BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baik dari pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. negara berkembang, penyakit ini disebabkan oleh kuman. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, dari 20 negara di

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rekam medis harus dijaga kerahasiaannya. (1) c. Rekam medis dalam arti sempit dimaksud kasus-kasus yang tercatat

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran dalam menyediakan data-data dan informasi yang penting

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan

IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBILIS DEWASA DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 1

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

CLINICAL PATHWAY (JALUR KLINIS)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA

FRAUD PMK NO.36 TAHUN 2015 TENTANG FRAUD

Strategi Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin Praktik Kedokteran dalam Rangka Pembinaan Profesi Dokter/Dokter Gigi pada Era MEA #

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep D. Pertanyaan Penelitian...

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Clinical Pathways RSUD Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin # Dody Firmanda Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR1438/MENKES/PER/IX/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

PROGRAM KERJA INSTALASI RAWAT INAP TAHUN 2015

MATERI PELATIHAN CLINICAL PATHWAYS (CP) RSUD KABUPATEN PACITAN JAWA TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan RI. Surabaya, 5 Agustus 2010

DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TABA

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

sury4d1_md PMKP(Peningkatan Mutu STANDAR PMKP.3. PEMILIHAN INDIKATOR DAN PENGUMPULAN DATA (STANDAR: 3; 3.1; 3.2; 3.

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN PEMBUATAN CLINICAL PATHWAYS

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. **) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

Laporan Data yang Diunggah ke Website (Tahun 2015)

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

MATERI PELATIHAN CLINICAL PATHWAYS RS BUDI KEMULIAAN JAKARTA. Dody Firmanda Januari

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PMKP STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI I ( SNARS EDISI I) PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN EDIT LW REV NRL 10717

PANDUAN PELAKSANAAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (HOSPITAL CASE MANAGER)

BAB I PENDAHULUAN. dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri dari beberapa macam seperti

ASAS JAMINAN SOSIAL BIDANG KESEHATAN KENDALI MUTU

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia jasa maupun bagi masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan. Menurut Pohan (2012) pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan telah menjadi suatu kiat yang sistemik serta terus menerus dievaluasi dan disempurnakan sebagai salah satu perangkat yang sangat berguna bagi mereka yang mengelola dan merencanakan layanan kesehatan. Pendekatan itu juga merupakan bagian dari keterampilan yang sangat mendasar bagi setiap pemberi layanan kesehatan yang secara langsung melayani pasien. Berdasarkan Undang Undang Praktik Kedokteran No 29 Tahun 2004 mengamanatkan kepada pemberi pelayanan kedokteran untuk melaksanakan pelayanan medis dengan kendali mutu serta kendali biaya. Pencapaian pelayanan yang bermutu diperlukan penataan klinis (clinical governance) yang menjamin pasien mendapatkan pelayanan yang bersifat kontinu (continum of care). Kontinuitas pelayanan adalah sejak pasien masuk ke rumah sakit. Semua yang diterima pasien sudah direncanakan secara baik, dilakukan sesuai prosedur dan dimonitor pelaksanaannya, dengan harapan outcome pelayanan akan menjadi baik dan terukur. Penilaian mutu asuhan pasien dapat diukur dengan penerapan standar yang disusun oleh rumah sakit. Rumah sakit harus menyusun standar pelayanan kedokteran yang bertujuan untuk memberikan jaminan kepada pasien dalam memperoleh pelayanan kedokteran yang berdasarkan nilai ilmiah sesuai dengan 1

2 kebutuhan medis pasien. Pembuatan standar pelayanan kedokteran di rumah sakit mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang telah disahkan oleh Menteri Kesehatan. Standar pelayanan kedokteran rumah sakit ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit yang disebut Standar Prosedur Operasional (SPO). SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktek Klinis (PPK), yang nantinya dalam implementasinya dibuatkan alur klinis yang disebut clinical pathway (CP). Tata kelola klinis yang baik haruslah sesuai dengan PPK dan CP yang telah disusun rumah sakit. Clinical Pathway merupakan konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan kedokteran, standar asuhan keperawatan, dan standar pelayanan kesehatan lainnya, yang berbasis bukti dan hasil yang dapat diukur (Permana 2016). CP mempunyai peran penting dalam strategi pelayanan kesehatan. CP bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan dengan memperhatikan peningkatan sistem administrasi pelayanan. CP juga berperan dalam etika profesi dan etika hukum di rumah sakit serta upaya mencegah terjadinya fraud, abuse, atau waste dalam bidang pelayanan kesehatan (Permana, 2016). CP merupakan salah satu alat manajemen asuhan yang dapat mengurangi variasi pelayanan kepada pasien. CP merupakan perencanaan pelayanan terpadu dan merangkum setiap langkah yang dilakukan kepada pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit (Kemenkes, 2010). Penggunaan CP akan meningkatkan mutu asuhan yang diberikan. Mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan indikator. Indikator diperlukan untuk pengawasan dan evaluasi agar pelayanan yang diberikan tetap

3 bermutu (Rano, 2010). Berbagai variasi pelayanan dapat dievaluasi seperti length of stay (LOS), penggunaan obat-obatan, dan biaya yang dikeluarkan oleh pasien. CP memberikan cara mengimplementasikan evidence base medicine (EBM) ke dalam protokol lokal. Tersedianya CP akan dapat menentukan standar pelayanan terbaik berdasarkan PPK sehingga dapat menetapkan standar LOS, obat-obatan, dan biaya dalam upaya kendali mutu pelayanan. Indikator LOS adalah lamanya pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak tercatat sebagai pasien rawat inap (admisi) sehingga keluar dari rumah sakit sesuai dengan hari rawatan dalam CP. Penggunaan CP akan mengatur dan mengontrol lamanya pasien di rawat di rumah sakit, sehingga ketidak pastian lama hari rawat yang sering dikeluhkan pasien menjadi terjawab (Rano, 2010). Pasien dengan diagnosa yang sama mempunyai hari rawatan yang berbeda beda, tidak ada kepastian berapa hari pasien dirawat dengan diagnosa tertentu. Sedangkan obat obatan adalah semua pengobatan yang diterima pasien selama perawatan sesuai yang tercantum dalam CP. Beragamnya jenis obatobatan memungkinkan seorang dokter memberikan jenis obat yang berbeda, walau kepada pasaien dengan diagnosa yang sama. CP akan mengatur dan mengontrol dokter yang memberikan asuhan agar dapat memberikan jenis obat yang sama kepada pasien-pasien dengan diagnosa tertentu (Firmanda, 2006). Rumah sakit pemerintah melayani pasien Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) lebih dari 90% dari semua pasien. Penerapan CP di rumah sakit akan memberikan pelayanan yang seragam dengan prosedur yang sama, sehingga dapat mengendalikan mutu dan biaya. Pengendalian biaya pelayanan atau mengurangi biaya pelayanan dapat dijalankan bila proses pelayanan dapat

4 distandarisasi sesuai dan direncanakan dimana LOS dan obat obatan sesuai dengan PPK. Ketidakpatuhan terhadap CP meningkatkan variasi pelayanan. CP akan memperbaiki kualitas pelayanan dalam proses pelayanan kesehatan kepada pasien, menurunkan risiko, meningkatkan kenyamanan pasien dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya dan berakibat juga akan menurunkan biaya pelayanan. Tidak jarang pihak manajemen rumah sakit mengeluhkan total biaya penanganan diagnosis tertentu sering berbeda-beda pada setiap dokter, bahkan sering lebih besar dari ketetapan INA-CBGs, yaitu pembayaran pelayanan diterima pihak rumah sakit yang sudah ditetapkan berdasarkan diagnosa dan prosedur, sehingga berpotensi merugikan rumah sakit saat mengajukan klaim biaya ke pihak BPJS (Firmanda, 2009). Penanganan pasien dari awal sampai akhir oleh profesional pemberi asuhan dapat dikontrol dengan CP yang telah disusun. Oleh karena itu asuhan yang diberikan oleh dokter, perawat, apoteker, nutrisionis, dan profesional lainnya harus tertuang dalam CP yang dimaksud. Pinzon, dkk (2009) meneliti penerapan clinical pathway pada pasien stroke di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, didapatkan hasil dari 50 pasien yang diteliti terjadi perbaikan karena kepatuhannya dalam menerapkan clinical pathway. Perbaikan terjadi dalam hal pelacakan yang lebih cepat dari faktor risiko stroke, perbaikan fungsi menelan, dan perbaikan dalam status fungsional. Penerapan CP ini juga memperpendek hari rawat pasien. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr M Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan utama untuk Wilayah Sumatera bagian tengah. Rumah sakit ini adalah rumah sakit tipe A Pendidikan, terakreditasi paripurna dan tidak lepas

