BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebanyak 11,2 % anak usia 5-12 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN AKTIVITAS FISIK POLISI DALMAS DI POLRES WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang perkembangan dan fisik yang dilakukan oleh anak sekolah tersebut dibutuhkan berbagai macam zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi perkembangan dan pertumbuhan yang baik, karena peran gizi sangat menentuan keadaan kesehatan anak. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan sumber daya manusia yang tentunya banyak faktor yang langsung yang mempengaruhi status gizi meliputi konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pengetahuan, pendidikan, tingkat pendapatan, pendidikan orang tua, dan besar keluarga. 1 Di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, masalah gizi menjadi lebih penting dari segi kesehatan masyarakat karena kekurangan gizi dapat menurunkan kerentanan tubuh terhadap beberapa penyakit, khususnya penyakit infeksi. Baik kekurangan maupun kelebihan 1 Muhammad,Asadi. 2007. Perkembangan Anak Usia Pertumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. 1

sarapan akan mempengaruhi tingkat morbiditas dan mortalitas baik di Negara yang sedang berkembang maupun Negara maju (Sampoerno, 1992). Sarapan adalah makan yang pertama dalam sehari sebelum melakukan aktivitas. Sarapan merupakan asupan gizi utama untuk memulihkan tenaga yang dibutuhkan selama kurang lebih 10 jam terakhir makan sebelumnya. Tidak sedikit survei yang mencatat ketidakcukupan asupan zat gizi para remaja. Penelitian lain membuktikan masih banyak anak usia sekolah dasar 89% yang meyakini bahwa sarapan memang penting. Namun mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. 2 Hasil penelitian rakyat menemukan bahwa murid-murid sekolah dasar pada umumnya hanya mengkonsumsi sekitar 70% dari kebutuhan energi setiap harinya. Hal ini diperberat lagi dengan banyaknya anak sekolah yang menderita anemia, yaitu sekitar 30-40 % dan dengan tingginya prevalensi murid yang menderita kecacingan 50-80%. 3 Banyak faktor yang menyebabkan anak sekolah dasar tidak biasa melakukan sarapan pagi, diantaranya adanya citra bahwa sarapan merupakan kegiatan yang menjengkelkan karena perlu bangun tidur lebih pagi agar terealisasi waktu untuk sarapan, pengetahuan orang tua rendah 2 Ariana, Dewi, Hubungan Kebiasaan Sarapan Dan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas V SDN Semanan 01 Pagi Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Skripsi Sarjana ( Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2009) 3 Fasli Jalal dan Sumali M.Atmojo, Gizi dan Kualitas Hidup, Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII untuk Mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, (Jakarta: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 1998) h.221. 2

sehingga orang tua tidak menyiapkan sarapan dan keluarga tidak membiasakan sarapan. Faktor lain adalah untuk menjaga penampilan fisik. 4 Padahal tidak sarapan pagi bisa berakibat tidak baik bagi tubuh. Akibat tidak sarapan pagi adalah badan terasa lemah karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga, tidak dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan pada waktu pagi hari dengan baik dan tidak dapat berpikir dengan baik dan malas. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal. Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh pemerintah, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan (GAKY) dan Anemia Gizi Besi. 5 Serta obesitas pada anak dengan kelebihan berat badan atau kegemukan juga dapat mengalami kesulitan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ tubuh yang seharusnya berkembang. 4 5 Departemen Kesehatan RI, Pedoman Gizi Seimbang, ( Jakarta. 2002) Depkes, RI, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, (Jakarta. 2004) 3

Belum lagi efek psikologis yang dialami anak, misalnya ejekan dari temanteman sekelas pada anak-anak yang telah bersekolah. 6 Dengan berbagai akibat dan konsekuensi masalah gizi kurang dan gizi lebih. Upaya pendidikan gizi atau penyuluhan gizi diarahkan untuk mencapai keluarga sadar gizi ( KADARZI) titik berat penyuluhan gizi membantu agar setiap orang dan keluarga dapat menerapkan konsep gizi seimbang. 7 Konsep gizi seimbang adalah suatu usaha untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan tubuh (dinamis) akan zat gizi dengan asupan yang didapat melalui makanan dan keseimbangan antara berbagai macam zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Seluruh upaya di atas memiliki kaitan erat dengan usaha program peningkatan gizi masyarakat. Dalam hal ini anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi masyarakat dan perlu diberi pengetahuan manfaat gizi seimbang. Tingkat sadar gizi keluarga merupakan ukuran dari keberhasilan program KADARZI, diharapkan dengan adanya program KADARZI dapat meningkatkan kesadaran gizi keluarga. Tingkat sadar gizi dapat diukur dengan menggunakan indikator KADARZI yaitu konsumsi aneka ragam makanan, memantau status gizi dengan cara menimbang berat badan, menggunakan garam beryodium, memberikan ASI Eksklusif kepada bayi dan biasa sarapan pagi (Dinkes, 2001). 6 http://kumpulan.info/keluarga/anak/40-anak/176-penyebab-obesitas-kegemukan-anak-dansolusi.html; 7-03-2011 7 Soegianto, Pengelolaan Program Gizi di Puskesmas. 4

