BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari suatu badan dengan nama Pos en Telegraafdients yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi merupakan salah satu bagian yang memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dengan berbagai layanan, mulai dari pengiriman barang secara

PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan

POLA HUBUNGAN HUKUM ANTARA PT. SARANA SURAKARTA VENTURA DENGAN PERUSAHAAN PASANGAN USAHA SERTA PERLINDUNGAN DALAM PEMBERIAN MODAL VENTURA

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

1 of 6 3/17/2011 3:59 PM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

TINJAUAN YURIDIS BILYET GIRO SEBAGAI ALAT PEMBAYARAN DI BANK BTN CABANG SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. tanah desa. Menurut Pasal 1 angka 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) Telkom Cabang Solo merupakan salah satu badan

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI. (Studi Terhadap Profil Perjanjian Jasa Laundry Di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin ada kehidupan bersama-sama. Interaksi sosial ini berguna

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang- meningkatkan produksi dan produktifitas kerja.

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I. mobil baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan banyak diminati oleh. merek, pembeli harus memesan lebih dahulu ( indent ).

BAB I PENDAHULUAN. empat untuk menyuplai pasokan barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. namun berubah menjadi jual beli online. Di samping lebih mudah dan ongkos

PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. garis khatulistiwa, oleh karenanya angkutan laut sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

Disusun oleh : Setyawan Hesta Rustendi NPM : FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAKSI

PENDAHULUAN. pembangunan tersebut disediakan oleh lembaga perbankan. Akan tetapi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1989 (3/1989) Tanggal: 1 APRIL 1989 (JAKARTA)

PENGANGKUTAN ORANG (Studi tentang perlindungan hukum terhadap barang bawaan penumpang di PO. Rosalia Indah)

2013, No.38 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG POS. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Meningkatkan dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, antarbangsa dan antarnegara. mendukung kegiatan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dinyatakan bahwa

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

FERY PRAMONO C

BAB I PENDAHULUAN. Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia melalui perjuangan seluruh

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan PT. Pos Indonesia tidak dapat dapat dipisahkan dari sejarah pos dan telekomunikasi secara nasional. Perusahaan tersebut dimulai dari suatu badan dengan nama Pos en Telegraafdients yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1884 melalui Staatsland No. 52. Perkembangan selanjutnya yaitu pada tahun 1906, Pos en Telegraafdients diubah menjadi Post, Telegraaf en Telefonsdients (PTT). Pos itu artinya adalah pengantaran surat-surat. Dulu, pengantaran surat-surat itu dilakukan dengan kereta kuda, yaitu disebut kereta pos dan kudanya disebut kuda pos. karena dari jauhnya perjalanan, maka kudanya itu harus sering diganti, dan tempat pemberhentian untuk mengganti kuda pos itu dinamai pemberhentian pos. Pengantaran surat-surat tidak hanya dilakukan oleh kereta pos saja, juga dapat dilakukan oleh orang, burung merpati, anjing dan lain-lain. Di laut sering dilakukan, bilamana ada keadaan darurat, misalnya ada kecelakaan, surat dikirimkan dengan sebuah botol yang diberi pasir sedikit dan lalu dilempar ke laut. Sekarang Pos adalah pelayanan lalu lintas surat pos, uang, barang, dan pelayanan jasa lainnya yang diselenggarakan oleh badan yang ditugasi menyelenggarakan pos dan giro. 1

2 Mengenai pengangkutan pos ini dulu di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 Tentang Pos. Peraturan ini sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga perlu diganti dengan UU Pos yang mengatur pembinaan, penyelenggaraan dan pengusahaan pos yaitu Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos. Pos diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan hubungan antarbangsa dan antarnegara, (Pasal 3 UU Nomor 38 Tentang Pos). Badan yang diberi pelimpahan tugas dan wewenang pengusahaan pos adalah Perusahaan Umum (PERUM) Pos dan Giro. Namun dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha penyelenggaraan jasa pos dan giro maka Perusahaan Umum Pos dan Giro dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1995 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Pos Dan Giro Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). PT. Pos Indonesia (PERSERO) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di lingkungan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (DEPARPOSTEL) yang bergerak di bidang pelayanan pos di Indonesia. Layanan PT. Pos Indonesia dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia karena didukung oleh adanya kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia hingga ke tingkat kecamatan.

3 Dalam pengangkutan pos, setiap perusahaan angkutan darat, laut dan udara untuk umum wajib mengangkut kiriman pos yang diserahkan oleh PT. Pos Indonesia. Selain itu perusahaan angkutan umum wajib pula untuk menyampaikan jadwal perjalanannya kepada PT. Pos Indonesia. Hal ini didasarkan pada Pasal 16 UU No. 38 Tahun 2009 Tentang Pos yang menetapkan: (1) Setiap perusahaan angkutan darat, laut, dan udara wajib memprioritaskan pengangkutan kiriman Layanan Pos Universal yang diserahkan oleh penyelenggara pos sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kewajiban mengangkut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi semua pihak yang menyelenggarakan angkutan darat, laut, dan udara dengan menerima imbalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap perusahaan angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan jadwal perjalanannya atas permintaan penyelenggara pos. Kewajiban mengangkut kiriman pos juga berlaku bagi semua pihak yang menyelenggarakan angkutan darat, laut dan udara bukan untuk umum dengan menerima imbalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Seperti contoh ini perusahaan pelayaran, atau agen atau nahkoda suatu kapal yang berangkat dari suatu pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di dalam atau di luar Indonesia, diwajibkan memberitahukan secara tertulis saat berangkat kapalnya kepada kantor pos setempat, paling lambat 24 jam sebelum keberangkatan, atau bila menurut pertimbangan yang layak hal itu tidak dapat dilakukan secepat mungkin dengan menyebut namanya, nama kapal dan pelabuhan-pelabuhan yang akan disinggahi. Jika kapal tiba di pelabuhan di Indonesia, nahkoda harus menyerahkan kiriman pos yang

4 diangkutnya dengan tujuan pelabuhan itu selekas mungkin kepada kantor pos setempat paling lambat enam jam sesudah sampai, kecuali jika sebelumnya sudah disepakati bahwa kiriman pos akan dijemput sendiri oleh petugas kantor pos. jika penyerahan kiriman pos jatuh sesudah pukul sepuluh malam, maka penyerahan dapat diundur sampai paling lambat pukul tujuh pagi esok harinya. Ketentuan diatas juga berlaku bagi perusahaan angkutan udara dan perusahaan angkutan darat dengan ketentuan bahwa : a. Pemberitahuan tentang keberangkatan disampaikan secepat mungkin; b. Penyerahan kiriman pos yang diangkut harus dilakukan secepat mungkin kepada kantor pos setempat, kecuali jika sebelumnya sudah disepakati bahwa kiriman pos akan dijemput sendiri oleh petugas kantor pos. Setiap pengusaha angkutan untuk umum atau badan atau perorangan yang menyelenggarakan angkutan bukan untuk umum, bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita oleh PT. Pos Indonesia, karena kehilangan atau kerusakan kiriman pos yang telah diserahkan kepada pengangkut untuk diangkut. Kecuali pengangkut dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi diluar kesalahan pengangkut. Hal ini mendasarkan pada Pasal 30 UU Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos yang menetapkan : Penyelengaraan Pos wajib menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan kiriman.

5 Jadi bila seseorang mengirimkan surat-surat atau paket-paket melalui pos, maka sejak surat atau paket itu diterima oleh PT. Pos Indonesia, maka tertutuplah perjanjian pengangkutan pos antara pengirim dan PT. Pos Indonesia. Kiriman pos sejak saat diterima oleh PT. Pos Indonesia sampai saat diserahkan kepada penerima, menjadi tanggung jawab PT. Pos Indonesia, tetapi kiriman tersebut masih tetap merupakan milik pengirim selama belum diserahkan kepada penerima. Hal ini mendasarkan pada Pasal 27 UU Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos yang menetapkan: (1) Hak milik atas kiriman tetap merupakan hak milik pengguna layanan pos selamanya belum diserahkan kepada penerima. (2) Pengguna layanan pos berhak atas jaminan kerahasian, keamanan, dan keselamatan kiriman. Pasal 31 UU Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos yang menetapkan: (1) Penyelenggara Pos wajib memberi ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh Pengguna Layanan Pos akibat kelalaian dan/atau kesalahan Penyelenggara Pos. (2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika kehilangan atau kerusakan terjadi karena bencana alam, keadaan darurat, atau hal lain diluar kemampuan manusia. (3) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Penyelenggara Pos sesuai kesepakatan antara Pengguna Layanan Pos dan Penyelengara Pos. (4) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditanggung oleh Penyelenggara Pos apabila : a. kerusakan terjadi karena sifat atau keadaan barang yang dikirim; atau b. kerusakan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengguna Layanan Pos.

6 Apabila dalam pengiriman tersebut terjadi kerusakan atau kehilangan barang-barang kiriman maka PT. Pos Indonesia bertanggung jawab untuk membayar ganti rugi kepada pengirim,sedangkan pengirim berhak menuntut ganti rugi kepada PT. Pos Indonesia. Sebaliknya PT. Pos Indonesia tidak bertanggung jawab membayar ganti rugi dalam hal kerugian yang tidak langsung atau keuntungan yang jadi diperoleh, yang disebabkan oleh kekeliruan dalam Penyelenggaraan Pos. Hal ini mendasarkan pada 28 jo 31 UU Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos yang menetapkan : terjadi : Pengguna Layanan Pos berhak mendapatkan ganti rugi apabila a. kehilangan kiriman; b. kerusakan isi paket; c. keterlambatan kiriman; atau d. ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang diterima. Pasal 31 UU Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos 1) Penyelenggara Pos wajib memberi ganti rugi atas kerugian yang dialami oleh Pengguna Layanan Pos akibat kelalaian dan atau kesalahan Penyelenggara Pos. 2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika kehilangan atau kerusakan terjadi karena bencana alam, keadaan darurat, atau hal lain diluar kemampuan manusia. 3) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Penyelenggara Pos sesuai kesepakatan antara Pengguna Layanan Pos dan Penyelenggara Pos. 4) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditanggung oleh Penyelenggara Pos apabila : a.kerusakan terjadi karena sifat atau keadaan barang yang dikirim;atau

7 b.kerusakan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengguna Layanan Pos. 5) Tenggang waktu dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Penyelenggara Pos dan Pengguna Layanan Pos. 6) Barang yang hilang dan ditemukan kembali diselesaikan berdasarkan kesepakatan antara Penyelenggara Pos dan Pengguna Layanan Pos. Untuk mewujudkan semua tujuan tersebut di atas dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks, PT. Pos Indonesia (Persero) berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantintas pelayanannya dengan meningkatkan mutu dan memperbanyak jenis pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat. Salah satu jenis pelayanan yang ditawarkan untuk memperlancar arus lalu lintas barang dari suatu tempat ke tempat lain adalah melalui pengiriman paket pos. Dalam menatap era liberalisasi perdagangan PT. Pos Indonesia (Persero) dihadapkan pada sejumlah pertanyaan penting: sejauh mana kesiapan PT. Pos Indonesia (Persero) dalam menghadapi kompetitor, upaya apa yang telah dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) dalam menghadapi tuntunan pengguna jasa yang semakin kritis. Serangkaian jawaban terhadap keberhasilan PT. Pos Indonesia (Persero) dalam peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian PT. Pos Indonesia (Persero) pada abad 21. Pertama, pembenahan ke dalam (inward looking) meliputi soal kelembagaan, sumber daya manusia dan kesigapan dalam menghadapi kemajuan teknologi, khususnya di bidang komunikasi. Kedua,

8 pembenahan keluar (outward looking) seperti memonitor kemajuan kompetitor dan bagaimana merespon tuntutan pengguna jasa. Hal yang tidak kalah pentingnya yang harus dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) adalah dengan melihat keluar (outward looking) penilaian masyarakat tehadap PT. Pos Indonesia (Persero) sedikit banyak dipengaruhi oleh nilai perbandingan kualitas oleh masyarakat terhadap kinerja PT. Pos Indonesia (Persero) dan kompetitor. Kompetitor di sini tidak hanya pesaing lokal khususnya dalam penyelenggaraan pengiriman jasa paket, tetapi juga pesaing dari negara lain (perusahaan asing). Sanggupkah PT. Pos Indonesia (Persero) memberikan jaminan perlindungan terhadap masyarakat atas keselamatan paket kiriman? Kesanggupan PT. Pos Indonesia (Persero) dalam memenuhi jaminan perlindungan merupakan suatu keuntungan dan daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Setiap manusia yang menghadapi kemungkinan akan kehilangan miliknya karena berbagai sebab, ia disebut menghadapi suatu resiko. 1 Begitu juga dalam pengiriman paket pos tentu berakibat terhadap timbulnya kerugian-kerugian tertentu bagi pengguna jasa pengiriman paket pos seperti dalam hal terjadinya keterlambatan dalam hal penyampaiannya atau bahkan menyebabkan rusak atau hilangnya kiriman tersebut. Hal-hal tersebut di atas memunculkan suatu permasalahan baru, yaitu siapa yang harus menanggung kerugian-kerugian yang diderita oleh pengguna jasa. 1 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1983, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 4.

9 Permasalahan ini akan selalu timbul manakala pengguna jasa menghendaki adanya keamanan dalam pengiriman barang-barangnya. Keamanan bagi pengguna jasa pengiriman paket pos dapat diwujudkan bila terhadap resiko kerugian yang tidak dapat dipastikan terjadinya dalam pengiriman barang-barangnya ada kepastian pembiayaan, dalam arti ada yang menanggung atau setidak-tidaknya ada pihak lain yang bersedia meringankan beban manakala pengguna jasa pengiriman paket pos atau pengiriman mengalami kerugian. Sedangkan bagi PT. Pos Indonesia (Persero), diperlukan adanya pihak lain yang bersedia untuk mengalihkan risiko tanggung jawab yang bisa menjadi beban yang berat dan sekaligus merupakan usaha peningkatan pelayanan PT. Pos Indonesia (Persero) kepada masyarakat. Melihat kenyataan akan kerugian yang sewaktu-waktu mungkin dialami oleh pengguna jasa, maka perlu dilakukan upaya yang tepat untuk menghindari, mencegah atau mengurangi kerugian yang mungkin timbul. Penyelesaian yang paling tepat adalah dengan mengalihkan risiko yang mungkin terjadi pada pihak lain. Atas dasar inilah maka dalam tiga tahun terakhir ini PT. Pos Indonesia (Persero) atau PT. Posindo sebagai pihak penyelenggara jasa pengiriman paket pos mengadakan perjanjian pertanggungan dengan PT Asuransi Binagriya Upakara, atas risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan pengiriman barang dengan layanan paket pos kilat khusus yang selanjutnya disebut sebagai Asuransi Paket Pos Kilat Khusus (APPKH).

10 Pengalihan risiko terhadap pihak ketiga ini tidak mendapat pengaturan secara tegas dalam UU Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Pos, oleh karena itu menjadi menariklah untuk meneliti lebih lanjut, bagaimana aspek-aspek hukum yang terkait dengan pengalihan tanggung jawab PT Posindo kepada perusahaan asuransi. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah adalah suatu pedoman penelitian yang dapat mempermudah dalam pembahasan masalah yang diteliti sehingga tidak akan terjadi salah sasaran daripada yang hendak ditemukan dalam sebuah penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini kami akan membahas mengenai APPKH pada PT. Pos Indonesia dan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konstruksi hubungan hukum asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, yang terjadi antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan kepada pengirim paket pos yang terlibat dalam asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim?

11 C. Tujuan Penelitian Dalam setiap aktifitas penulisan dapat dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan aktifitas tersebut. Hal ini lebih bermanfaat dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, apabila telah dirumuskan terlebih dahulu yaitu dapat dijadikan tolak ukur dan pegangan dalam penyelenggaraan suatu aktifitas, karena yang ingin dicapai pada dasarnya merupakan hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan. Sesuai dengan pernyataan diatas maka dalam penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Subyektif a. Untuk mengupayakan data penelitian yang lengkap dan selanjutnya disusun menjadi sebuah penelitian hukum sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana dibidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan guna meningkatkan dan mendalami wacana pemikiran dalam khasanah ilmu sosial terutama ilmu hukum yang bermanfaat dikemudian hari. 2. Tujuan Obyektif Tujuan obyektif yang akan dicapai ada dua, yaitu : a. Untuk mendeskripsikan konstruksi hubungan hukum asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, yang terjadi antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dengan Pengirim.

12 b. Untuk mendeskripsikan perlindungan hukum yang diberikan kepada pengirim paket pos yang terlibat dalam asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu-ilmu hukum khususnya hukum asuransi. 2. Manfaat praktis a. Untuk memberikan masukan-masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, instansi-instansi pemerintahan maupun swasta yang berkaitan dengan objek yang diteliti. b. Untuk menjadi bahan pengetahuan dan wacana bagi penulis serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka memeperoleh serajat sarjana di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

13 F. Metode Penelitian Adapun metode-metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan dengan pendekatan doktrinal, karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan, sebagai norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Hukum dipandang sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan, hanyalah terbatas pada peraturan perundang-undangan (tertulis) yang terkait dengan objek yang diteliti. Dari berbagai jenis metode pendekatan yuridis normatif yang dikenal, penulis memilih bentuk pendekatan normatif yang berupa, inventarisasi peraturan perundang-undangan dan penemuan hukum inconcreto 2. 2. Spesifikasi Penelitian Tipe kajian dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif, karena bermaksud menggambarkan secara jelas, tentang berbagai hal yang terkait dengan objek yang diteliti 3, yaitu : 2 Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum. Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal 3 3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UII Pers 1996, hal 42