5 dari harapan masyarakat akan adanya pelayanan yang bermutu. Terdapat lima CP yang telah ditetapkan Bulan Juli 2015 di RSUP Dr M Djamil Padang yaitu; (1) Acute Myocard Infaction (AMI) dengan Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI); (2) Stroke iskemic; (3) Asthma pada anak; (4) Pneumonia; dan (5) Pre eklampsia. Berdasarkan CP yang telah ditetapkan, Acute Myocard Infarction (AMI) dengan primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) merupakan kasus dengan high volume, high risk, dan high impact sehingga CP ini menjadi prioritas pertama untuk dievaluasi. Disamping itu pelayanan jantung juga merupakan pelayanan unggulan di RSUP Dr M Djamil Padang. Penerapan clinical pathway telah dilakukan sejak bulan Agustus 2015, namun evaluasi belum dilakukan secara keseluruhan. Saat survey awal didapatkan data jumlah penderita AMI dengan primary PCI sebelum penerapan CP yaitu bulan Januari-Juni 2015 berjumlah 95 orang. Dari pasien tersebut yang diambil secara acak 10 rekam medis dan didapatkan data yang sangat bervariasi antara lain; length of stay 2-11 hari (standar 5 hari), penggunaan obat-obatan yang belum sesuai dengan CP (80%), dan biaya yang melebihi ditetapkan (100%). Sedangkan data jumlah penderita AMI dengan primary PCI setelah penerapan CP yaitu bulan Januari-Juni 2016 berjumlah 116 orang. Dari pasien tersebut juga diambil secara acak 10 rekam medis dan didapatkan data antara lain; length of stay 4-7 hari (standar 5 hari), penggunaan obat-obatan yang belum sesuai dengan CP (40%), dan biaya yang melebihi ditetapkan (60%). Dari data di atas dimana mutu pelayanan sebelum penerapan CP pada pasien AMI dengan primary PCI dengan setelah penerapan CP pada pasien AMI dengan primary PCI didapatkan penurunan LOS yang sebelum penerapan

6 berkisar 2-11 hari, setelah penerapan CP menurun berkisar 4-7 hari. Penggunaan obat obat sebelum penerapan CP didapat 80% tidak patuh dan setelah penerapan CP ketidak patuhan menurun menjadi 40%, biaya yang sebelum penerapan CP melebihi 100% dari yang ditetapkan, setelah penerapan CP berkurang menjadi melebihi 60% dari yang ditetapkan Berdasarkan hal tersebut dalam mengendalikan LOS, penggunaan obatobatan, dan pengendalian biaya pasien pada pasien AMI dengan primary PCI di pelayanan maka perlu dilihat sejauh mana implementasi clinical pathway memperbaiki mutu pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Oleh karena itu, maka penulis ingin mengetahui bagaimana perbedaan length of stay, penggunaan obat-obatan dan biaya pada pasien AMI dengan Primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dengan penerapan clinical pathway di RSUP Dr. M. Djamil Padang. B. Perumusan Masalah Clinical pathway pada pasien AMI dengan Primary PCI telah ditetapkan sejak awal 2016, penerapan clinical pathway ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan pada pasien yang efektif dan efisien dari segi waktu maupun biaya. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap implementasi clinical pathway pada pasien AMI dengan Primary PCI, apakah ada perbedaan terhadap length of stay, penggunaan obat-obatan, dan biaya pada pasien AMI dengan primary PCI di RSUP Dr. M. Djamil Padang yang tidak menerapkan clinical pathway dengan yang menerapkan clinical pathway.

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui length of stay, penggunaan obat-obatan, dan biaya pada pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dengan yang menerapkan clinical pathway di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran length of stay pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway. b. Diketahuinya gambaran penggunaan obat-obatan pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway. c. Diketahuinya gambaran biaya pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway d. Diketahuinya gambaran length of stay pasien AMI dengan primary PCI yang menerapkan clinical pathway. e. Diketahuinya gambaran penggunaan obat-obatan pasien AMI dengan primary PCI yang menerapkan clinical pathway. f. Diketahuinya gambaran biaya pasien AMI dengan primary PCI yang menerapkan clinical pathway. g. Diketahuinya perbedaan length of stay pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dan dengan yang menerapkan clinical pathway. h. Diketahuinya perbedaan penggunaan obat-obatan pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dan dengan yang menerapkan clinical pathway.

8 i. Diketahuinya perbedaan biaya pada pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dan dengan yang menerapkan clinical pathway j. Mengeksplorasi pengalaman dokter tentang perbedaan LOS pada pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dan dengan yang menerapkan clinical pathway k. Mengeksplorasi pengalaman dokter tentang perbedaan penggunaan obat-obatan pada pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dan dengan yang menerapkan clinical pathway. l. Mengeksplorasi pengalaman dokter tentang perbedaan biaya pada pasien AMI dengan primary PCI yang tidak menerapkan clinical pathway dan dengan yang menerapkan clinical pathway. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini akan menjadi bahan masukan dalam melakukan pengembangan penelitian tentang penerapan clinical pathway terhadap variasi pelayanan. 2. Bagi Rumah Sakit Penelitian dapat memberikan masukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam implementasi clinical pathway dapat menurunkan variasi pelayanan serta memberikan pelayanan yang cost effective di rumah sakit.

9 3. Bagi Pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang clinical pathway sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut baik alat ukur, tempat penelitian, maupun variabel yang berbeda. 4. Bagi Manajemen Dapat digunakan dalam penilaian kinerja profesional pemberi asuhan dalam memberikan remunerasi. 5. Bagi profesional pemberi asuhan pada pasien (dokter, perawat, farmasi, gizi) a. Merupakan panduan dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien dan masyarakat. b. Merupakan perencanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan standar prosedur operasional.