Pada usia sekolah banyak faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan mental dan jasmani. Salah satunya adalah masalah gizi, jalan untuk menempuh perbaikan gizi anak agar tidak terganggu salah satunya yaitu dengan perbaikan pola makan dirumah dan disekolah dengan menekankan pentingnya membiasakan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah dan melakukan aktivitas. Maka sarana utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi. 8 Kebiasaan sarapan pagi merupakan salah satu bentuk perilaku pola makan. Menurut Lawrence Green, faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. 9 Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan tindakan petugas kesehatan. Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap tahap, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan ( knowledge ), sikap ( attitude ), praktik ( practice ) atau KAP. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori 8 Jalal Fasli, Gizi dan kualitas hidup : Agenda Perumusan Program Gizi Repelita VII Untuk Mendukung Pengembangan SDM yang Berkualitas, (Serpong: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, 1995) h. 4-40. 9 Green, Perencanaan Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik, (Jakarta. 2000) 5

diatas (K-A-P), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif. 10 Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat meningkatkan kecerdasan anak juga dapat menunjang pertumbuhan secara fisik dan mental, guna mendukung keadaan tersebut anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal dan bugar sehingga memerlukan status gizi yang baik. Selain itu, anak sekolah termasuk ke dalam salah satu golongan yang rawan akan masalah gizi. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan bahwa masih terdapat anak usia sekolah dasar yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas prevalensi nasional (7,6%) salah satunya yang berada di wilayah provinsi Banten yaitu sekitar 9,5%. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan sikap sarapan dengan status gizi pada anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1 Teluk Naga Tangerang. Pemilihan tempat berdasarkan atas pertimbangan karena belum pernah diadakan penelitian sebelumnya pada sekolah tersebut maka peneliti memutuskan untuk mencoba mengukur peningkatan pengetahuan dan sikap anak sekolah tentang sarapan. 10 Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003) 6

Dalam hal ini peneliti memilih kelompok anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 dengan pertimbangan bahwa pada umumnya anak sekolah dasar kelas 4 dan 5 mempunyai perkembangan kognitif berupa dapat berpikir formal serta beban materi pembelajaran belum seberat kelas 6 SD. 11 Serta dianggap dapat mengisi kuesioner dan untuk memudahkan dalam penelitian. B. Identifikasi Masalah Sarapan pagi mempunyai peranan penting terutama bagi anak di usia 6-12 tahun yaitu untuk pemenuhan gizi pada saat pagi hari dimana anak-anak diusia tersebut masih dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, selain itu juga mempunyai aktivitas yang sangat padat. Apabila anak-anak terbiasa sarapan pagi dengan makanan yang memenuhi gizi seimbang maka akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh dan kecerdasan. Status gizi yang baik atau kurang akan berpengaruh pada pencapaian prestasi dan konsentrasi anak juga bisa dikatakan baik. 11 Yulianti, Putri, Pengaruh Media Booklet dan Poster Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gizi Seimbang Pada Anak SD Kelas 4 dan Kelas 5 di SDN Muara 1, Teluk Naga, Tangerang. Skripsi Sarjana ( Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2010) 7

Peranan orang tua pada masa ini sangat berpengaruh karena pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat bergantung pada cara orang tua dalam menentukan dan menyajikan makanan pada anak. Peranan pihak sekolah terutama guru dan petugas kesehatan (UKS) mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada siswa dan mampu memberikan umpan balik yang efektif sehingga proses belajar yang dilakukan dapat mencapai perkembangan belajar yang optimal. C. Pembatasan Masalah Status gizi pada anak sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab yang tidak bisa diteliti secara keseluruhan karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga, maka peneliti akan membatasi pada masalah yang ada terbatas pada hubungan pengetahuan dan sikap sarapan dengan status gizi pada anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1 TelukNaga Tangerang. 8

D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan Bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap sarapan dengan status gizi pada anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1 TelukNaga Tangerang?. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap sarapan dengan status gizi pada anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1 TelukNaga Tangerang. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan kelas, umur dan jenis kelamin. b. Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap sarapan anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1. c. Mengetahui status gizi anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1. 9

d. Menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap sarapan dengan status gizi pada anak sekolah kelas 4 dan 5 di SDN Kampung Besar 3 dan SDN Pangkalan 1. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Sekolah Memberikan informasi tentang pentingnya sarapan terhadap status gizi anak Sekolah Dasar kepada orang tua murid dalam hal penyediaan makanan. Mengadakan program UKS disekolah untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat 2. Bagi FIKES UEU Dapat memperluas penelitian yang telah dilakukan dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Dan dapat memberikan informasi serta wawasan mengenai sarapan dan status gizi. 3. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta memberikan informasi kepada masyarakat khususnya terkait hubungan pengetahuan dan sikap sarapan dengan status gizi anak sekolah dasar. 10