Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN. kemajemukan, tetapi yang terpenting adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK

RUU KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Naskah Sekretariat DPR RI) Dr. Rudi Subiyantoro, M.Pd PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI

PEMANTAPAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MENCEGAH BERKEMBANGNYA FAHAM RADIKAL PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA

HAK KEBEBASAN BERAGAMA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.

PANCASILA & KEBEBASAN BERAGAMA STMIK AMIKOM Yogyakarta

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BAHAN TAYANG MODUL 9

PERAN NEGARA DAN PEMERINTAH DALAM PELAYANAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB 31 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG

MENJAGA INDONESIA YANG PLURAL DAN MULTIKULTURAL

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE 65 KEMENTERIAN AGAMA RI TANGGAL 3 JANUARI 2011

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

KEWARGANEGARAAN. Konsep Dasar Kewarganegaraan. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 01Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

Raffles City Hotel 5-7 September 2013

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Cap Go Meh tahun 2013, Jakarta, 24 Februari 2013 Minggu, 24 Pebruari 2013

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN LEMBAGA KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013

CITA-CITA NEGARA PANCASILA

PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

GAGASAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PEMASYARAKATAN KONSTITUSI. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

Sistem Pembagian Kekuasaan Negara

SAMBUTAN MENTERI AGAMA

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

151 Perda yang Bias Agama. Oleh Victor Silaen

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PIDATO KETUA DPR RI PADA RAPAT PARIPURNA DPR RI PEMBUKAAN MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG SENIN, 16 NOVEMBER 2015

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Transkripsi:

Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions Yang Terhormat Ketua Sidang, Yang Terhormat para Delegasi, Pertama-tama, saya mewakili Parlemen Indonesia ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi Anda sekalian dalam forum ini. Saya mengharapkan agar forum ini dapat dimanfaatkan untuk berbagi best practices terkait bagaimana kita menciptakan sikap saling percaya dan kerja sama antaragama dan antarkepercayaan. Kita yakin bahwa sikap saling curiga dan saling bermusuhan tidak saja bertolak belakang dengan spirit agama itu sendiri, namun juga hanya akan menimbulkan ketegangan dan kekerasan yang tidak perlu dan akan merugikan kita semua. Kita menyadari bahwa kita diciptakan oleh Tuhan berbeda-beda: suku, bangsa, bahasa, warna kulit, agama, kepercayaan, tradisi, dan perbedaanperbedaan lainnya. Ini adalah fakta yang tak bisa dimungkiri. Dalam konteks negara kami, Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau merupakan negara yang sangat beragam dan majemuk. Sebagai gambaran, negara berpenduduk sekitar 240 juta jiwa ini memiliki 1.128 suku bangsa dengan 741 bahasa. Kami bangsa Indonesia juga menganut beraneka ragam agama dan kepercayaan. Bahkan menurut Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, kami memiliki ratusan agama dan kepercayaan asli Indonesia yang masih memiliki pengikut hingga saat ini.

Kami mengakui bahwa keragaman tersebut selain sebagai kekayaan tetapi sekaligus sebagai tantangan. Sebagai tantangan karena keragaman kerap bersinggungan dengan konflik horizontal. Demikian pula dikatakan sebagai kekayaan karena menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan beraneka ragam budaya. Kami mengakui bahwa konflik horizontal yang dipicu oleh sentimen agama, suku-etnik, atau perbedaan-perbedaan lainnya juga ada di Indonesia. Namun harus diingat bahwa frekuensi konflik-konflik tersebut masih tergolong rendah dibanding tingkat keragaman dan kemajemukan yang ada. Agama dan kepercayaan merupakan entitas yang berada di tengah-tengah kita. Lebih dari itu, keduanya juga kerapkali menjadi faktor penentu terhadap cara pandang sebuah masyarakat dalam kadar dan dosis yang berbeda-beda. Bagi Bangsa Indonesia, agama dan kepercayaan, apapun itu jenisnya, diletakkan sebagai salah satu pilar negara dan unsur pemersatu. Dalam kaitan ini, para pendiri bangsa kami telah merumuskan sebuah konstitusi yang didasarkan atas keragaman dan kemajemukan tersebut, yang tersimpulkan dalam moto Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity). Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Semangat pluralitas yang didasarkan atas Bhineka Tunggal Ika itulah kemudian membuat para pendiri bangsa menyetujui Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi dan dalam pembukaannya menegaskan bahwa negara Indonesia diantaranya didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Penting dicatat bahwa dasar Ketuhanan Yang Maha Esa ini tidak merujuk kepada agama atau kepercayaan tertentu, namun mencakup agama dan kepercayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia. Atas pilar inilah kami berhasil membangun sikap saling percaya dan saling merajut kerja sama untuk mendirikan dan membangun Negara Indonesia yang sangat beragam ini. Delegasi yang terhormat,

Konstitusi kami menjamin sepenuhnya kebebasan beragama. Jaminan tersebut tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal 28e ayat (1), pasal 29 ayat (2). Konstitusi menegaskan jaminan negara atas kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya tersebut. Negara juga berkewajiban untuk melindungi setiap upaya penduduk dalam melaksanakan ajaran agama dan ibabat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum. Singkat kata, Indonesia tidak membatasi pengakuan dan perlindungan kepada beberapa agama saja, namun kepada semua agama dan kepercayaan yang berkembang di Indonesia, tanpa kecuali. Demikian juga sistem perundang-undangan kami tidak mengenal agama negara/resmi dan agama minoritas dalam menjamin kebebasan beragama di masyarakat. Untuk menjamin tumbuhnya sikap saling percaya (mutual trust) dan saling kerja sama antaragama dan kepercayaan, kami memandang bahwa hak kebebasan beragama harus dijalankan secara bertanggung jawab dan menghormati hak asasi orang lain. Untuk itu, dalam menjalankan kebebasan beribadah dan menentukan agama atau kepercayaan seseorang serta kebebasan berekspresi dapat dimungkinkan dilakukan pembatasan berdasarkan hukum yang bertujuan untuk melindungi keamanan nasional, ketertiban, kesehatan, atau moral masyarakat atau hak-hak dan kebebasan mendasar orang lain. Hal tersebut terangkum dalam UUD 1945 pasal 28 ayat (2) dan pasal 18. Delegasi yang terhormat, Indonesia bukan negara agama. Namun Indonesia juga bukan negara yang menafikan peran agama. Hal ini lantaran kami sepenuhnya meyakini bahwa nilainilai religius merupakan salah satu sumber inspirasi bagi negara dalam menjalankan kewajibannya. Dalam kaitan inilah kami memiliki Kementerian Agama yang berdiri sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kementerian Agama adalah instansi pemerintah yang menjalankan tugas pokok untuk memberikan

pembinaan, pelayanan dan perlindungan kehidupan beragama kepada seluruh umat beragama di Indonesia. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Kementerian Agama memainkan peran strategis dalam empat hal, yaitu dalam peningkatan pemahaman dan pengamalan agama, pembinaan kerukunan antarumat beragama, peningkatan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, serta mengawal akhlak dan moral bangsa. Melalui Kementerian Agama, Indonesia menginisiasi Forum yang berisikan tokoh-tokoh antaragama yang menjalin komunikasi intensif untuk kehidupan harmoni di Indonesia. Forum ini bernama Forum Kerukunan Umat Beragama. FKUB bahkan berdiri hingga di level provinsi, kabupaten dan kota. Di level Parlemen, DPR sebagai tulang punggung legislasi nasional menyadari bahwa konflik adalah salah satu tantangan yang harus diatasi secara menyeluruh, termasuk diantara konflik sosial. Itu sebabnya kami baru-baru ini mengesahkan UU No 7/2012 tentang Penanganan Konflik Sosial sebagai payung hukum penanganan komprehensif konflik ini. Sebagai kerangka hukum, DPR juga tengah dalam merumuskan dan menjaring aspirasi publik untuk menyusun RUU Kerukunan Umat Beragama. RUU ini berangkat dari tantangan yang ada dalam menjaga keragaman di Indonesia. Kami menyadari penuh, bahwa keberagaman memiliki sekat tantangan berupa konflik antarumat beragama. RUU ini akan memberikan naungan bersama, dan wadah penyelesaian bibit-bibit sengketa sosial tersebut. Sehingga keragaman tersebut dapat menjadi kekayaan bangsa yang terjaga harmonis secara sosial, politik dan legal. Kita harus menyadari bahwa persoalan utama yang kita dihadapi dewasa ini adalah masalah kebodohan, pengangguran, kemiskinan, terorisme, krisis lingkungan dan moral. Dalam kaitan ini, kami telah dan terus menjadikan agama sebagai salah satu elemen penting dalam mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

Sekadar contoh, pesantren-pesantren, madrasah-madrasah, sekolah-sekolah Minggu, dan institusi-institusi pendidikan berbasis agama lainnya telah dan terus ikut memerangi kebodohan di negeri kami. Lebih jauh, dalam upaya menanggulangi masalah kemiskinan, lembaga-lembaga amal berbasis keagamaan seperti lembagalembaga amil zakat sejauh ini telah turut berperan dan memberikan kontribusi melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman-pengalaman di atas semakin meneguhkan kami bahwa agama dapat memberikan kontribusi konstruktif bagi dunia yang lebih sejahtera dan damai. Bahkan jika sikap saling percaya dan kerja sama antaragama dan antarkpercayaan dapat dibangun secara baik maka dapat dipastikan akan memberikan sumbangan yang sangat positif bagi dunia yang lebih baik. Kami berharap forum ini dapat memberikan energi positif untuk mendorong peran agama yang lebih besar guna pembangunan yang berkelanjutan untuk masa depan dunia yang lebih baik. Sekian. Terima kasih.