BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori dasar/umum Adapun teori-teori dasar yang digunakan oleh penulis di antaranya : 2.1.1 Public Relations 2.1.1.1 Pengertian Public Relations Menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom (2006:6) mendefinisikan Public relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Sedangkan menurut Frank Jefkins yang direvisi oleh Daniel Yadin (2003:10) PR adalah semua bentuk komunikasi yang terencana baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuantujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Dalam pengertian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Public relations adalah fungsi manajemen yang memiliki tujuan untuk membangun hubungan saling pengertian antara organisasi dan publik. 2.1.1.2 Peran Public Relations Menurut Kusumastuti (2002:24) peranan petugas PR dapat diuraikan menjadi 4 peranan, yakni :
1. Expert Preciber Communication, petugas PR dianggap seorang ahli. Ia menasehati pimpinan organisasi atau perusahaan. Hubungan mereka diibaratkan seperti dokter dan pasien. 2. Problem Solving Process Facilitator, yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peran ini petugas PR melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Public relations menjadi anggota tim bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen. 3. Communication Facilitator, peranan petugas PR sebagai fasilitator komunikasi antar perusahaan atau lembaga dengan publik. Baik dengan publik internal maupun ekternal. Istilah yang paling umum adalah menjadi jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan. Sebagai media atau penengah bila terjadi miscommunication. 4. Technician Communication, di sini petugas PR dianggap sebagai pelaksana teknik komunikasi. Public relations menyediakan layanan di bidang teknis, sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan keputusan petugas PR, melainkan keputusan manajemen dan petugas PR yang melaksanakan. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan peranan PR adalah orang yang memiliki keahlian untuk menemukan dan menyelesaikan krisis, jembatan komunikasi perusahaan serta melaksanakan kebijakan yang telah diputuskan oleh manajemen.
2.1.1.3 Publik Public Relations Dalam memilih publik, PR akan memilih atau disesuaikan dengan kegiatan, program dan tujuannya. Publik di dalam PR disebut dengan stakeholders. Secara umum stakeholders merupakan kelompok yang memiliki peran serta kepentingan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga atau instansi. Menurut Rumanti (2005:89) dalam penerapannya stakeholder dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut : 1. Stakeholders internal (internal public) Publik internal adalah orang-orang yang berada di dalam atau yang tercakup dalam suatu organisasi, yaitu seluruh karyawan dari staf sampai dengan karyawan terbawah, misalnya top executive, manajemen, pemegang saham dan keluarga karyawan. 2. Stakeholders ekternal (external public) Publik ekternal adalah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan diharapkan ada hubungannya dengan organisasi tersebut. Misalnya, konsumen, pesaing, pemasok, distributor, kalangan perbankan, komunitas, pemerintah dan pers. Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis publik public relations yakni publik internal dan ekternal mempunyai peranan yang penting dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya. 2.2 Teori-teori khusus Adapun teori-teori khusus yang berhubungan dengan topik yang dibahas adalah :
2.2.1 Media relations 2.2.1.1 Pengertian media relations Menurut Iriantara (2005:31) pengertian media relations adalah merupakan bagian dari ekternal PR yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dan publiknya untuk mencapai tujuan organisasi. Wardhani (2008:9) juga mendefinisikan media relations adalah kegiatan komunikasi PR untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa dalam rangka pencapaian publikasi organisasi yang maksimal serta berimbang (balance). Berdasarkan pengertian ini, penulis dapat menyimpulkan media relations adalah suatu kegiatan eksternal PR untuk menyampaikan informasi mengenai organisasi melalui media massa dalam rangka melakukan publikasi yang maksimal serta berimbang demi tercapainya tujuan organisasi. 2.2.1.2 Tujuan Media relations Iskandar (2009:4) mengatakan bahwa media relations yang dibangun oleh praktisi PR memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai : 1. Memperoleh publisitas seluas mungkin tentang upaya dan kegiatan institusi.
2. Menjamin adanya pemberitaan (liputan,laporan) atau pendapat (ulasan, tajuk) yang objektif, wajar, jujur, dan berimbang tentang halhal yang dianggap kurang menguntungkan institusi. 3. Mendapatkan umpan balik dan masukan tentang upaya dan kegiatan institusi. 4. Melengkapi pengumpulan informasi bagi institusi untuk membuat penilaian (assessment) secara tepat tentang institusi atau hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan institusi. 5. Mewujudkan hubungan langgeng dengan media massa (baik pimpinan maupun personilnya) yang dilandaskan rasa saling percaya dan saling menghargai (mutual trust and mutual respect). Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa media relations yang dibangun dengan baik dapat membuat perusahaan memperoleh publisitas, mendapatkan umpan balik dan masukan terhadap kegiatannya yang dapat mempengaruhi keberhasilan. Serta mewujudkan hubungan yang langgeng dengan media massa. Mengacu pada pendapat Bonnie Bressers dan Joye Gordon dalam jurnal Increasing Publicity and Thematic News Coverage: The Impact of Localizing News Releases in a State-Wide Experimental Field Study bahwa menjalin hubungan yang baik dengan media sangat penting. Apalagi di dalam bidang PR fungsi publisitas sangatlah penting untuk dilaksanakan karena menyediakan volume informasi kepada media. Sehingga media massa dapat membantu PR dalam memuat isi berita yang
diberikan oleh PR agar dapat menjadi sebuah konten berita yang layak kepada publik. 2.2.1.3 Bentuk kegiatan media relations Dalam upaya melaksanakan dan menjalin media relations, maka PR harus melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan langsung dengan pers. Menurut Soemirat dan Ardianto (2007:128), terdapat tujuh bentuk kegiatan media relations yaitu : 1. Konfrensi Pers Adalah suatu jumpa pers yang diberikan secara simultan/berbarengan oleh seorang pejabat pemerintah atau swasta kepada sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Syarat utama dari sebuah konfrensi pers adalah berita yang disampaikan kepada wartawan sangat penting. Penulis menyimpulkan bahwa konfrensi pers sebagai suatu kegiatan pertemuan dengan wartawan yang diadakan oleh pihak yang berkepentingan untuk menjelaskan berita yang sangat penting. 2. Press Briefing Adalah diselenggarakan secara reguler oleh pejabat PR. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan bila wartawan belum puas dan menginginkan keterangan lebih rinci.
Maka penulis menyimpulkan press briefing adalah pertemuan yang diselenggarakan oleh PR dengan mengundang wartawan untuk memberikan informasi dan diberikan waktu untuk bertanya agar wartawan dapat memperoleh informasi lebih rinci. 3. Press Tour Adalah diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan merekapun (pers) diajak menikmati objek wisata yang menarik. Maka penulis menyimpulkan pengertian press tour adalah suatu kegiatan mengajak pers media massa untuk berkunjung ke suatu objek wisata yang menarik. 4. Press Release Adalah sebagai publisitas yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita. Penulis menyimpulkan bahwa press release sebagai media yang dapat menyebarkan berita. 5. Special event Adalah pristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. Maka penulis menyimpulkan special event merupakan salah satu bentuk kegiatan yang diadakan PR yang berkaitan dengan pristiwa khusus dalam suatu organisasi.
6. Pers Luncheon Adalah pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massa/wartawan, sehingga pada kesempatan ini pihak pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan/lembaga tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pers luncheon adalah suatu kegiatan jamuan makan siang bersama wartawan yang diadakan perusahaan di mana wartawan dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan perusahaan. 7. Wawancara pers Wawancara pers sifatnya lebih pribadi, lebih individual. PR atau top manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan wawancara pers sebagai kegiatan pertemuan secara pribadi antara wartawan dengan narasumber. Maka berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa PR dalam melaksanakan kegiatan media relations harus memiliki strategi yang efektif. Sebab kegiatan media relations dianggap oleh penulis sebagai cara paling efektif dalam menyampaikan informasi-informasi kepada publik melalui media, agar mampu menarik minat publik untuk mengetahui dan berkunjung ke Hotel Ciputra Jakarta.
