BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan bahasa sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN PEMANFAATAN LAGU RELIGI CIPTAAN LETTO PADA SISWA KELAS X MA SALAFIYAH PENJALINAN MAGELANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sebuah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terbagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan (Rahmanto,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

(Sugiyono,2013hlm.76) Keterangan : E = kelas eksperimen yang dipilih secara acak K = kelas kontrol yang dipilih secara acak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu bidang kajian pembelajaran Bahasa

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

membuat siswa semakin malas dalam belajar.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Salah satu jenis pedidikan di Indonesia adalah pedidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan siswa mampu mengidentifikasi alur,

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM CERPEN JALAN LAIN KE ROMA KARYA IDRUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami. Menulis berkaitan erat dengan aktivitas proses berpikir, mengolah perasaan dan ide yang kemudian dituangkan ke dalam media tulis. Dengan mempelajari aspek ketrampilan menulis diharapkan siswa dapat melatih bagaimana cara mengolah pikiran dan perasaannya menjadi sebuah gagasan atau wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. Cerita pendek adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur (Sutardi, 2012: 59). Cerita pendek memiliki unsur-unsur pembangun yang tujuannya untuk menjadikan cerita yang ada di dalamnya menjadi hidup atau baik. Unsur-unsur pembangun cerita pendek atau cerpen, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Di dalam unsur intrinsik terdapat alur, tokoh (penokohan), latar atau setting, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat. Sedangkan, unsur ekstrinsik terdapat latar belakang masyarakat dan latar belakang penulis. Cerita pendek adalah salah satu karya sastra yang dibuat berdasarkan pemikiran penulisnya entah ide, pengalaman pribadi, bahkan bisa jadi gambaran apa yang 1

2 ada di masyarakat. Untuk itu, dengan adanya salah satu tolakan membuat cerpen berdasarkan pengalaman penulis dan atau gambaran yang ada di masyarakat, cerpen memiliki unsur ekstrinsik tersebut. Terdapat dua hal yang kerap menjadi permasalahan saat akan menulis cerpen, yaitu mendapatkan ide dan mengembangkan ide. Agar dapat mendapatkan ide, penulis bisa mengadaptasi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dikehidupan nyata ataupun bisa berimajinasi sendiri. Sedangkan untuk mengembangkan ide lebih sulit dilakukan karena penulis harus bisa merinci kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian ditulis dengan urutan alur yang baik. Selain itu, harus mengacu pada unsur intrinsik sebagai unsur pembangun cerpen. Agar dapat membuat cerpen dengan baik cerpen harus memenuhi unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik yang terdiri dari: alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat. Hal tersebut nampaknya dirasakan oleh siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto. Saat peneliti melakukan perbincangan dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Negeri 9 Purwokerto, yaitu Bu Lutfiyah, S. Pd.. Beliau mengungkapkan bahwa siswa yang diajarnya yaitu lebih spesifiknya siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto kurang dapat menerima atau lemah dalam salah satu kompetensi dasar, yaitu menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Beliau mengungkapkan bahwa siswanya sulit mengimplementasikan ide yang telah dikelola di dalam pikiran dan batinnya ke dalam sebuah tulisan, atau dalam kata lain siswa kesulitan saat menulis cerpen untuk mengembangkan ide yang mereka miliki agar menjadi sebuah cerpen yang

3 baik. Pada pertemuan yang dilakukan peneliti dengan Bu Lutfiyah di SMA Negeri 9 purwokerto tersebut, beliau juga menjelaskan metode yang digunakan saat memberikan pelajaran menulis cerita pendek yaitu menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab sendiri tidak asing karena metode tersebut adalah metode konvensional dikalangan pengajar yang digunakan dalam sebagian besar pelajaran yang diajarkan. Namun, dalam kaitannya belajar menulis cerpen agaknya perlu adanya cara lain agar pelajaran menulis cerpen lebih menarik dan pastinya siswa dapat mengimplementasikan apa yang guru perintahkan terkait pelajaran menulis cerpen yaitu menulis cerita pendek berdasarkan ide dari pemikiran masing-masing siswa. Selain berwawancara dengan Bu Lutfiyah, guna membuktikan bahwa apa yang dikatakan oleh beliau adalah benar, maka peneliti mengambil sampel 16 siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto secara acak dan memberi tes kepada siswa tersebut untuk menulis cerpen. Setelah tes dilakukan kemudian dapat dilihat hasilnya yaitu dari 16 siswa yang diberi tes hanya 4 siswa atau 25% dari 16 siswa tersebut yang dinilai mampu menulis cerpen dengan baik dan sisanya belum memenuhi kriteria menulis cerpen yang baik. Setelah memberikan tes menulis cerpen kepada siswa, kemudian peneliti membagikan angket untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menulis cerpen. Dari hasil tes menulis cerpen dan angket tesebut peneliti mengidentifikasi masalah-malasah yang menjadi kesulitan siswa dalam menulis cerpen yaitu banyak dari siswa yang masih kesulitan dalam menulis cerpen dengan tahapan alur yang baik. Selain itu, masalah lainnya yang ditemukan oleh peneliti dari hasil tes menulis cerpen tersebut adalah tokoh

4 (Penokohan) dan tema cerpen yang kurang baik dan tepat. Setelah peneliti mengidentifikasi masalah-masalah tersebut, kemudian peneliti kembali berdiskusi dengan Bu Lutfiyah untuk menindaklanjuti masalah-masalah menulis cerpen pada siswa. Menulis cerpen masuk ke dalam salah satu kompetensi dasar yang ada di kelas IX. Pada saat kegiatan pembelajaran menulis cerpen nantinya siswa akan diberikan pembelajaran tentang teori-teori cerpen yaitu tentang unsur-unsur pembangun cerpen, kemudian sebagai ujung tombaknya siswa diberikan tugas untuk menulis cerpen dengan unsur-unsur pembangunnya. Tentunya bukan sesuatu yang mudah khususnya untuk siswa sendiri dalam mencerna apa yang diberikan guru saat pembelajaran menulis cerpen tersebut. Dalam hal menulis sebagian siswa masih merasa kesulitan karena jarang berlatih dan atau pun membaca cerpen guna menambah khasanah. Hal tersebut membuat siswa kesulitan saat menulis cerpen dan beragam masalah pun hadir dari masing-masing siswa menuntut untuk segera dicarikan solusinya. Berkaitan dengan permasalahan tersebut perlu adanya variasi lain dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis cerpen. Sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan ketrampilan siswa dalam menulis cerpen, seorang guru harus mempunyai cara yang baik agar pembelajaran dapat maksimal. Dalam permasalahan pembelajaran ketrampilan menulis tersebut agaknya siswa kurang dapat berkembang dengan metode yang digunakan oleh Bu Lutfiyah, S. Pd.. Hal ini bila tidak segera diatasi tentu dapat mempengaruhi prestasi siswa dalam hal ketrampilan menulis, khususnya menulis cerpen. Dengan melihat permasalahan

5 yang tersebut, peneliti ingin mencoba menerapkan cara pembelajaran yang berbeda di kelas IX C SMP Negeri 9 purwokerto. Peneliti akan menggunakan media tayangan film pendek untuk mencoba menyelesaikan masalah tersebut. Penggunaan media tayangan film pendek ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan menulis pada pembelajaran menulis cerpen. Secara umum struktur film sama dengan struktur karya sastra yaitu terbentuk oleh unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik (Trianton, 2013: xi). Dengan terbentuk sama-sama oleh unsur intrinsik, maka keduanya memiliki kesamaan namun medianya yang berbeda. Unsur-unsur intrinsik di dalam film dan karya sastra tentunya tidak berbeda jauh. Di dalam unsur intrinsik tersebut pasti terdiri dari plot atau alur, tema, tokoh (Watak), latar, sudut pandang, amanat. Film ataupun karya sastra keduanya merupakan pengejawantahan dari kehidupan nyata yang dibangun kembali dengan cara yang berbeda, film menggunakan media gambar dan suara sementara karya sastra menggunakan bahasa tulis. Film pendek merupakan film yang durasinya kurang dari 60 menit, memiliki durasi yang lebih singkat daripada film-film pada umumnya. Dengan durasinya yang singkat, film pendek memiliki komposisi unsur intrinsik yang lebih ringkas dan singkat namun makna atau inti dari film pendek tersebut tetap dapat diketahui. Dengan dasar dari kehidupan nyata, film pendek diharapkan dapat memancing ide dan imajinasi siswa. Film pendek yang dipilih oleh peneliti adalah film pendek bertema sosial. Peneliti memilih film pendek dengan tema sosial karena tema sosial merupakan tema yang sangat dekat dengan kehidupan ini dan dianggap relevan dengan usia siswa SMP yang dikategorikan menginjak

6 remaja. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media tayangan film pendek ini untuk penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto tahun ajaran 2016-2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti uraikan, maka rumusan masalahnya adalah apakah tayangan film pendek dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto tahun ajaran 2016-2017? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketrampilan menulis cerpen melalui tayangan film pendek dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indoneia pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi pengembangan materi pembelajaran bahasa pada umumnya dan pada khususnya pembelajaran ketrampilan menulis cerpen melalui tayangan film pendek.

7 2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru yaitu perbaikan kualitas pembelajaran menulis sastra pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menulis cerpen agar lebih banyak pilihan atau variasi dalam mengajarkan materi cerpen. Sedangkan bagi siswa yaitu dapat mempermudah siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga membuat siswa termotivasi dan antusias.