. Menurut Gunarsa, dalam masa remaja terdapat suatu rangkaian perubahan yang dialami oleh individu, perubahan tersebut terjadi tidak hanya dalam dirinya tetapi juga diluar diri individu, seperti perubahan sikap orang tua, sikap anggota keluarga lainnya, sikap guru-guru di sekolah, metode pengajaran serta kurikulum yang turut berubah pula. 7 Pada perkembangannya kebanyakan anak usia sekolah terutama SMA apabila tidak dikontrol dengan baik cenderung melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dalam proses belajar, dibandingkan dengan tugas sekolah 5 E. B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5, (Jakarta : Erlangga, 1993), Hal. 208. 6 F. J. Monks, & Siti Rahayu Hadinoto, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2002), Hal. 183 7 Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2003), Hal. 101.

4 seperti PR dan buku-buku sekolah, televisi memiliki daya tarik yang lebih besar bagi siswa, disamping itu jalan-jalan atau sekedar main ke rumah teman itu juga memenuhi hari-harinya. Apalagi saat ini maraknya warnet turut menjadi perhatian siswa,. warnet tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk mempermudah mengerjakan tugas, tetapi lebih sebagai sarana hiburan semata seperti membuka situs-situs tertentu yang dapat memberi dampak negatif pada perkembangan siswa, online di dunia maya atau jejaring pertemanan lewat face book sudah menjadi hobby baru bagi mereka, tentunya hal-hal tersebut banyak menyita waktu mereka. Dan ketika remaja jauh dari kontrol orang tua dan guru di sekolah, apabila mereka tidak memiliki kontrol diri yang baik maka mereka dapat mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif yang ada di lingkungannya. Banyaknya hal-hal yang lebih menarik perhatian mereka, membuat siswa mengalami kebosanan dalam belajar, dan belajar bukan lagi merupakan prioritas siswa. Hal tersebut dapat berdampak pada banyaknya tugas sekolah yang terbengkalai. Penundaan dalam mengerjakan tugas akan cenderung diulangi lagi manakala hal tersebut berhasil dilakukannya, bahwa ia bisa menyelesaikan tugas tepat waktu dengan hasil yang baik walaupun dia sudah melakukan penundaan. Namun penundaan yang terus menerus dilakukan oleh siswa ini pada akhirnya membuat mereka resah dan cemas ketika mereka tidak dapat mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh guru, sering kali tugas baru dikerjakan menjelang batas akhir dari waktu yang diberikan, sehingga istilah SKS dibelokkan kepanjangannya menjadi Sistem Kebut

5 Semalam. Bahkan ketika mereka tidak dapat menyelesaikannya, boleh jadi mencontek tugas teman menjadi alternatifnya. Hal semacam ini dikenal dengan istilah prokrastinasi. Menurut Solomon dan Rothblum prokrastinasi adalah penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian tugas yang disengaja. Ini dimaksudkan bahwa faktor penunda dalam menyelesaikan tugas berasal dari dirinya sendiri. Perilaku menunda yang telah sampai pada tahap menimbulkan ketidaknyamanan emosi seperti rasa cemas. Perilaku ini juga melibatkan kesadaran prokrastinator yang seharusnya melakukan tugas itu namun gagal memotivasi diri sendiri untuk melakukan tugas tersebut dalam jangka waktu yang diharapkan atau ditentukan. 8 Walaupun mereka tahu bahwa menunda-nunda suatu pekerjaan bukanlah hal yang bermanfaat, namun mereka tetap melakukannya dengan asumsi bahwa mereka pasti dapat menyelesaikan tugas dengan baik meskipun dalam waktu yang singkat. Tapi pada akhirnya tidak sedikit dari mereka yang kurang maksimal dalam mengerjakan tugas dan bahkan ada yang gagal menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Ini tentunya akan berakibat pada prestasi belajar mereka. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil pula. Sekitar 25% sampai 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah 8 Surijah, E., & Sia, T, Mahasiswa Versus Tugas: Prokrastinasi Akademik Dan Conscientiousness, Anima, Indonesian Psychological Journal, 2007, 22 (4), Hal. 352.

6 satu masalah dalam lingkup akademis mereka. Dari hasil survey majalah New Statement juga memperlihatkan bahwa sekitar 20% sampai 70% pelajar melakukan prokrastinasi. 9 Angket pendahuluan yang disebarkan peneliti di fakultas Psikologi Universitas Surabaya pada mahasiswa menunjukkan hasil bahwa dari 60 subyek sekitar 95% menyatakan bahwa mereka pernah melakukan prokrastinasi. 10 Hal serupa juga terjadi pada siswa SMA Bina Taruna Surabaya dimana siswanya sering telat mengumpulkan tugas dan melakukan pelanggaran seperti tidak mengerjakan tugas, tidak mengikuti pelajaran atau juga bolos sekolah. Dari hasil observasi peneliti diketahui ada beberapa siswa yang dihukum di depan kelas karena melakukan pelanggaran. Hal tersebut membuat jam pelajaran terbuang sia-sia dan proses belajar mengajar menjadi terganggu. Di samping itu kondisi fisik kelas yang kurang memadai dengan jumlah bangku yang kurang dan ruangan yang sempit serta strategi pembelajaran yang cenderung keras nampaknya turut mempengaruhi konsentrasi belajar siswa, ini membuat siswa merasa tertekan. Kondisi semacam ini membuat siswa lebih suka melakukan aktifitas lain yang lebih menarik dari pada harus mengerjakan tugas-tugas akademik. Dengan melihat kondisi tersebut, peneliti merasa perlu melakukan penelitian di SMA Bina Taruna Surabaya. 9 M. N. Ghufron, "Hubungan Control Diri Dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik", www.mitrapedulicenter.multiply.com, diakses 23 April 2009 10 Kartadinata, I, & Sia, T, Prokrastinasi Akademik Dan Manajemen Waktu, Anima, Indonesian Psychological Journal, (2008), 23(2), Hal.109

7 Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada wakil kepala SMA Bina Taruna Surabaya terkait dengan masalah prokrastinasi akademik, beliau mengutarakan bahwa masalah penundaan tersebut sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh siswanya, hampir 85% siswa pernah melakukan prokrastinasi akademik. Banyak guru yang mengeluh karena siswa sering telat mengumpulkan tugas dan bahkan ada yang tidak mengerjakan sama sekali. 11 Pada sekolah ini, tidak hanya ilmu pengetahuan umum, pendidikan keagamaan juga ditekankan, terbukti dengan diterapkannya program mengaji dan hafalan surat pendek serta sholat dzuhur berjama ah sebelum pulang sekolah. Semua itu dilakukan agar di samping memiliki kompetensi yang baik dalam pelajaran, siswa juga memiliki bekal agama yang baik, sehingga ada nilai tambahnya. Namun melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik itu membutuhkan ketekunan dan kesabaran serta melalui proses yang panjang. Di sini beliau juga mengutarakan bahwa tidak sedikit wali murid yang dipanggil oleh pihak sekolah karena pelanggaran yang dilakukan anaknya, mulai dari bolos sekolah, merokok dan permasalahan lainnya. Saat ini siswa yang terdaftar sebanyak 82 siswa, jumlah tersebut sewaktu-waktu bisa berubah, dapat berkurang apabila ada siswa yang dikeluarkan karena melakukan pelanggaran berat, dan dapat bertambah manakala ada siswa Desember 2009 11 Zayyana, Hasil Wawancara Dengan Wakil Kepala SMA Bina Taruna Surabaya, 21

8 pindahan dari sekolah lain. 12 Dengan keadaan semacam ini membuat para guru di SMA Bina Taruna Surabaya harus bekerja ekstra untuk mendidik para siswanya. Hal tersebut sangat tidak diharapkan terjadi pada generasi muda kita, dimana mereka merupakan tunas bangsa yang kelak diharapkan dapat memberi kontribusi positif demi perkembangan dan kemajuan bangsa. Remaja tengah disiapkan untuk menjadi tenaga yang potensial dan professional guna menghadapi dunia kerja nanti. Namun apabila perilaku prokrastinasi akademik kerap dilakukan maka ini akan menjadi masalah tersendiri bagi mereka. Dengan melihat fenomena yang ada, prokrastinasi tampak sebagai sesuatu yang umum terjadi dalam dunia akademik. Orang memang cenderung menghindari tugas yang menurutnya tidak menyenangkan. Walau tampak umum terjadi, sebenarnya prokrastinasi dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi pelajar yang hidup di dunia akademik menurut Solomon dan Rothblum, perilaku prokrastinasi akademik akan semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya seseorang menempuh pendidikan. Apabila di tingkat sekolah siswa sudah melakukan prokrastinasi maka diasumsikan pada saat ia kuliah nanti prokrastinasi akademiknya akan semakin meningkat. 13 Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prokrastinasi akademik pada siswa merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat 12 Zayyana, Hasil 21 Desember 2009 13 M. N. Ghufron, "Hubungan Control Diri Dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orang Tua Dengan Prokrastinasi Akademik", www.mitrapedulicenter.multiply.com, diakses 23 April 2009

9 perhatian. Dari beberapa hasil penelitian menemukan salah satu aspek yang turut mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecenderungan berprokrastinasi adalah locus of control atau yang dikenal dengan pusat kendali. Milgran dan Tenne menemukan bahwa kepribadian khususnya ciri kepribadian locus of control mempengaruhi seberapa banyak orang melakukan prokrastinasi. 14 Di samping faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajarnya baik dari segi fisik, psikologis maupun sosialnya, semua itu tidak lepas dari bagaimana sikap seseorang dalam mengartikan sebab dari suatu peristiwa yang dialaminya, apakah berasal dari dalam dirinya sendiri (internal) atau dari luar dirinya (eksternal), hal ini disebut locus of control. Menurut McCarthy, konsekuensi internal dari prokrastinasi boleh jadi menyesal, putus asa dan menyalahkan diri sendiri. Sedangkan konsekuensi eksternalnya dapat termasuk gangguan kerja akademis dan kemajuan, hilang kesempatan dan hubungan yang tegang. 15 Dalam hal ini orang dengan external locus of control akan lebih cenderung melakukan perilaku penundaan karena ia juga memiliki sifat yang mudah cemas, ragu-ragu dan tidak suka mengambil resiko. Sarason, dkk melalui penelitiannya membuktikan bahwa siswa-siswa dengan tingkat kecemasan tinggi tidak berprestasi sebaik siswa dengan tingkat kecemasan yang rendah pada beberapa 14 Amber E. Hampton, "Locus Of Control And Procrastination", www.capital.edu.com, diakses 23 Oktober 2009 15 Amber E. Hampton, "Locus Of Control And Procrastination", www.capital.edu.com, diakses 23 Oktober 2009

10 jenis tugas, yaitu tugas-tugas yang ditandai dengan tantangan, kesulitan, penilaian prestasi dan batasan waktu. 16 Locus of control merupakan salah satu aspek kepribadian yang dikembangkan oleh Jullian Rotter, mengacu pada persepsi individu tentang penyebab utama yang mendasari peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Dalam bentuk sederhana, apakah kita percaya bahwa nasib kita dikendalikan oleh kita sendiri (internal) atau dikendalikan oleh keberuntungan atau nasib yang menyertai kita (eksternal). Seorang dengan internal locus of control memiliki pribadi yang optimis serta pantang menyerah. Siswa dengan kepribadian semacam ini, ketika ia memperoleh tugas yang dirasa sulit maka ia akan semakin tertantang untuk mengerjakannya sampai tuntas, karena ia berpendapat bahwa keberhasilan serta baik buruknya prestasi yang ia dapatkan merupakan dampak dari perbuatannya sendiri. Siswa dengan internal locus of control akan merasa bertanggung jawab atas hasil belajarnya, dengan itu ia akan berusaha tekun untuk belajar dan bila mendapat tugas ia akan mengerjakannya dengan maksimal. 17 Lain halnya pada seorang dengan external locus of control ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan suatu keberuntungan atau nasibnya. Mereka memiliki pribadi yang mudah menyerah, sulit diberi motivasi serta 16 Slameto, Belajar Hal.185. 17 Brotosumarto, "Locus Of Control Dalam Menyikapi Sukses Dan Gagal", www.portalhr.com, diakses 24 Oktober 2009

11 pesimistik. Bila ini terjadi pada siswa maka dapat membuatnya kurang tekun belajar dan ketika ia memperoleh tugas besar kemungkinan tidak segera diselesaikannya. Sikap yang pasrah pada nasib dan kurangnya usaha bisa menjadikan siswa dengan external locus of control ini cenderung lebih sering melakukan prokrastinasi akademik. Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, peneliti ingin mengetahui tentang Kecenderungan Perilaku Prokrastinasi Akademik Ditinjau dari Locus of Control pada Siswa SMA Bina Taruna Surabaya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of control pada siswa SMA Bina Taruna Surabaya? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of control pada siswa SMA Bina Taruna Surabaya.

12 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam rangka pengembangan disiplin ilmu pendidikan serta dapat menambah informasi di bidang psikologi, sekaligus dapat digunakan sebagai salah satu bahan telaah bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis. a. Bagi Subyek Agar siswa dapat mengetahui orientasi locus of control yang dimilikinya dan mengetahui dampak dari prokrastinasi akademik. Dengan begitu siswa akan berusaha maksimal untuk meningkatkan prestasi belajarnya, sehingga perilaku prokrastinasi akademik dapat dihindari. b. Bagi Sekolah Diharapkan dapat menjadi umpan balik dalam rangka membina dan meningkatkan kualitas belajar siswa serta menerapkan strategi pembelajaran yang efektif sehingga perilaku prokrastinasi akademik pada siswa dapat dihindarkan.

13 c. Bagi Orang Tua Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi informasi pada orang tua tentang permasalahan yang kerap kali terjadi pada remaja, dalam hal ini terkait dengan prokrastinasi akademik. Dengan begitu orang tua dapat diharapkan lebih memberi perhatian pada perkembangan belajar dan sosial anaknya. d. Bagi Peneliti Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui sejauh mana kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of control pada siswa. E. Sistematika Pembahasan Penulisan penelitian ini tersusun dalam sistematika pembahasan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II Kajian Teori. Merupakan uraian tentang tinjauan kepustakaan penelitian yang meliputi; prokrastinasi akademik, locus of control, kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik ditinjau dari locus of control pada siswa, kerangka teoritik dan hipotesis.

14 Bab III Metode Penelitian. Merupakan pembahasan permasalahan metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi, pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, instrument pengumpulan data, uji validitas, uji reliabilitas dan teknik analisa data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Berisi penyajian data dan analisis dari data yang sudah dikumpulkan. Terdiri dari deskripsi proses pelaksanaan penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup. Merupakan bagian akhir dari skripsi ini, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.