2.2.1.4 Prinsip-prinsip media relations Menurut Rosady Ruslan (2008:178-180) prinsip-prinsip hubungan pers yang positif diantaranya adalah : 1. Sikap yang saling terus ramah, tetapi tegas dan konsekuen, serta profesional. 2. Saling memahami fungsi, kewajiban serta tugas profesi yang tengah disandang serta keterikatan mereka kepada kode etik profesinya masing-masing. 3. Saling mengenal baik, cukup akrab antara kedua belah pihak secara individual maupun fungsional, namun tetap menjaga jarak demi terciptanya ketertiban dan demi menjaga kerahasiaan perusahaan. 4. Kenalilah, siapa pemred (pemimpin redaksi), wapemred (wakil pemimpin redaksi), redpel (redaktur pelaksana), redaktur halaman dan para reporter yang bertugas pada setiap bidang atau liputan beritanya. 5. Meminta kartu nama, biasanya setiap wartawan yang resmi atau bertugas akan dilengkapi dengan kartu PWI, kartu pers dan kartu nama dari pihak pengelola penerbit media bersangkutan. 6. Tidak mencoba-coba untuk menutupi saluran informasi atau komunikasi ketika PR atau lembaga bersangkutan tengah menghadapi masalah (isu negatif), di samping itu tidak perlu
mengemis atau menjilat kepada pihak pers demi menjaga nama baik, prestise, publisitas, dan citranya. 7. Menerima kedatangan wartawan dalam rangka peliputan, konfirmasi berita, wawancara dan sebagainya dalam kewajaran tanpa menunjukkan sikap yang ragu-ragu atau penuh dengan kecurigaan. 8. Melayani sebaik-baiknya bila ada permintaan interview atau wawancara oleh pihak pers, termasuk sifat permintaan yang mendadak dengan catatan agar segala sesuatunya dipersiapkan atau dievaluasi terlebih dahulu dengan memilah informasi mana yang pantas atau tidak pantas disiarkan/dipublikasikan (demi menjaga ketertiban atau kerahasiaan). 9. Kirimkan kartu ucapan selamat, baik kepada individu maupun lembaga penerbitnya yang berulang tahun, menghadapi lebaran, tahun baru, Natalan, dan sebagainya, sebagai tanda penuh perhatian untuk membangun suatu hubungan yang baik bagi kedua belah pihak. 10. Pemberian iklan goodwill yaitu iklan secara insidential di luar iklan promosi atau komersial, misalnya menampilkan iklan layanan masyarakat yang bekerja sama dengan media yang bersangkutan. 11. Membentuk suatu proyek publikasi atau promosi bersama dengan media elektronik atau media cetak, melalui media coverage televisi tertentu atau penulisan artikel/feature (advertorial) tentang suatu
produk yang dikampanyekan secara efektif melalui kerjasama antara PR dengan pihak pers. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa PR harus menjalin dan memperlakukan media dengan baik, bersahabat serta melaksanakan komunikasi yang efektif agar dapat membangun kesan yang positif di hadapan media massa. Selain itu juga, mengacu pada pendapat Anna Klyueva dan Katerina Tsetsura dalam jurnal Media Non-transparency Research: The Case of Romania bahwa praktisi PR juga harus lebih berhati-hati tentang perilaku etis mereka, dalam menyebarkan gagasan dalam hubungan berita dan media. PR harus profesional dan wartawan harus lebih kritis terhadap praktik profesional mereka sehari-hari, harus bertanggung jawab atas tindakan profesional mereka, dan kebutuhan umum untuk terlibat dalam percakapan dengan wartawan tentang sifat dari etika. 2.2.2 Promotion Mix Menurut Kotler & Armstrong (2001:111-112) Promotion mix merupakan perpaduan khusus antara iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat yang digunakan perusahaan untuk meraih tujuan iklan dan pemasarannya. Definisi dari keempat alat promosi utama ini adalah sebagai berikut :
1) Periklanan (advertising) : segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi nonpribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa. 2) Penjualan promosi (personal selling) : presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan. 3) Promosi penjualan (sales promotion) : insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa. 4) Hubungan masyarakat (public relation) : membangun hubungan baik dengan publik terkait untuk memperoleh dukungan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menangani atau menyingkirkan gosip, cerita dan pristiwa yang dapat merugikan. 5) Pemasaran langsung (direct marketing) : komunikasi langsung dengan sejumlah konsumen sasaran untuk memperoleh tanggapan langsung penggunaan surat, telepon, faks, e-mail, dan lain-lain untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen tertentu atau usaha untuk mendapat tanggapan langsung. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa periklanan, penjualan promosi, hubungan masyarakat dan pemasaran langsung dapat digunakan dan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan.
2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan hasil kompilasi pemikiran antara penulis dengan model komunikasi public relations dari buku Soemirat dan Ardianto (2007:118), maka penulis menjelaskan bahwa PR Hotel Ciputra Jakarta berperan untuk menjembatani komunikasi antara Hotel Ciputra Jakarta sebagai pemberi pesan dengan publik sebagai penerima pesan. PR Hotel Ciputra Jakarta melakukan kegiatan media relations untuk dapat menyampaikan pesan kepada publik demi menghemat budget yang ada. Dari adanya kegiatan media relations ini maka muncul artikel, advertorial dan berita dari Hotel Ciputra Jakarta yang dimuat di media massa. Dari publikasi yang dilakukan oleh media massa tersebut, secara tidak langsung membuat publik lebih banyak mengetahui informasi mengenai Hotel Ciputra Jakarta dan citra Hotel Ciputra Jakarta menjadi meningkat.
2.3.1 Bagan Kerangka Pikir Hotel Ciputra Jakarta Public Relations budget Kegiatan media relations Publik Citra publik terhadap Hotel Ciputra Jakarta (Sumber : kompilasi antara pemikiran penulis, Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto)