5 Lidung Sarolangun Ladang Panjang Sarolangun Bernai Sarolangun Sungai Abang Sarolangun Panti Sarolangun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

2016, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembar

BAB III PENUTUP. A.Kesimpulan. Pelaksanaan perubahan hak guna bangunan menjadi hak milik untuk

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.

TERHAMBATNYA PROSES JUAL BELI KARENA TIDAK JELASNYA TANDA BATAS HAK MILIK ATAS TANAH DI KABUPATEN GROBOGAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Upik Hamidah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan pemberian Hak Milik dari tanah negara dan. perlindungan hukumnya di Kabupaten Kutai Timur pada tahun

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 19 Tahun 2015 Seri B Nomor 3 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 109 TAHUN 1999 TENTANG

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS SERTIFIKAT YANG HILANG (STUDI DI BPN KOTA MATARAM)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

MENTERI NEGARA AGRARIA/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MEMBUKA TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG

SURAT EDARAN NOMOR 9/SE/X/2017

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 64 Tahun 2017 Seri E Nomor 52 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PENDAFTARAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA JUAL BELI DI KABUPTEN BANGLI (STUDY KASUS DI BPN KABUPATEN BANGLI)

TINJAUAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIS MELALUI AJUDIKASI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 ANIKA SELAKA MURFINI/D ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2013

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

Dewi Hasmawaty Simanjuntak

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

PERMOHONAN/PEMBERIAN HAK DAN PEMINDAHAN/PERALIHAN HAK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DI KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Nega

PELAKSANAAN PEWARISAN HAK ATAS TANAH DI KOTA SURAKARTA. ( Studi Kasus Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 170/Pdt.P/2014/PN.Skt

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan.

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDATAAN DAN PENDAFTARAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

PERAN KEMENTERIAN ATR/BPN DALAM PROSES PEMBLOKIRAN, PENYITAAN, PERAMPASAN, DAN PERALIHAN

BAB V PENUTUP. beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 2006 dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan

PERAN KECAMATAN SEBAGAI PERANGKAT DAERAH DALAM PELAYANAN PERTANAHAN (Studi pada Kecamatan Tanjung Karang Timur) Upik Hamidah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2016 Seri B Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA. NOMOR : 41 TAHUN 2004 LAMPIRAN : 1 (satu) berkas TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI KOTA TASIKMALAYA

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 33 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB IV PEMBAHASAN. Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sejalan dengan

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

2017, No dalam huruf b, perlu dibuat dalam bentuk Standar Pelayanan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai nilai yang sangat penting karena, (1) tanah. mempunyai manfaat bagi pemilik atau pemakainhya, sumber daya tanah

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

JURNAL. Diajukan oleh: PRISKA LARAS DAMASWARI ZEBUA. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Transkripsi:

ABSTRAK Analisis Pelaksanaan Perubahan Status Hak Guna Bangunan (HGB) Menjadi Hak Milik (HM) Untuk Rumah Tinggal Pada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Sarolangun Menurut Peraturan Menteri Negara Agraria No.6 Tahun 1998 Rumah beserta tanah merupakan kebutuhan yang mendasar bagi manusia memerlukan kepastian hukum sehingga harus dilakukan pendaftaran tanah untuk memperoleh jaminan atas tanah, sedang status tanah yang didaftarkan selain Hak Milik, terdapat hak lain yang lebih rendah seperti HGB, HP, HGU. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode wawancara dan metode observasi.tujuan pelaksanaan perubahan hak atas tanah tersebut adalah untuk memperoleh keyakinan dan kepastian hukum yang pada akhirnya terwujud suatu ketenangan dan kemungkinan kecil terjadi sengketa. Kata kunci:pelaksanaan Perubahan status Hak, Hak Milik,Hak Guna Bangunan.

BAB I PENDAHULUAN Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat,terlebih dilingkungan masyarakat Indonesia yang sebagian besar penduduknya menggantungkan kehidupannya dari tanah. Dalam rangka pembangunan Nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Selain itu tanah juga sebagai modal utama baik sebagai wadah pelaksanaan pembangunan maupun sebagai faktor produksi untuk menghasilkan komoditas-komoditas perdagangan guna meningkatkn pendapatan Nasional. Selain sandang dan pangan, manusia juga membutuhkan tanah,karena sejak manusia di ciptakan oleh Tuhan Yang maha esa, tanah banyak dibutuhkan manusia sebagai tempat tinggal. Tanah sangatlah penting bagi kehidupan manusia, dan dalam hal ini pemerintah juga mempunyai undang-undang yang mengatur tentang pertanahan. Dalam kasus perubahan Status Hak tanah yang ada dalam kecamatan sarolangun menjadi objek penelitian yang diteliti oleh penulis. Di bawah ini telah dicantumkan jumlah sertipikat yang terbit dan jumlah perubahan sertipikat dari Hak guna Bangunan menjadi Hak Milik pada kecamatan Sarolangun. Tabel 1.1 Daftar sertipikat Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Milik (HM) dan jumlah perubahannya di kecamatan Sarolangun Tahun 2014-2016 No Desa/ Kelurahan Kecamatan Sertipikat HGB Sertipikat HM Perubahan HGB menjadi HM 1 Pasar Sarolangun Sarolangun 64 725-2 Dusun Sarolangun Sarolangun 1 1460-3 Sukasari Sarolangun 1181-4 Sarolangun Sarolangun 291 1847 1 Kembang 5 Lidung Sarolangun 0 509-6 Ladang Panjang Sarolangun 0 225-7 Bernai Sarolangun 0 982-8 Sungai Abang Sarolangun 103 285-9 Panti Sarolangun 0 477 -

10 Sungai Baung Sarolangun 0 490-11 Tinting Sarolangun 0 260-12 Baru Sarolangun 0 103-13 Aur Gading Sarolangun 231 1969 2 14 Gunung Kembang Sarolangun 26 601-15 Ujung Tanjung Sarolangun 0 25-16 Bernai Dalam Sarolangun 0 65 - JUMLAH 750 11204 3 Sumber: Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Sarolangun Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masih rendahnya perubahan Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik di Kecamatan sarolangun berdasarkan hasil wawancara yang penulis laksanakan salah satu disebabkan Pemahaman masyarakat yang kurang menjadikan tidak banyak permohonan untuk perubahan Hak dimaksud, padahal percepatan dan kemudahan pelayanan pertanahan sebagaimana keputusan Menteri Negara Agraria /kepala Badan Pertanahan No 6 Tahun 1998 tentang pemberian Hak Milik Atas tanah untuk Rumah tinggal Bisa dimanfaatkan untuk pmilik rumah-rumah tinggal yang berstatus HGB. Oleh karena itu masyarakat pemegang hak statusnya lebih rendah dapat meningkatkan statusnya menjadi hak milik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku agar rumah yang dimiliki dan ditempati menjadi status hak milik yang kedudukan hukumnya paling kuat dan aman dibandingkan hak-hak atas tanah yang lain. BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan penelitian berbentuk deskriptif kualtatif dimana penelitian ini akan menggambarkan fenomena atau karakteristik data yang tengah berlangsung pada saat penelitian ini dilakukan atau selama kurun waktu tertentu untuk menguji dan menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Dalam penenlitian deskriktip kualitatif bertujuan untuk melakukan penggambaran terhadap objek atau variabel yang diteliti. Penelitian deskriktip ini mengarah pada penggambaran secara rinci dan mendalam mengenai kondisi tentang apa yang terjadi di lapangan studinya. Seperti dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan dan menguraikan keadaan atau fakta-fakta yang ada tentang Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sarolangun.

Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari ibforman yang diwawancarai di Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Sarolangun.Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka berupa arsip-arsip, dokumen, buku-buku dan undang-undang yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara, observasi, dan studi pustaka. Metode analisis pengolahan data menggunakan analisis data kualitatif dengan model interaktif. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dibagi dalam tiga alur yaitu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang digunakan dalam proses pemilihan, memfokuskan penyederhanaan dan mengatur data untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan, penyajian data merupakan tahap selanjutnya setelah proses reduksi data, dimana dalam tahap ini merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan suatu kesimpulan dapat diambil. Verifikasi dan penarikan kesimpulan dari rangkaian data yang telah di tampilkan. BAB III PEMBAHASAN Untuk mengetahui proses pemberian hak milik atas tanah yang masih berstatus Hak Guna Bangunan menjadi rumah tinggal harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. a. Pemohon harus mengisi surat permohonan Hak Milik atas tanah untuk rumah tinggal di kantor pertanahan kabupaten Sarolangun yang diajukan secara tertulis kepada kepala kantor pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan. b. Pemohon juga harus melampirkan sertipikat Bukti yang harus disertakan dalam penggunaan tanah untuk rumah tinggal berupa: Mencantumkan foto copy izin mendirikan bangunan dari instansi yang berwenang yang menerangkan bahwa bangunan tersebut telah digunakan untuk rumah tinggal. Surat keterangan dari kepala drsa atau kelurahan letak tanah setempat yang menerangkan bangunan tersebut digunakan untuk rumah tinggal. c. Permohonan harus disertai dengan melampirkan foto copy surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) dan foto copy pajak bumi dan Bangunan (PBB)

d. Adanya bukti perolehan hak atas tanah dan bangunn dimana bangunan tersebut berdiri. e. Setelah semua dokumen yang diperlukan sudah lengkap, maka dokumen diserahkan ke loket II (loket penerimaan dan penyerahan surat yang bersifat tekhnis) Setelah selesai di loket II, pemoon datang ke loket tiga untuk melakukan pembayaran terhadap permohonan hak milik atas tanah. Petugs loket III bertugas melakukan pembayaran permohonan tersebut. f. Kasubsi pendaftaran Hak dan informasi (PHI) bertugas untuk meneliti dokumen. g. Kepala kantor pertanahan bertugas meneliti kelengkapan dan kebenaran berkas permohonan serta memeriksa dokumen dan konsep buku tanah dan sertipikat baru. h. Petugas pelaksana subsi PHI mengdakan pembukuan i. Petugas loket IV mempunyai tugas untuk membukukan daftar penyerahan hasil pekerjaan dan mencatat nomor pada sertipkat. j. Untuk pemberian hak Milik dengan keputusan ini harus dibayar uang pemasukan kepada negara yang ditetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku, k. Nilai jual objek pajak (NJOP) yang digunakan dalam menghitung uang pemasukan tersebut adalah nilai jual objek pajak (NJOP) pada tanggal permohonan pendaftaran, l. Permohonan pendaftaran Hak Milik yang disampaikan sesudah tanggal perhitungan uang pemasukannya dilakukan berdasarkan NJOP yang tercantum dalam SPPT PBB tahun yang bersangkutan. Hambatan-Hambatan yang di alamai pihak Instansi Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Sarolangun. Didalam pelaksanaan peningkatan hak atas tanah seringkali terdapat hambatan-hambatan yang dialami oleh pihak BPN Kabupaten Sarolangun dengan pihak yang akan mengajukan peningkatan hak atas tanah. Hambatan-hambatan yang dialami oleh BPN Kabupaten Sarolangun dalam proses peningkatan hak atas tanah adalah : 1. Pihak pemohon didalam melakukan proses peningkatan hak atas tanah seringkali tidak dilengkapi berkas permohonan dengan ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari tanah yang dimohon untuk ditingkatkan haknya.

2. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dilampirkan oleh pihak pemohon kebanyakan diterbitkan pada tahun 1970-an, sehingga menimbulkan keraguan, apakah bangunan tersebut masih untuk rumah tingggal atau sudah mengalami perubahan. 3. Didalam mengajukan permohonan peningkatan hak atas tanah sering kali terjadi perbedaan dalam hal alamat letak tanah dengan alamat yang tercantum didalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan yang tercantum didalam Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) padahal yang sebenarnya atau pada kenyataannya di lapangan menunjukkan obyek yang sama, karena seringkali terjadi perubahan nama jalan letak tanah itu berada. 4. SPPT PBB maupun pada sertifikat menunjukkan penggunaan tanahnya masih berupa tanah kosong, Sehingga menimbulkan keraguan pihak BPN 5. Pemahaman masyarakat yang kurang menjadikan tidak banyak permohonan untuk perubahan Hak dimaksud, padahal percepatan dan kemudahan pelayanan pertanahan sebagaimana keputusan Menteri Negara Agraria /kepala Badan Pertanahan No 6 Tahun 1998 tentang pemberian Hak Milik Atas tanah untuk Rumah tinggal Bisa dimanfaatkan untuk pemilik rumah-rumah tinggal yang berstatus HGB. Peran Kantor Badan Pertanahan Dalam Mengatasi Hambatan yang timbul Usaha BPN Kabupaten Sarolangun dadalam menangani permasalahan diatas dengan melakukan cara-cara sebagai berikut: 1. Pihak BPN Kabupaten Sarolangun akan mengembalikan kembali berkas permohonan peningkatan hak atas tanah apabila pihak pemohon tidak melengkapi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terlebih dahulu, baru setelah berkas lengkap diajukan kembali oleh pihak pemohon barulah pihak BPN Kabupaten Sarolangun mau menerima berkas tadi untuk diproses. Syarat-syarat yang harus dilengkapi didalam proses peningkatan hak atas tanah adalah : a. Sertifikat yang asli. b. Fotocopy Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) / PM 1 yaitu surat keterangan dari kelurahan untuk pengganti Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). c. Pajak Bumi dan Bangunan yang asli dan fotocopy tahun terakhir. d. Formulir pendaftaran. e. Membayar biaya dan pendaftaran sebesar Rp. 25.000,- Didalam melakukan proses peningkatan hak atas tanah dikenakan uang pemasukan ke kas

negara dengan perincian yang sesuai dengan ketentuan PP No. 46 tahun 2002. 2. Untuk permasalahan Izin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan pada tahun 1970-an, maka pihak BPN Kabupaten Sarolangun melakukan pengecekan di peta ataupun melakukan pengecekan dilapangan untuk mengetahui penggunaan tanahnya, kemudian dari hasil penelitian tersebut dibuatkan berita acara. 3. Untuk alamat letak tanah yang berbeda didalam pencantuman di Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan yang dicantumkan di Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) maka pihak BPN Kabupaten Sarolangun menyarankan kepada pemohon untuk melengkapinya dengan surat pernyataan yang menunjukkan bahwa objek tanah tersebut satu dan diketahui oleh pihak Kelurahan. 4. Apabila ada keraguan dilakukan pengecekkan lapangan mengenai kondisi dilapangan, apabila masih berupa tanah kosong maka berkas permohonan tadi dikembalikan kepada pemohon dan apabila sudah ada bangunan diatasnya maka dibuatkan berita acara selanjutnya berkas permohonan tersebut diproses sebagaimana mestinya. 5. Pihak BPN melakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai pentingnya peningkatan hak atas tanah disetiap kecamatan. 6. Pihak BPN akan melakukan kerjasama dengan pihak aparat desa didalam memberikan penyuluhan-penyuluhan terhadap peningkatan hak atas tanah. Diatas telah diterangkan bagaimana pihak BPN Kabupaten Sarolangun didalam menangani hambatan-hambatan tersebut, misalnya dengan melakukan inisiatif untuk mengecek kondisi di peta dengan kondisi yang ada dilapangan. Sedangkan pihak pemohon didalam melakukan permohonan peningkatan hak atas tanahnya, sebenarnya tidak mengalami hambatan yang berarti, karena pihak pemohon di Kabupaten Sarolangun didalam melakukan peningkatan atas haknya sebagian besar diwakili oleh pihak ketiga dalam hal ini PPAT nya, jadi apabila ada persyaratan yang belum lengkap PPAT akan memberitahu kepada pihak pemohon peningkatan hak atas tanah tersebut untuk melengkapi persyaratan terlebih dahulu, baru setelah berkasnya lengkap PPAT baru mengajukannya kepihak Kantor Pertanahan untuk diproses.

Sedangkan Kecamatan di dalam proses peningkatan hak atas tanah ini tidak mempunyai peranan karena semuanya dilakukan oleh pemohon langsung ke Kantor Pertanahan, jadi pihak Kecamatan tidak bertanggung jawab atau berperan di dalam proses peningkatan hak atas tanah tersebut. (Hasil wawancara dengan Mahella, S.ST, Kasubsi Pendaftaran Hak tanggal 20 Mei 2017). Begitu pula dengan pihak Kelurahan, yang hanya dilibatkam apabila pemohon tidak mempunyai IMB ( Ijin Mendirikan Bangunan ) oleh pihak kelurahan diberikan surat keterangan pengganti IMB pihak Kecamatan dan Kelurahan dilibatkan hanya dalam proses pemberiaan penyuluhan mengenai peningkatan hak atas tanah. Masyarakat di dalam melakukan peningkatan hak atas tanah dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bahwa Hak Milik merupakan hak yang paling kuat dibandingkan dengan hak yang lain kemudian setelah ditingkatkan hak atas tanahnya, tanah tersebut mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. BAB IV PENUTUP DAN KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan peningkatan Hak Atas Tanah dari status Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai menjadi Hak Milik di Kabupaten Sarolangun berjalan dengan baik dan lancar, walaupun masih terdapat beberapa permasalahan / kekurangan. Semua telah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur mengenai peningkatan hak atas tanah yang berlaku. Dalam proses peningkatan hak atas tanah juga terdapat beberapa hambatan / kendala, yaitu : Didalam melakukan peningkatan hak seringkali pemohon kurang mengerti tentang prosedur mengenai pningkatan hak tersebut yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai peningkatan hak tersebut, seperti dalam hal biaya, syarat-syaratnya, kegunaaan atau manfaat dari peningkatan hak tersebut. Kendala yang kedua yaitu sering kali pihak pemohon kurang aktif didalam melengkapi syarat-syarat yang dibutuhkan dalam melaksanakan peningkatan hak atas tanah. SARAN Pihak BPN seharusnya menerbitkan pedoman pelayanan mengenai peningkatan hak yang didalamnya berisi mengenai persyaratan-persyaratan didalam melakukan

peningkatan hak atas tanah, biaya pelayanan, dan lamanya pengurusan peningkatan hak tersebut, didalam bentuk buku pedoman, selebaran pengumuman atau melalui media informasi lainnya. Agar dapat membantu masyarakat untuk lebih mudah melakukan perubahan Status Hak Tanah. Pihak BPN harus melakukan penyuluhan-penyuluhan kesetiap Kecamatan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya perubahan atau peningkatan hak atas tanah, dan selain itu juga agar masyarakat dapat mengerti prosedur dari proses peningkatan hak tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Ali Chomza. 2002, Hukum Pertanahan seri 1dan 2. : Prestasi Pustaka: Jakarta. Moleong,Lexy J.1998.Metode penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Chulaemi Ahmad. 1996, Hukum Agraria ( Perkembangan Macam macam Hak Atas Tanah Dan Permasalahanya ), FH UNDIP: Semarang. D.A Anita. 2013, penyelundupan Hukum kepemilikan Hak Milik Atas Tanah di Indonesia, P.T Alumni, Bandung. Ginting Darwin. 2010, Hukum Kepemilikan Hak Atas Tanah bidang Agribisnis,Ghalia Indonesia, Bogor. Harsono Boedi. 1999, Hukum Agraria Indonesia ( Sejarah Pembentukan UUPA Isi Dan Pelaksanaanya ),Djambatan, Jakarta. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.6 tahun 1998 tentang Peningkatan Hak Milik Atas Tanah untuk Rumah tinggal. Zein Ramli. 1998, Hak Pengelolaan Dalam Sistem UUPA,Reineke Cipta, Jakarta. Supriadi.2009.hukum Agraria.Jakarta: Sinar Grafika Sihombing, B.F.2004. Evolusi kebijakan pertanahan dalam Huku Tanah Indonesia,Gunung agung,jakarta. Murhaini, Suriansyah.2009. Kewenangan pemerintah Daerah Mengurus Bidang Pertanahan,Laksbang justitia, Surabaya Undang-undang: Undang-Undang pokok Aggraria No.5 tahun 1960.Tentang pokok-pokok Aggraria. Peraturan Presiden N0.10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasioanal Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun tentang Pendaftaran Tanah Website Badan Pertanahan Nasional http://www.bpn.go.id

Peraturan menteri Negara Agraria N0.6 1998 tentang pemberian Hak Milik Atas Tanah untuk rumah Tinggal.