14 a. Untuk mendeskripsikan konstruksi hubungan hukum asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, yang terjadi antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dengan Pengirim. b. Untuk mendeskripsikan perlindungan hukum yang diberikan kepada pengirim paket pos yang terlibat dalam asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim. 3. Sumber dan Jenis Data Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang berasal dari dua sumber yang berbeda, yaitu 4 : a. Data Sekunder. Yaitu data yang berasal dari bahan-bahan pustaka, baik yang meliputi: 1) Dokumen-dokumen tertulis, yang bersumber dari peraturan perundang-undangan (hukum positif Indonesia), buku-buku literatur, dokumen-dokumen resmi, arsip dan publikasi dari lembaga-lembaga yang terkait. 2) Dokumen-dokumen yang bersumber dari data-data statistik, baik yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah, maupun oleh perusahaan, yang terkait dengan fokus permasalahannya. 4 Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum. Buku Pegangan Kuliah, Surakarta : FH UMS 2004, hal 8

15 b. Data Primer. Yaitu data-data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti, yang dimaksudkan untuk dapat lebih memahami maksud dan arti dari data sekunder yang ada. 4. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan. Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan data-data sekunder yang lain, yang terkait dengan objek yang dikaji. Adapun instrumen pengumpulan yang digunakan berupa form dokumentasi, yaitu suatu alat pengumpulan data sekunder, yang berbentuk format-format khusus, yang dibuat untuk menampung segala macam data, yang diperoleh selama kajian dilakukan. b. Wawancara. Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara bebas terpimpin, dengan berbagai pihak yang dipandang memahami objek yang diteliti.

16 Wawancara akan dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung kepada responden berdasarkan pedoman wawancara dan pemberian kuesioner yang diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan yang terperinci dan lengkap untuk diisi oleh responden. 5. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dan telah diolah akan dibahas dengan menggunakan metode normatif kualitatif, yakni suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara menafsirkan dan mendiskusikan data-data yang telah diperoleh dan diolah, berdasarkan (dengan ) norma-norma hukum, doktrin-doktrin hukum dan teori ilmu hukum yang ada. Pembahasan pada tahap awal dilakukan dengan cara melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan persoalan yang menjadi objek kajian. Data yang terkumpul akan diidentifikasikan secara analitis doktrinal, dengan menggunakan teori Hukum Murni dari Hans Kelsen. Sedangkan untuk tahap kedua akan dilakukan pembahasan yang berupa pendikusian, antara berbagai data sekunder serta data primer yang terkait, dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang telah diiventarisir, sehingga pada tahap akhir, akan ditemukan hukum inconcreto-nya. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembatasan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika skripsi yang terdiri :

17 BAB I : PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH B. PERUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PENELITIAN D. MANFAAT PENELITIAN E. METODE PENELITIAN F. SISTEMATIKA PENELITIAN BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Syarat syahnya Perjanjian 3. Subjek dan Objek Perjanjian 4. Asas-asas perjanjian 5. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya 6. Overmacht dan Akibat Hukumnya B. Tinjauan Umum Asuransi 1. Pengertian Asuransi 2. Pengertian Para Pihak Dalam Perjanjian Asuransi 3. Objek Dalam Perjanjian Asuransi

18 4. Hak dan Kewajiban Dari Penanggung dan Tertanggung 5. Wanprestasi Dalam Perjanjian Asuransi 6. Overmacht Dalam Perjanjian Asuransi 7. Pengertian Premi Asuransi 8. Pengertian Polis Asuransi 9. Pengertian Klaim Asuransi C. Perjanjian Pengiriman Paket Pos 1. Pengertian Pengangkutan 2. Pengaturan Perjanjian Pengangkutan 3. Subjek dan Objek Perjanjian Pengangkutan 4. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan 5. Unsur-unsur Dalam Perjanjian Pengangkutan 6. Syarat-syarat Perjanjian Pengangkutan 7. Sifat Hukum Perjanjian Pengangkutan 8. Jenis Pengiriman Paket Pos

19 BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Konstruksi hubungan hukum asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, yang terjadi antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim. 2. Perlindungan hukum yang diberikan kepada pengirim paket pos yang terlibat dalam asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim. B. Pembahasan 1. Konstruksi hubungan hukum asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, yang terjadi antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim. 2. Perlindungan hukum yang diberikan kepada pengirim paket pos yang terlibat dalam asuransi pengiriman paket pos kilat khusus, antara PT. Pos Indonesia, PT Asuransi Binagriya Upakara dan Pengirim. BAB : IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA